Senin, Oktober 20, 2014

Tanpa pesta, tanpa kue, tanpa kado, tanpa ucapan yg penuh gegap gempita, dengan nada hidup biasanya, kita lalui tanggal dimana beberapa tahun silam kau pernah terlahir.

Bukan karna lupa, bukan juga karna enggan, tapi karna Rasul kita tak mengajarkannya.
Maka ijinkan doa yang menyertai hari itu, sama seperti hari-hari lainnya.

Kalau saja boleh jujur, aku tak bahagia menyambutnya. Kurasa pelukan sudah mampu membuatmu mengerti kan,mas? Iya, karna hari itu, sebenarnya bukan hanya jatahmu umurmu yg berkurang, tapi juga jatah hidupku di dunia. Dan, ah, tanggal lahir selalu membuat kita makin mengingatnya.... :((

Maaf jika kado tak berujud nyata. Hanya berupa doa pada Sang Maha Cinta, yg semoga membawa jalan cinta padaNya, menyatu kembali usai dunia. Menjadi pemberat dalam timbangan hisab, dan tak menjadi musuh dalam pengadilanNya.

Mas,ijinkan aku menulis sepenggal doa dan pesan sederhana untukmu di hari 'spesial'mu
Aku memang mencintaimu, tapi semoga cintamu pada Robb kita jauh lebih besar dan Allah pun smakin mencintaimu...
Aku memang akan mendampingimu dalam suka maupun duka, tapi ingatlah Allah dalam kondisi apapun, maka semoga Allah selalu mengingatmu...
Engkau adalah pemikul tanggungjawab keluarga kita, aku, dan anak2 kita, maka smoga Allah karuniakan bahu tangguh untukmu, iman yg kokoh dan langkah yg senantiasa terjaga.

Barrakallah fii umrik, mas
Aku tak mampu memberi kado, tapi smoga Allah memberi umur yg barakah, rezeki yang barakah, keluarga yg barakah, dan hidup yang berlapis keberkahan didalamnya. Aamiin Allahummaamiin..

Rabu, September 17, 2014

Refleksi Hidup

Tetiba pagi ini saya merefleksi hidup.
Perjalanan hidup saya seolah kembali berputar dalam ingatan. Hidup yang sebenarnya, yang saya mulai dengan memilih menikah.
Tak ada yang menyangka, bahkan saya sendiri tidak pernah menyangka akan menikah di umur 23 tahun, hanya beberapa bulan setelah wisuda, yang sebelumnya masih punya kisah cinta yang complicated, dan bisa dipastikan tidak akan jadi sebegitu cepat. :)

Ya, kmudian datang tanpa diundang, sebuah pernyataan serius dari seorang pria yang kota kelahirannya saja baru kudengar darinya sebulan sebelum menikah.
Buku-buku yang pernah kubaca, tentang bagaimana pernikahan adalah ibadah yang menentramkan, membuatku memutuskan YA untuk menikah dengan SEDERHANA. Sangat sederhana tepatnya.
Lalu apakah tak ada angan2 pernikahan sempurna layaknya cinderella? Ada, tapi itu dulu sekali. Saat tiba waktunya, semua itu seolah menguap begitu saja, yang tersisa hanya perjalanan menuju ibadah yg sakral...penuh khidmat.

Muda, menikah, bekerja.
Terpaksa meninggalkan seorang pria yg baru berstatus suami selama 10 hari bersama mertuanya. Tanpa komunikasi, selama satu setengah bulan. Dilanjutkan satu setengah tahun lamanya, dengan tingkat petemuan 1-2 hingga 3 bulan sekali, dan telepon berjam2 sebelum tidur, setiap hari.

Resign. Memutuskan untuk meninggalkan segala bentuk fasilitas dan perhiasan yg betsifat dunia demi mengabdi, menjadi sederhana kembali, namun di samping suami. Tak ada gaji tinggi, apalagi jalan2 kr luar negri dari bonus gaji. Mengabdikan diri, demi meraih surga. Tak masuk akal, dianggap bodoh. Karna surga memanglah masih kasat mata, dibanding perhiasan dunia, maka penjelasan seperti apapun tak kan membuka hati pecinta dunia.
Bukan tak menggunakan logika, karna saya tak bisa menganggur. Bekerja dari rumah saja, meski sebenarnya sempat mendapat kesempatan tawaran bisa masuk bank tanpa seleksi. Tak diambil lagi??? Ya, karna sugguh ketakutan pada siksa riba membayangi....

Hamil dan melahirkan, kemudian kehilangan.
Duka yang membawa rahmat tersendiri bagi kami.
Bila ia masih di sini, bisa jadi saya adalah seorang ibu yang masih gemar berhijab namun tak syar'i, berhijab namun hanya ketika pergi. Yang masih tergila-gila pada fashionisty.
Bila ia masih di sini, mungkin saya adl ibu yg sibuk dengannya, bersibuk2 dngan urusannya, tak mengenal kajian tarbiyah, tak mengenal hijab syar'i, tak mengenal dakwah. Justru bersenang2 dengannya, mengenalkannya pada gemerapnya dunia, dan membuat saya lalai mengajar ketauhidan padanya.
Bila ia di sini, mugkin saya adl ibu yg merasa begitu beruntung dg segala kebahagiaan sempurna. Merasa tak butuh berlama2 sujud di malam hari, tilawah sepanjang hari, mentadaburi Al Qur'an demi berkomunikasi pada Dzat Yang Maha Mencintai.
Saya mungkin masih menjadi orang yang merasa sdh berhijab, namun masih berpikir seperti manusia liberal. Na'udzubillahimindzalik...

Maka kini, ketiadaannya mungkin mmg 'tepukan' ringan untuk menyadarkan saya yang bodoh dan tuli pada nasehat kebenaran. Yang dulu masih enggan dengan hijab syar'i meski tau itu benar. Yang dulu masih bermalas2 dalam majelis ilmu, padahal tau itu benar. Yang masih gemar ngemall, nonton, nongkrong, ghibah, dst... :'(

Dan dari sekian perjalanan hidup, terimakasih Allah atas segala rahmat yang melapangkan dada ini dari kesempitan dan gemerlapnya dunia....terimakasih atas suami yang begitu sabar menemani dan menerima. Mencintai dan bekerja keras dalam niat ibadah. Yang menuntun bukan menghakimi... Terimakasih atas rejeki yg cukup dan menentramkan dan yang lepas dari keragu-raguan akan sifatnya.
Terimakasih Robb...atas pertemuan dengan saudari2 seiman yang meneguhkan jalan di atas syariat....

...
Sept 17, 2014.
Hamba yang masih sering lupa bersyukur..

Rabu, Juli 23, 2014

23 Juli 2014

Tanggal ini di tahun ini tepat kamu lahir, dan pulang kembali pada Allah.
23 juli, 15 ramadhan.

Apa kabar kesayangan umi? :,)
Umi kesepian taraweh sendiri...ga kaya tahun lalu masih ada kamu di rahim ummi.

Tapi umi seneng...skr kamu maah sdh deket dg Allah...

Umi cuma pgn bilang..

Umi kangen, kak....sampaikan pada Allah ya, biar kita bisa bertemu dalam mimpi…♥♥♥

Jogokariyan
23072014

Jumat, Juli 11, 2014

Catatan Ramadhan dan Mashka #2

Ini sudah hari ke 14, sebagian masih 13. Detik2 menuju tanggal lahirmu, sayang.

Tahukah engkau apa yang terjadi di ramadhan tahun ini,nak?
Allah sedng menguji hamba2Nya. Di negri sendiri, perang maya sedang berlangsung karna sistem demokrasi. Tak seperti acara limatahunan sebelum2nya, isu2 sara begitu kencang menguap. Haq dan batil bertarung, begitu kata sebagian orang.
Ummi bukan dari satu pendukung mereka, bahkan mulai galau dengan sistem demokrasi yg di cap tak syar'i. Tapi umi memiliki kekhawatiran yg sama akan pemimpin yang tak memihak pada umat dan diwacanakan memiliki pendukung 'zalim'. Apa daya, keterbatasan ilmu yang umi miliki belum mampu berfikir tentang bgmn dakwah Nabi yang awalnya lemah dan tidak mungkin secara logika, mampu menggoncangkan dunia. Namun, umi yakin seyakinyakinnya bahwa Islam akn kembali jaya seperti dulu.

Tapi,sayang...tahukah engkau bahwa ada yg lebih mengerikan dari pada itu?
Ya, Palestina. Negara zionis tak berhati dan mahanazi telah membombardir rakyat Palestin dengan roket2nya. Banyak anak2 menjadi korban. Ah, umi lupa...pasti engkau jadi salah satu penyambut syuhada2 kecil itu ya, nak...?

Setahun sudah usiamu, nak....
Terimakasih telah menggenapi jiwa kami. Sungguh Allah Maha Baik yg menghadirkanmu kemudian mengambilmu dan menggantinya dengan kelezatan ukhuwah, sujud dan sakinah dalam dada. Kadang tak terbayangkan betapa umi masih jadi sosok jumawa di bumi dengan tak peduli pada dakwah dan bersenda gurau hanya denganmu dan nikmat2 dunia lain. Yang menjadikan shalat puasa dan ibadah hanya penggugur kewajiban dan agar Allah memenuhi hajat dunia.
Engkau titipan harta terbaik bagi umi yang Allah cabut, semoga agar umi lebih mampu belajar demi adik2mu, in sya Allah.

Ummi tak lagi menangis mengenangmu... Bukan karna umi tak rindu lagi. Rindu itu masih menyesakkan,Nak. Umi hanya malu pada ibu2 Palestina dan suriah yg kehilangan putra-putrinya namun tetap bangga dan lebih semangat berjuang menuju pintu syahid.

Dunia mulai diliputi huru hara, maka kini usianya memang tak lama lagi. Huru hara akan segera usai saat Al Mahdi telah Allah tunjukkan dan Dajjal akan Allah tampakkan. Maka tinggal ya'juz dan ma'juz yg kemudian muncul dan Nabi Isa nengalahkan mereka.
Tak lama sayang...bahkan badan ini kerap bergetar takut membayangkan bumi yg rata dan masa menunggu pehitungan amal dimulai. Ummi takut, krn surga yang sama ditebus dg darah2 syahid, sementara umi masih berjuang untuk terus bertilawah diantara sibuknya dunia. ...
Namun umi tak kan kecewakan Allah, nak...semoga Allah ridho pada jalan yg ummi tempuh untuk menujuNya...juga menujumu...

Senin, Juni 30, 2014

Catatan Ramadhan dan Mashka #1

Tahun lalu adalah ramadhan paling membahagiakan dan memilukan.
Menunggu saat2 kelahiran.
Berusaha membawa kakak utk taraweh meski harus bawa air minum agar tak kehausan. :,)

Dan lahirlah ia, Mashka, ketika purnama pertama di bulan ramadhan.

Namun ternyata Allah punya rencana lainnya
Menghabiskan waktu hingga 25 ramadhan di rumahsakit.
10 hari terlama dalam hidup kami.
10 hari terasa berada di alam lain....

Kini ramadhan begitu terasa berbeda.
Ternyata Allah beri kebahagiaan lain di dalamnya.
Kenikmatan setiap sujud panjang
kenikmatan tiap tilawahQur'an
Kenikmatan dlm menghadiri majelis2 ilmu

Maka, kini kami sadar...
ternyata karunia terbesar itu bukan Mashka. Bukan buah hati kami, karna ia pasti pergi, juga setiap diri kita nanti.
Karunia itu ternyata iman yg selama ini luput dari pencarian di setiap lantunan doa.
Yang akan menemani kita saat nasab tak lagi dipedulikan.
Kerinduan pada sang buah hati menjelma seperti lecutan yg menyadarkan betapa kita kecil, tak berdaya.

Maka ini saatnya, dimana ada 1 hari seolah 1000 bulan (80th), yang harus diperjuangkan...
Demi sebaik2 tempat kembali,
tak hnya brtemu dg sang buah hati,
namun juga disambut para bidadari,
palagi bisa bertemu Rasul dan Nabi
dan yg utama..dapat menatap sang Illahi Robbi...

Saat kerinduan menjelma mjd tangis, hanya terlantun doa yang dipanjatkan pd Sang Pemilik:

"Ya Robb, ibu ini begitu rindu akan buah hatinya. Namun, takut bila rindu ini menjadi ratapan yang Engkau murkai. Maka ijinkan ibu ini memohon padaMu...Perkenankan putra kami berteman dg Al Qasim bin Muhammad, Abdullah bin Muhammad dan Ibrahim bin Muhammad.
Karna diri inipun rinduuuu sekali dg ayah mereka, hambaMu yg paling mulia. Maka kelak, ketika kami berkumpul, akan ada yg menarik tangan kami dan berkata "Mari ummi, abi, kupertemukan kalian dg manusia paling mulia...aku mengenalnya, dan aku tau kalian merindukannya""

2 Ramadhan 1435

Jumat, Juni 13, 2014

Amazing Today (Edisi gowes nekat)

#amazingtoday hari ini dimulai dr pagi2 pas tau ada benjolan di bawah dagu dan nyeri bila ditekan.
Berhubung sudah terlihat tanda2 cemas dr beberapa pihak, berangkatlah ke RS siang harinya. Observasi dulu krn tdk ada gejala infeksi yg lain, kata dokternya.
Berhubung hr ini si abi plg malam krn ada acara dr kantor, maka kuputuskan utk pulang sajalah, mau kholas dirumah saja.

Pas mau pulang, ehh si bapak baru bilang klo mau pake motor. Dan old people just like a baby when they want something.
Baiklah, maka dg niat birul walida'in, kupompa sepeda tuaku jaman sd dulu yg masih sehat.

Alhamdulillah, meski agak kempes di ban belakang gapapalah, nanti mampir ngepompa di jalan aja, pikirku. Ibu yg sedang tilawah kupamiti, bapak masih di masjid.
Tujuan utama adalah apotek. Beli masker dulu, hehe..polusi polusi..
Baru setelah itu gowes malam pun kumulai.

Ah, sdh lamaaaa sekali ga merasakan bersepeda. Rasanya sempat mau balik dan menyerah karna capek... smpai kulihat bulan bulat di langit dihadapanku.
"Allah.....ini pertengahan bulan.."
Tengah bulan memang spesial bagiku...karna ditanggal2 itulah Allah pernah mendatangkan karunia terbesar bagiku.
Seperti ada tenaga lagi dan seolah ingin mengejar bulan, kakiku terus mengayuh meski agak terasa berat.

Setelah hampir 2 km, kutemui juga jasa pompa ban pinggir jalan. Alhamdulillah, setelahnya terasa lbh ringan.
Sepanjang jalan tak henti2nya aku bersyukur dan menyesali betapa selama ini aku kurang dalam bersyukur. Seolah hidupku sudah cukup menderita, padahal setiap hari kulihat orang mengayuh sepedanya atau bahkan berjalan kaki demi memperjuangkan makanannya hari itu. 
Astagfirullahal'adziim... Betapa tertinggalnya rasa syukurmu dg mereka yg setiap hari mengayuh sepeda bahkan berjalan kaki,dinnnn...

Akhirnya sampailah di depan komplek  perumahan...senangnya...namun tiba2 aku teringat sesuatu! KUNCI RUMAH!!
Antara sedih,bingung dan mau mentertawakan diri sendiri... Ya, kunci rumahku ketinggalan.
Dan saya memilih menterawakan kebiasaan lupa ini...#LoL
Tapi, entah kenapa juga ga sperti biasanya yg super panik, aku masih bs tenang dan berpikir harus ngapain.
Balik, ga mungkin..jauh. Duhh...-.-"
Maka setelah kuletakkan sepeda di garasi depan, kutemui tetangga kampung dekat komplek yg biasa membersihkan rumah dulunya. Aha, Allah memang Maha Menolong :)
Kutemui Mamak (kami biasa memanggilnya bgitu). Alhamdulillah rumahnya tak kosong. Kusampaikan maksudku untk meminjam kunci cdangan.

Maka dicarilah kunci cadangannya. Kutunggu sambil mencoba opsi lain dg meminta bantuan orang rumah.
Kucoba tlp ibu, yang ternyata ngga sadar aku bersepeda ria. Dan saat beliau tahu, kagetlah beliau dan langsung bilang...
"Nah, sukurr...muga2 kuncinya ga ketemu"
Hedeeeeh buuuk... doa ibu kan makbul. Dan yes, setelah hampir 20 menit,ternyta kunci tak ketemu. Mamak yg baik...beliau menawarkan untuk mengantar mengambil kunci. Basa basi dikit,namun kutrima jg karna aku sdh tak bs melihat opsi lainnya utk mengambil kunci.
Dalam perjalanan kami mngobrol banyak hal hingga kembali. Berkali2 kupajatkan syukurku pd pertolongan Allah dg keikhlasan mamak.

Tak selesai smpe disitu, sampai dirumah, lega terasa. Kucoba meraba benjolan di bawah daguku...alhamdulillah...lagi2 aku bersyukur krn benjolannya mulai kempes.

Oiya, yg agak heran, biasanya dengan mengendarai motor, jarak rumah ke rumah ibu skitar 12 menit. Namun ini tadi rasa2 nya ko cuma gowed stengah jam ya...Padahal pake speda tua ibi. Bada magrib sampai azan isya pas sampe rumah...Masyaallah...

Allah mengajariku banyak hal hr ini...Syukur, ikhlas, tenang...
Terimakasih ya Robb.. 

Noted:
Ga semulus itu juga siy, sampe rumah si abi langsung pasang muka setengah panik setengah jengkel, ga hbis pikir sama istrinya...Hahhha... Kayanya kapok ninggalin istri sampe malem :*

Rabu, Juni 04, 2014

Pemurtadan tak lagi paki Mie Instan

Cerita kali ini masih berkaitan dengan postingan sebelumnya tentang seorang ibu yang tiba-tiba datang menemuiku di rumah ibuku.
Selain menceritakan kegelisahan keponakannya tentang hijab, dia juga menceritakan kegalauan hidupnya.

Fyi, ibu K ini cukup membuat kapok tokoh warga kampung gegara kebohongan yg dulu pernah dilakukannya. Pun juga warga kampung yang memberinya 'cap' piawai bermain watak.
Bukan tuli, akupun mendengar banyak bisik-bisik tentangnya di luar sana. Tapi tetap saja, aku memiliki kewajiban untuk menghormatinya selaku tetangganya. Maka ketika ia menawarkan apakah ia boleh bertanya padaku, aku mencoba mengosongkan pemikiranku akan hal-hal negatif tentangnya.
Maka dimulailah kisahnya....

Ia terpaksa melaporkan TK dimana anaknya pernah bersekolah ke Komnas HAM lantaran anaknya dikeluarkan dari sekolah secara sepihak.
Dari yang kulihat, kemungkinan besar alasan TK tsb adalah ketidakmampuan untuk mendidik si anak yang pada saat itu bisa dibilang 'aktif'.
Tak dipungkiri, anak seusia itu tiba2 harus kehilangan sosok ayah dalam kehidupannya, benar2 secara tiba2, dan kemudian hrs diasuh oleh ibu yg cukup tempramen karna beban yg harus dipikulnya.
Singkat cerita, bertemulah ibu K dengan seorang bapak usai keluar dr kantor komnas ham. Bapak tersebut seperti mengerti keluhan ibu K kemudian menawarkan untuk membantu.
Dan benar saja, bapak tsb mendatangi rumahnya, memberi uang untuk sekolah anaknya dan keperluan lainnya.
Bahkan beberapa kali menemui si anak di sekolah barunya untuk menjemputnya bermain di arena permainan mall. Sang guru tak serta merta memberi ijin tentunya, sampai ibu K datang dan mengijinkan.
Sifat bapak tsb ramah, bahkan kepada anaknya. Dia pernah berkata bahwa anak-anak semisal anaknya sudah spt anak sendiri baginya.

Aku mendengarkan ceritanya, tenang, sampai pernyataannya mengagetkanku:
''Tapi mbak dina, sepertinya dia itu pendeta''
''Maaf, apa mbak?" khawatir aku salah dengar.
''Yang jelas bukan muslim, mbak.'' katanya mencoba meyakinkanku.
''Haram tidak ya uang yang saya dapat dari dia?"

''Bagaimana mbak bisa nyangka klo bapak itu, maaf, noni?''tanyaku penasaran
''Saya juga awalnya ndak tau, tapi waktu itu pas pulpennya jatuh dia latah bilang 'puji Tuhan' gitu, mbak. Lha itu kan ky noni?" jawabnya.
''Waktu ke rumah itu juga sempat tanya tentang langgar itu, buat jumatan apa endak. Lha yo wong kecil gitu, klo bukan noni pasti sudah ngerti to klo jumatan ya di masjid, itu cm shalat 5 waktu''
''Saya memang ndak tahu pasti, yg saya ingat benar cuma tulisan di jaketnya YAP B*ah*ati, cb toling dicarikan di internet ya, mbak'', pintanya

Satu sisi aku bersyukur ibu K sudah menyadari itu semua.
''Mbak..'' aku mulai mencoba menjawab
''Terlepas bapak itu sebagai muslim atau noni, beliau sudah memberi bantuan itu ndakpapa. Lhawong kita saja juga dianjurkan memberi bantuan kok sama sesama manusia. Jadi ndakpapa, mbak....SELAMA dia nggak ngutak atik akidah kita. Itu lho, mbak...klo dia nyuruh 'njenengan' nyembah tuhannya dia, nah itu yg salah.''
Tetap bertahan ya, mbak....inshaaAllah saya bantu semampu saya untuk mencari tahu. Pokoknya kalo dia nyuruh neko2 yg berkaitan sama agamanya, jangan mau ya, mbak.

"Iya..iya, mbak...dia juga pernah ngundang acara di daerah Kot*bar* yg dekat gereja, tapi ndilalah sy ga bisa wong nganter anak saya acara TKnya.''
Syukurlah, batinku.

Setelah ibu K berpamitan, aku kembali merenung. Kucoba gugling petunjuk yang dia berikan, benar jg, ternyata yayasan noni.
Tiba2 ada ketakutan yg merambatiku. Kalo sampai ada pemurtadan (na'udzubillah), apa kesaksianku dihadapan Robbku nanti?

Aku tentu bukan siapa2, maka pikiran utk membicarakan soal ini ke pengemban amanah di kampungku pun tersurutkan. Aku jg blm mendapat bukti kebenaran ceritanya, maka kutunggu sampai ia mengabariku bila orang tsb kembali kerumahnya.

Terlepas dr itu semua benar atau tidak, sebagai muslim kita, aku khususya sdg diperingatkan untuk terus 'waspada'pada 'gejala' modus pemurtadan akidah yang kini tak sebatas pake mi instan, tapimjuga biaya pendidikan bahkan pernikahan. Meski bukan keluarga kita, namun siapapun di dekat kita jg masuk dlm kategori 'amanah' bagi kita. Yang kelak saat hisab ia bisa menuntut kenapa kita tak menasehatinya, dan menyeret kita ke lubang yg sama, neraka.
Serem amat ngomongin neraka segala. Lha gimana lagi...wong sudah pasti kalo ga surga ya neraka. Nau'udzubillah...

Yuk mari kita tengok kembali saudara kanan kiri kira....jangan sampai abai pada mereka yg ternyata membutuhkan. Sekalipun sekedar sedekah senyum tulus kita pd mereka.

Minggu, Mei 04, 2014

Hijab VS Pekerjaan ( sound likes Akhirat VS dunia?)

Siang ini kuhabiskan di rumah ibuku. Baru saja seorang tetangga mengetuk pintu rumah, bermaksud membeli gas yg memang ibu jual sehari-hari, namun sayang, kami memang sedang kehabisan sejak beberapa hari lalu.
Bukan kemudian berpamitan, ibu K, sebut saja demikian, memohon padaku untuk berbicara sebentar.
Tanpa pikir panjang, segera kupersilahkan dia masuk. Mungkin tidak begitu penting, yasudahlah, kuniatkan untuk menghiburnya. Usianya setengah baya, mungkin sekitar 40an tahun. Latar belakangnya tak perlu kuungkapkan, tapi beban yang ia harus tanggung sekarang cukup berat memang. Sepasang orang tua yang telah senja, lumpuh dan tempramen. Seorang anak laki-laki usia 6tahun yang cukup 'aktiv' sejak lima tahun lalu ditelantarkan oleh ayahnya. Tingkahnya di masa lalu membuatnya tak begitu diperhatikan oleh warga sekitar. Kadang aku diam-diam merasa kasihan padanya.

Maka mulailah ia menuturkan permasalahannya. Ada dua permasalahan yang entah mengapa ia tanyakan padaku yang dari segi ilmu dan pengalaman masih sangat miskin.
Hal pertama yang ia sampaikan adalah titipan dari keponakannya. Keponakannya yang dulu saat kecil juga pernah tinggal di sini, setidaknya aku tau. Sang keponakan bercerita tentang kegalauannya. Ia berkerudung, namun tempat kerjanya di sebuah restoran tidak memperbolehkan pemakaian kerudung. Secara pribadi aku mengenal pemiliknya, bahkan sempat bekerja di sana sehari setelah wisuda, tanpa seleksi...(well, PM aja ya biar tau gimana caranya, yg jelas, aku tidak pernah melamar kesana..).

Dalam hal ini, aku jelas sudah tau. Tapi kemudian, ceritanya berlanjut. Keponakan ibu K, ah biar gampang sebut Y aja ya. Sebenarnya Y merasa tak nyaman. Pergi dan pulang ia dan dua temannya mengenakan kerudunga, namun melepasnya saat di tempat kerja, berganti seragam kerja dengan nuansa jawa yang sangat 'membentuk' tubuh.
Tahun 2014 ini, peraturan berubah, kini pemilik restoran membolehkan pengenaan kerudung bagi karyawannya. Kerudung kecil yang dimasukkan di baju bagian atasnya.

Sampai di sini, ternyata Y masih merasa galau. Meski telah diperbolehkan mengenakan kerudung, ia masih harus bertugas mengantarkan pesanan bir/ khamr bagi pelanggan restoran yang rata-rata wisatawan asing. Pernah suatu saat ia justru ditegur oleh wisatawan dari malaysia yg mampir ke restoran.
''Pakai kerudung kenapa menghantar bir?" begitu kira-kira
Y merasa malu sekali sekaligus sedih.
Terlebih saat pulang lembur hingga pukul 10 malam dan tak sengaja bertemu guru SD nya. Ia langsung menutup wajahnya, agar sang guru tak mengenalinya.

Fyi, Y sudah bertahan hingga 4 tahun bekerja di sana. Kini gajinya sekitar satu jutaan lebih. Bagi seorang murid lulusan SMK yang orang tuanya sangat membutuhkan bantuan darinya untuk membiayai adik-adiknya, tentu jumlah itu di kota kami bisa dibilang tak sedikit untuknya. Apalagi bila ada uang lembur dan tip yang semakin menebalkan kantongnya.
Terpikir untuk keluar karna rasa bersalah, tapi diurungkannya saat melihat orang tuanya. Kini ia bimbang, antara ketakutan akan dosa dan kebutuhan.

Ya, ini bukan sekali dua kali saja. Pernah dengar dr ust. Felix siauw tentang pramugari yang berniat berhijab dan terhalang pekerjaanya,bukan?
Sungguh, saat mendengar cerita itu,antara syukur dan prihatin bercampur. Bersyukur karna Y masih merasa bahwa hijab adalah indentitas bagi dirinya, namun prihatin karna aku tau betul bahwa pemilik pun adalah keluarga yang rajin menyambangi Baitullah, namun masih abai pada perintah Pemilik Semesta.

Keluar dari pekerjaan mungkin sedikit ekstrim bila kusarankan.Terlebih aku tidak benar-benar tau bagaimana pendapatnya.
Maka ini yang kukatakan agar disampaikan pada Y,
1. Melobi bagian Hrd, atau sekretaris pemilik agar bisa disampaikan pada pemilik, dan bisa bertukar posisi dengan karyawan di bagian lainnya. Sebelumnya tentu melobi sang kawan dulu.
Perusahaan ini adalah group, dimana terdapat beberapa usaha, mulai dr kerajinan perak, baju, hingga swalayan.
2. Sabar, bila belum juga ditanggapi, atau menunggu prosesnya, usahakan untuk tidak berdekatan dg khamr/ bir dan sejenisnya. Cukup menghantar makanan atau minuman halal.
3. Serahkan ke Allah, dan yakin Allah akan memberi jalan bagi hambaNya yang berbakti.

Kadang fenomena ini seperti biasa saja bagi sebagian orang. Padahal jelas telah melanggar aturanNya. Saat menyadari ada khamr di dalamnya, dulu saat aku masih bekerja di sana, kuputuskan langsung resign. Beberapa menyarakanku menunggu hasil lamaran kerja berikutnya, namun sungguh, meski saat itu belum hijrah, aku tahu benar bagaimana hukum khamr. Dan menjadi staf keuangan dr bagian yang menjualnya, sama saja. Antara miris dan prihatin.

Ah dan lagi soal hijab dan pekerjaan...Serasa akhirat yang di tandingan dengan dunia. Padahal pada keduanya harusnya tak pernah terjadi pertentangan. Kepentingan dunia sungguh hanya jalan bagi tercapainya tujuan akherat. Semoga kepada saudari-saudari kita yang memperjuangkan ketaatanya, Allah berikan jalan. Aamiin.

Kamis, Mei 01, 2014

Kaukah itu, Nak?

Aku duduk di sebuah bangku taman yang terbuat dr kayu dan besi. Biasa saja, tak ada yang istimewa. Di samping kanan bangku terdapat sebuah pohon, entah pohon apa, daunya yang lebat membuat tempat yang kuberada tak terkena sinar matahari yang panas.
Sebelah kiri bangku terdapat sebuah pohon semak. Duh, apa ya istilahnya, seperti pohon '''tetean'' kalo orang jawa bilang. Tanaman yang biasa ditanam di taman-taman dan terkadang bisa dibuat berbagai macam bentuk dengan cara memangkasnya.

Slide bergerak begitu cepat, entah apa yg kulakukan, dimana aku, aku tak sempat berpikir. Hingga datanglah seorang anak laki-laki. Umurnya mungkin sekitar delapan hingga sepuluh tahun. Perawakannya tak gemuk, tak juga kurus. Bajunya putih, dengan model seperti baju koko, tanpa peci di kepalanya. Rambutnya lurus, terlihat agak tipis-tipis, dan klimis.
Semua terlihat, kecuali wajahnya. Iya wajahnya! Dengan cepat ia mendatangiku, menarik tanganku, seolah ingin mengajakku ke suatu tempat. Tangannya dingin.
Aku mengikuti saja di belakangnya dengan setia, tanpa bisa mengungkapkan pertanyaan yang ada di kepalaku. Siapa dia? Kemana dia membawaku? Kenapa aku?

Aku menurut saja, seperti ibu yang diajak anaknyake suatu tempat kesukaanya. Tiba-tiba kami sudah berada di depan tanah lapang, dengan bunga penuh warna dan pohon yang tumbuh menyebar membentuk taman yang menghipnotis mata.
Sejenak badanku seolah melayang, merinding saat kutengok kembali anak itu di sebelahku.
Mashka?
Kaukah itu, Nak?

•••
Aku terbangun. Usai tilawah tadi ternyata aku tertidur. Mimpiku berlalu begitu saja, dan baru teringat saat asar.
Apapun itu, semoga Allah berikan barakahNya dg mimpi baik dan  jauhkan kita dari mimpi tipu daya syaitan. Aamiin.

Jumat, April 25, 2014

Tahun keempat sakinah bersamamu

Teruntuk imamku...

Terimakasih.

Ah, aku selalu saja gagal menata kata saat berniat mengurai rasaku padamu.

Sejak awal hingga kini yg baru memasuki tahun keempat pernikahan,
tak sedikitpun kutemukan perbedaan pada cara lembutmu memperlakukanku,
dengan segala kekeraskepalaanku tentu saja.

Sejak awal hingga kini,
aku masih saja merasa menjadi wanita sempurna bila di sampingmu.

Tahun lalu, masih sangat lekat dalam ingatan,
kupersiapkan hadiah khusus di tanggal ini.
Bersama putra kita yg masih bergerak lincah di rahimku.
Dengan begitu banyak luapan harapan.

Kini, aku tak mempersiapkan apapun selain kata Terimakasih.
Terimakasih telah menjadi pembimbing,
teman, sahabat, dan pemimpin dalam safar dunia.
Dalam ketiadaan maupun dalam kecukupan,
dalam bahagia, maupun dalam kesedihan yg menghempas harapan.
Terimakasih, abi...
telah menemani dengan kelembutan setiap saat
telah menemani saat indah menyambut harapan
dan tetap berada di sisi saat  langit seolah runtuh menimpa bumi yg kita pijak.
Terimakasih telah menegur salahku
terimakasih telah menemani hijrahku
terimakasih ...

Masih empat tahun,
semoga Allah limpahkan sakinah ini hingga raga kita terpisah,
kemudian menyatukannya lagi sakinah ini hingga Jannah

Senin, Maret 31, 2014

Ibu-ibu Hebat!

Tak sengaja melihat postingan bunda Muktia di fb tentang seorang ibu yang begitu sabar, ingin juga berbagi 2 cerita tentang ibu2 sabar yang tak begitu kukenal, namun Allah mempertemukan kami dan mengijinkanku menyimak sekelumit cerita hidupnya yang luar biasa.

Cerita 1

Ibu ini kutemui saat musim haji lalu. Dengan ijin Allah beliau bisa berangkat haji. Masih kerabat jauh ibu, beliau yang berangkat hanya sendiri sempat membuat ibuku cemas saat hari2 pemberangkatan. Maklum saja, beliau penderita gula darah. Saat ada di asrama solo, dikabarkan kadar gula darah beliau 800. Iya 800! Maka tim dokter segera mengkarantina beliau agar pulih dan tetap bisa berangkat.
Seminggu sebelum keberangkatan ke solo, gula darah beliau memang sudah pada angka 600. Pingsan? Tidak, bahkan beliau ke rumah sakit sendiri dg menumpang tukang becak.

Cerita lengkapnya kudapati saat menengok beliau usai pulang haji.
Di sebuah rumah, ah entah apa bisa disebut rumah, krn bangunan itu bisa dibilang sebuah ruang dg pintu depan dan bagian dalamnya disekat dg dinding triplek.

Di dalam rumahnya, kami jumpai suaminya sedang sakit stroke yang kabarnya sering mengamuk. Lalu dari mana beliau memiliki dana utk berhaji? Jawabannya adalah tabungan. Ya tabungan yg beliau kumpulkan sejak muda, untuk sekolah sang putra semata wayang. Namun, gempa 2005 silam merenggut sang putra dari sisi ibundanya.
Dengan suntikan insulin yg harus terus beliau suntikan pd tubuhnya, beliau jg hrs merawat suami yg sakit lagi tempramen.

Allah kecilkan nilai diri ini di hadapan beliau. Maluuuu... Air mata haru kutahan kuat2 saat mendengar cerita demi cerita episode hidupnya dari ibuku. Cantik, berketurunan baik, namun mudanya harus 'terpaksa' menikah dg orang yang tak begitu disukainya atas dasar demi orang tua. Memiliki putra semata wayang yg pintar, yg kemudian Allah panggil dihadapannya saat gempa merobohkan tembok kamar putra tercinta. Sang suami menderita stroke dan menjadi tempramen. Berteman dengan insulin dan obat-obatan agar kadar gula darahnya tak meningkat dan terus menggerogoti badannya yg sudah terlihat begitu kurus. Mengais rezeki demi agar obatnya dan suami bisa tertebus di apotek.
Hatiku rontok karna malu.

Ibu yang hebat!
Hebat karna dalam keadaan seperti itu beliau masih bisa tersenyum, bahkan tertawa, dan bercanda.
''Jika memang harus dengan sabar dan ikhlas hidup seperti ini yg bisa membuatku pantas masuk surga, mbak, maka akan kujalani ini''
katanya pada ibuku suatu ketika.

DEG!
Surga atas sabarnya.Surga atas ikhlasmu wahai bude... :,)

••••••

Cerita 2

Kejadian ini belum lama. Terjadi kemarin lusa saat Allah menghendakiku bertemu seorang ibu di sebuah kajian yg diisi oleh Aa' Gym. Beliau temannya teman di grup ODOJ yg berbeda. Saat beliau datang, terlihat jelas bahwa usianya mungkin seumur dengan tante saya, namun kecantikan masih sangat terjaga.
Ah, dasar wanita, sempat2nya juga saya perhatikan tas jinjingnya yg seharga motor saya membuat saya langsung bisa menebak bahwa ibu ini jelas serba berlebih.

Mulailah perbincangan kami, kebetulan beliau sdg mencarikan tempat 'singgah' sementara bagi putranya yg bersekolah di jogja. (beliau dr luar kota jogja yg jaraknya skitar 1  jam perjalanan). Beliau menawari saya yg memang dekat dengan sekolah putranya. Maka semakin mendalamlah obrolan kami di sela-sela menunggu aa' gym datang, sampai akhirnya:

''Sudah punya putra, mbak?"
"Sudah bu..''
"Wah, usia berapa?''
''Sudah Allah panggil, bu'' jawabku :)
Lalu beliau pegang tangan saya, dingenggamnya
''Ikhlas ya..kuat"
''Iya bu..."
( Tapi dalam hati : Yaelah ibu ini gampang bgt ngomong. Anaknya banyak, pinter semua, suaminya sayang, materi berlimpah')

''Anak saya tujuh, mbak'' lanjutnya sambil menunjukkan jarinya yg berjumlah 7. '' Tapi bukan anak kandung, SEMUANYA''
Saya membatu.Speechless

Lalu mengalirlah cerita beliau
''Mbak beruntung sempat merasakan hamil bahkan melahirkan. Dulu saya hamil 3 bulan, ternyata di luar kandungan, dan harus ada yang dipotong pada organ saya hingga akhirnya saya divonis tidak bisa hamil.
Pernikahan pertama saya. Ya, yang kali ini suami kedua. Pada akhirnya saya bicara pada suami saya. 'Bila memanb aku mau dipisah, silahkan, mas. Tapi bila kamu mau nikah lagi, silahkan, aku rela, asal ia wanita sholihah, bahkan akan kulamarkan untukmu. Tapi bila ia bukan wanita baik2, maaf mas, aku lebih baik mundur, krn yg seperti itu bukan tandinganku, bukan sahabatku, dan bukan patner bagiku.'

Saya masih takjub.

Tanpa disangka, bukan perpisahan dunia yg terjadi, beberapa tahun setelah mengangkat seorang anak, sang suami pulang ke Rahmatullah.

''Apakah saya hancur? Manusiawi, tp saya mencoba ikhlas, hingga kimi saya ada di samping mbak dengan tetap tersenyum bukan?"

Allah itu tahu apa yg terbaik bagi kita, kitanya saja yg sok tau apa yg baik buat kita padahal tidak tau apa-apa.

Sekarang saya memiliki 7 anak, dan tidak ada yg saya lahirkah satupun. Tapi saya yakin, doa anak shaleh bukan hanya dari seorang anak kandung

Subhanallah, ibu orang hebat!

Kini beliau jg sedang mempersiapkan sebuah panti yang kelak menampung bayi dan balita. Cita-citanya adalah mencetak generasi hafidz Qur'an.

Saya haru. Haru karna iri pada beliau yg Allah berikan kesempatan untuk beramal sedemikian besar.....

Jumat, Maret 14, 2014

Saat doa Orang Shaleh tak dikabulkan

Saat Doa-doa orang sholeh tak (lagi) dikabulkan.

..Masih tentang ayat yang sama di status lusa kemarin..

Sejak semalam, broadcast berdatangan dr berbagai grup, Odoj, odoj akhwat jogja, sias, dan bbrp grup lain tentang kondisi riau yg terpenuhi asap.
Riau, satu provinsi yang pernah mjd tempat tinggal. Yang meski kemudian tertugaskan di bagian kepulauannya, ada saja jadwal tiap bulan utk ke sana. Riau yg mengeratkan pd silaturahim kawan2 yg berjuang mencari rizki meski hrs berjauhan dg orang tua, suami, atau bahkan anak2...
Dan kini, asap yang memang biasa menghampiri tiap tahun tak kunjung hilang, malah semakin membumbung, mengancam sumber kehidupan bernama NAFAS.

Sinabung belum usai, kelud sudah terbatuk. Kini kelud belumlah pulih, asap riau makin menebal...slamet pun mulai menguap. Anehnya, pemerintah justru disibukkan dengan hilangnya pesawat yang bukan miliknya dan strategi menjelang 9 april.
Yasudahlah...

Lalu kemana orang2 shaleh? bukankah doa yang mampu mengubah takdir? dan doa2 orang saleh pasti dikabulkan?

Broadcast semalam contohnya, bukan untuk menggalang dana, tapi menggalang doa. Karna semua tau, rakyat riau tak butuh dana, yg mereka butuhkan doa. Doa agar udara bersih yg selama ini mereka hirup dg cuma2 bs kembali lg, doa agar hujan segera turun dan menyudahi kemelut asap yg menyesakkan.

Tapi sadarkah, ternyata ada kalanya doa orang saleh pun tak lagi Allah hiraukan. Pernah membacanya dlm sebuah artikel, dan opini artikel tsb seolah terkuatkan stlh mendengar tausiyah bbrp waktu lalu.
Kapankah itu???
Doa orang2 saleh terabaikan saat begitu banyak kemunkaran yang terjadi di sekitarnya namun ia memilih diam, tak mengingatkan dan sibuk dg amalnya.
Saat begitu banyak ketidakadilan namun ia terus bungkam, seolah tak peduli.
Hanya segelintir orang2 yang bergerak, menyegerakan dakwah meski hrs berhadapan dg cibiran, bahkan dr orang2 taat yang memilih diam.

Masih ingat ayat yg kemarin kan? ini lanjutannya..

Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami SELAMATKAN orang-orang yang MELARANG dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik. (QS Al-A'raf:165)

Liat hotpant dimana2 trus  bilang astaghfirullah bagus tuh refleknya...lbh bagus lagi mari sama2 kampanyekan bagaimana menutup aurat yang benar, bagaimana syariat mengatur dengan indahnya.
Taat sendiri bagus, tapi lebih bagus lagi taat berjamaah. Shalat sendiri baik, tp bukankah jd berlipat pahalanya bila berjamaah? Masuk surga sendiri syukur, tapi alangkah indahnya bila memasuki surga dengan berjamaah...

''Biar aja,toh azab juga dia yg nanggung, gitu aja kok repot''

Ups, jangan salah, menurut tafsirnya, ayat di atas juga mencakup orang2 taat yg enggan memperingatkan kefasikan yang kala itu terjadi.

Maka, doa pun harus disempurnakan dg perbaikan diri, saling menasehati dlm kebenaran dan kesabaran. Agar doa2 menembus langit, kemudian menurunkan hujanNya ke riau, melemahlembutkan sinabung, kelud, slamet dan merapi, membuai angin agar tiupannya tak menumbangkan atap2 kita.

Wallahu'alam bishowab...

#pengingatdiri
(yang nulis bukan orang pinter apalagi ahli, jadi mohon dikoreksi)

Rabu, Maret 05, 2014

Tim SPJ batch 3

Sama sekali tidak menyangka bakal lolos juga. Dari grup yang lolos challenge pertama isinya adek2 yang masih berstatus mahasiawa dan memiliki pemikiran kritis dan kreatif, ada juga beberapa yang masih sma. Nah, ini sudah emak2 ternyata diberi kesempatan untuk berkarya di Tim Peduli Jilbab batch 3 dengan divisi tim kreatif.

Padahal kirim esainya mepet banget. Itupun pake acara minta tolong suami krn di ms.office hp ga ada option fontnya.
Terimakasih ya abi Fajar Ibnu Tufeil yang sudah membantu...

Bismillah...
Meski ilmu masih sangat terbatas, lahan dakwah ini bisa menjadi penghantar menuju cita2 langit. 
Kehidupan yang sudah berubah 180 derajat dengan tahun lalu ini pastilah Allah yang kehendaki, pastilah Allah yang mengatur.

Ada rasa haru saat menuliskan posting ini. Mungkin bagi beberapa orang, amanah ini tak seberapa, mungkin bagi beberapa orang justru tak penting. Tapi semoga Allah mudahkan tangan ini berkarya untuk mengajak kembali saudari-saudari muslimah berhijab syar'i. Sungguh masa lalu yang Allah rancang sedemikian rupa telah menempatkanku pada titik ini. Sebuah titik tanpa kelelahan jiwa akan dunia, sebuah titik dengan tujuan tertinggi hanya ingin pertemuan dengan Robbnya...

Sabtu, Februari 22, 2014

SIAS, Satu Ukhuwah Hati Bunda Yang Merindu Syurga

Tiba-tiba ada haru menyeruak sore ini, saat kembali teringat hari ini mengaprove satu lagi anggota SIAS dan mendapati penyataan hangat dapat bersilaturahim di grup.

Enam bulan lalu masih ragu apakah grup ini sekedar rasa emosional saya yang berupaya agar menemukan teman seperjuangan dalam melawan duka. Sebulan kemudian, rasa itu terjawab, dan tak mengagetkan bila ternyata jawabannya YA, itu benar. Rasa yang tidak mungkin saya pungkiri bahwa bertemu dengan orang-orang yang memiliki 'nasib' serupa memang bisa dibilang lebih membuat hidup 'terasa' masih hidup.

Semakin hari, beranjak minggu dan kini hampir 6 bulan, persahabatan dengan saudara2 yang hampir seluruhnya belum pernah bersua itupun semakin erat. Rasa duka terurai menjadi ukhuwah yang saling menguatkan satu sama lain. Saat ada rindu sang mujahid mujahidah kecil, selalu saja ada pelukan tak terlihat dari berbagai penjuru negri ini. Ya, sekalipun saat ada air mata rindu tak terbendung, selalu ada yg ikut menangis bersama.

Bukan pembenaran atas duka yang berlarut, grup ini semata hanya berupaya merambah sisi2 hati terdalam dari seorang bunda yang merindu ananda. Seberapun kuat dan sabarnya, kami tentulah jauh dari Ummu Salamah yang kokoh ketika sang buah hati telah terbujur kaku di depannya, kemudian esoknya masih mampu menyapa sang suami yg baru saja pulang dari medan jihad dg senyuman tulus seolah tiada duka. Kami sadar bahwa segalanya hanya milik Sang Maha Memiliki, namun seberapapun kuatnya, bagian dari tubuh ini tak serta merta terlupa. Bukan tiada ikhlas, tapi kelemahan hati seorang bunda yg merindu dan sadar tak kan bertemu yang di rindu selama di dunia ini kadang masih begitu menyita rasa.

Maka, sungguh melegakan ketika di dekat hati kita ada hati lain-yg sama merindunya dengan ananda- yang 'memeluk' tulus. Percayalah, bukan kami tak menghargai perhatian dan rasa kasih orang-orang di sekeliling kami. Tapi tentulah berbeda kalimat ''sabar ya'' yang terucap dari seorang yg tau betapa merindunya hati terhadap mujahid mujahidah kecil kami dan dari orang yg mengucapnya sembari menggendong buah hatinya di depan kami.

Maha Adil Allah yg mengambil milikNya dari sisi kami dan menggantinya menjadi ukhuwah surgawi (inshaa Allah). Saling mengingatkan kecintaanNya pada kami, saling menguatkan hati utk terus perbaiki diri hingga layak tertunggu di pintu Jannatuna'im...

Jazzakumullah khayran katsir bunda2 SIAS, semoga cukup ini yang menjadikan kita tertegur untuk terus bermuhasabah diri hingga mampu menggapai derajad mukminat. Aamiin.
Semoga grup ini bisa saling mengingatkan dan bermanfaat.
Wallahua'lam

Rabu, Februari 19, 2014

Sedang apa kau di sana, Nak?

Di saat anak-anak seusiamu mulai bisa berinteraksi dg orang dewasa,
sedang apa kau di sana, nak?
Di saat anak-anak seusiamu mulai berjingkrak seolah ingin bangun dari pangkuan,
sedang apa kau di sana, nak?
Di saat anak-anak seusiamu mulai belajar makan,
sedang apa kau di sana, nak?
Di saat anak-anak seusiamu mulai mengucapkan kata tak jelas,
sedang apa kau di sana, nak?
Di saat anak-anak seusiamu berguling, merangkak dan menggapai semua barang di dekatnya,
sedang apa kau di sana, nak?

Di saat semua orang tua berjalan dan membanggakan anak mereka yg seusiamu,
umi abi di sini  jg sdg berbangga padamu, wahai prajurit syurga...
Di saat semua orang tua menggendong anak mereka yg seusiamu,
maka umi dan abi jg diam2 sedang membayangkanmu di pangkuan bapak para nabi, Ibrahim as.
Tapi di kala orang tua anak seusiamu mengeluh capek, tidak bagi umi dan abi, sayang...
Tak akan letih hati ini meski selalu terkejar rindu padamu,
Tak akan tumbang diri kami meski godaan hilang asa selalu di depan mata.

Sedang apapun kau di sana, sayang...
biarlah umi tetap merindukanmu dalam hati...
memelukmu dalam dekapan sayang yg hanya terasa di sanubari...




kerinduan pada sang prajurit syurga.
19/2/14

Sabtu, Januari 25, 2014

Romantisme subuh

Romantis itu..
Saat kau genggam tanganku menyusuri jalan setapak
Terkadang kau di depan, mencari jalan yang tak tergenang air hujan semalam
Tapi lebih sering kita berjalang beriringan.
Melewati desa di samping rumah
Berangkat saat adzan mulai dikumandangkan
Mengejar qobliyah yangndiganjar lebih dari dunia seisinya..

Romantis itu..
Berdua menikmati pagi yang masih gelap
berjalan berempat, aku, kamu, dan bayangan kita...
berharap kelak menjadi enam, delapan, sepuluh....
Melangkahkan kaki menuju gubuk cinta
Menghirup udara yang masih bersih
Diiringi suara binatang2 sawah..

Romantis itu..
saat usai shubuh tilawah bersama,
kemudian menikmati pagi dengan canda

Karna romantis itu denganmu
yang syurgaku ada di ridhomu..

Senin, Januari 20, 2014

Mimpi Terindah



Aku menaiki sebuah tangga berlantai putih bersih. Sisinya terbuat dari kayunberwarna hijau lembut. Entah apa yang kulakukan di bangunan yang asing iru. Namu langkahku terus maju, melewati lorong berdinding putih, berlantai putih, dan bahkan langit2nya pun putih. Bersih, seolah tanpa cahayapun putihnya mampu menyinari. Aku terus berjalan, tiba2 kulihat seorang ibu, duduk di dekat sebuah box bayi. "Rumah sakitkah ini? Kenapa ibu itu seolah seperti saat aku menunggui Mashka di rumah sakit?'' batin hatiku.
Semakin dekat, wajah ibu itu semakin jelas, ya, aku mengenalnya. Kusapa beliau'
"Lho bu, putranya kenapa? kan dari kemari sehat2 saja to"
"Anak saya sakit, mbak..'' wajahnya sendu
Aku agak heran, karna setiap kali bertemu sapa, anaknya selalu terlihat sehat kok.
Yang lebih terasa aneh, kenapa ibu ini cuma seolah satu2nya pasien di bangunan yg kurasa seperti rumah sakit serba putih ini.
''Ibu yang sabar ya...Adek ga sakit ini. Sehat gini ko'', hiburku tulus, karna anaknya memang terlihat bugar.

Aku berbalik hendak pergi, tak sadar ternyata ada pintu di samping belakangku. Penasaran, kubuka pintu itu. Berbeda dengan suasana sebelumnya, kini aku berada di sebuah ruangan penuh warna pastel yg lembut. Wallpaper2 lucu khas ruang anak menghiasi dinding di ruangan itu. Terdapat banyak box bayi di situ, samping liri dan kanan juga ada 1 di bagian tengah, tepat didepan tempatku berdiri. Box bayi yang terlihat begitu nyaman dan empuk. Di dekat box paling belankang sebelah kanan ada pintu belakang, dan ehh, aku kaget karna kulihat lagi 2 orang yang kukenal.
''Kemana saja kamu din...kok lama banget'' tanyanta seolah telah menungguku.
Aku berjalan mendekatinya, ada bayi di box itu. Wajah itu...bayi itu mirip sekali dengan Mashka, namun mungkin usianya sudah hitungan bulan meski dalam bedong yg berwarna biru pastel. Pipinya berisi, agak kemerahan, aku menatapnya, ia membalasnya dan tersenyum padaku.
Tubuhku kaku, tak sadar mulutku berucap, ''Mashka...''
''Iya, ini Mashka, kok kamu malah diem'' ungkap wanita yg kukenal satu lagi.
"Mashka? Bener, mbak? Tapi Mashka kan...'' tenggorokanku tercekat tak berani melanjutkan kalimat.
''Heh, ya ini Mashka...''
Tak menunggu lama, segera kedekap bayi itu. Dalam gendonganku, kutatap kembali wajahnya, ya..ini Mashka...ini Mashka, hatiku berbunga.
Wajahnya bulat, pipinya berisi dan kemerahan..ia menyunggingkan tawa lucunya di dekapku sambil terus menatapku.
"Kamu ga sakit sayang...kamu sehat'' kataku..
"Iya ibu, Mashka tidak sakit, dia sehat sekali. Lihat saja, dia begitu sehat bukan? Dia hanya dirawat sebentar disini, sekarang boleh ibu bawa pulang..'' Suara itu datang dari seoeang wanita cantik keibuan yang baru datang dari pintu belakang. Pakaiannya putih bersih, sepertinya dia perawat. Nada bicaranya syahdu dan lembut. Juga tatapanya begitu menentramkan.
''Saya yang menjaganya selama ini...sekarang anda boleh membawanya pulang'' tambahnya dengan senyuman.

''Kita pulang ya, nak...Umi tak sabar bertilawah bersamamu lagi. Pasti Abi, uti dan kakung tak sabar juga bertemu denganmu...'' kataku sambil terus membawanya dalam gendongan seolang tak mau kulepaskan.
Wajah dalam gendonganku menatapku bersama tawa kecilnya...seolah dia sedang berkata padaku, ''Ummi, akhirnya kita bertemu...''

Ya, nak...Allah kabulkan doa umi...

=====================================

Kami menikmati sahur dengan haru usai kukabarkan aku baru saja bertemu sang buah hati. Aku tahu, rasa rindu yang sama besarnya juga Abinya rasakan. Air mata kami seolah bicara dalam diam sembari menikmati menu sahur.
Saat qiyamul lail, antara azan dan iqomah, usai tilawah, usai fardhu, usai dhuha, doa pertemuan dalam mimpi selalu kupanjatkan...Semoga ini jalan yg Allah beri, jawaban yg Allah beri. Ada kerinduan yang meluapn dan kesedihan kala terbangun, namun ada kebahagiaan tersendiri kala mengingat kembali ia begitu sehat dan lucu kini.
Semoga ini jauh dari hasutan syaitan, krn wudhu, syahadat,doa tidur, ayat kursyi, Al Fatihah, Al Ikhlas, Al Falaq dan An Nas yg selalu menemani sebelum lelapky. Allahumma amiin..

Kamis, Januari 09, 2014

Ini Kisah Hijabku...

''Sejak kapan kamu mulai pake jilbab?''
Begitu kurang lebih pertanyaan yang kerap kudengar dr teman/ kenalan yg mulai berhijab.

Jika ditanya kapan kadang masih bingung ngejawabnya. Karna dalam hidupku, ada proses panjang dalam urusan yang satu ini...HIJAB.

Perkenalanku dengan jilbab dimulai sejak memasuki bangku sekolah menengah pertama. Sejak Sd aku memang sudah pake jilbab, tp cm hari jumat sabtu saja, saat memakai pakaian seragam internal (aku bersekolah di swasta Islam).
Tapi sejak mendapati masa baligh di awal Smp, kakakku lsg agak memaksaku memilih seragam sekolah yg mengenakan jilbab. Awalnya masih ragu, namun kemudian mau juga.
Aku memang mengenakan jilbab di sekolah, tapi ketika keluar dari kewajiban berseragam, maka jilbab itu juga lepas dari kepala ku. Bahkan aku yg sempat agak tomboy kala itu, cenderung memilih topi dibanding jilbab.

Hingga suatu saat, pada tahun keduaku di smp, dipertemukanlah aku dengan seorang sahabat cantik yg menganggapku sbg kakak, meski kami setingkat. Masih ingat jelas percakapan kami di waktu istirahat kala itu:
AM : ''Mbak, aku boleh ngomong sesuatu nggak?'' tanyanya dg nada agak serius, berbeda dari biasanya.
Aku:''Tentu..kenapa''
AM: ''Tau nggak, mbak kayak BUNGLON deh, hihihi..." katanya sambil bercanda
Aku: ''Hee??? enak aja. Kok kaya bunglon siy?"
AM: Iya, soalnya mbak kadang pake jilbab kadang engga. Kalo di sekolah dipake jilbabnya, klo pas ga sekolah dilepas. Kan berubah2 kaya bunglon..hahaha''
Aku: "Eh..iya juga ya...awas kamu ya..''
AM: "Makanya, ga usah dilepas2 deh...kmn aja pake jilbabnya..kan makin cantik..."
Aku: ''Oooo...gitu ya...'' sambil mikir bener juga nih anak

Nah, dari situlah awal mulanya aku mulai belajar pake jilbab selain di sekolah. Eits, tapi tunggu, belum kelar ini ceritanya.
Meski sudah beridentitas muslimah berjilbab, jilbabnya juga pendek2, sesuai mode. Dari jaman bordir kartun sampai satin super tipis.(hiks, inget dosa lagi)
Nah, yg seperti ini lanjut dah sampe kuliah. Berjilbab tp tetep ikut gaya. Pas gaya pendek y pake pendek, pas ngetrend jilbab2 tipis, eh ikutan juga. Bajunya juga gitu...masih celanaan jins, pake rok kadang, tp baju masih kecil. Korban fashion banget pokoknya.

Sampai suatu ketika di semester pertengahan kuliah, aku sempat memutuskan ingin berhijab syari, kemana2 pake rok, gak jins lagi.Iya, sempet kok, tapi cuma bertahan beberapa minggu. Ini kali yg dibilang tobat tomat, ato esuk tempe sore dele. Penyebabnya karna ga tahan godaan masa muda utk selalu ngikut fashion, dandan, takut ga dibilang cantik (duuh, byk bgt ya dosanya). Saat itu mungkin krn masih ikut2an, bukan benar2 panggilan hati.

Semua itu berlangsung lama. Yup, terlebih saat musim fashion hijab. Sempet jualsn juga kok, dr pasmina ubel2, punuk onta, sampe makeup hijab. Semua berjalan seperti itu, bahkan hingga bbrp bulan lalu sbelum Mashka lahir. Dan kemudian lahirlah Mashka, semuanya berubah. Mashka adalah titik balik kehidupanku. Mashka adalah teguran untukku, rasanya seperti itu. Penciptaannya mungkin memang Allah tujukan untuk memberiku peringatan. Kerinduanku pada Mashka membawaku pada kerinduan syurga, kerinduan syurga membawaku kembali pada AlQur'an dan Sunah Rasulullah.

Maka sejak saat itu, hijab syar'ilah pilihanku. Hijab yg saat ini ramai dikampanyekan. Bukan, kali ini aku tak berhijrah krn ikut2an. Sebelum memutuskan untuk mengenakannya, hati ini sempat terombang ambing. Namun, yakin bahwa hidayah itu mahal, maka seluruh isi lemari yg tak bs kugunakan sesuai syar'i kuhibahkan. Tak peduli betapapun dulu aku menyukainya. Kepergian Mashka seolah membuka lebar mataku pada peristiwa setelah kehidupan.

Jangan salah sangka, dulupun aku ngerti kalo kiamat itu pasti, mati itu pasti, yaumil hisab itu pasti dan surga neraka itu ada. Aku tau. Namun, aku masih bs bersenda gurau, berpenampilan tak syari, dan melakukan pekerjaan sia2 (semoga Allah mengampuniku..aamiin). Rasa takut itu mungkin saja terkikis krn sifat2 yg secara tak sadar memang sudah mengotori hati.
Tentang berhijab syar'i, dulu pun sempat terpanggil, namun silau dunia masih menutup hati.
Tapi tidak setelah Allah memanggil Mashka kembali ke sisiNya. Dunia ini terasa begitu hina. Apapun yg sifatnya dunia sepertinya tak lagi penting. Aku tiba pada titik kehinaan sbg seorang hamba, seperti mualaf yang awalnya tak mengerti ajaran Islam yg memeluk Islam dengan hati...dan itulah akhirnya yg membuatku berhijab syari.

Jadi, mengejar syurga krn Mashka, bukan karna Allah?  Mungkin akan timbul pertanyaan seperti itu.
Mungkin akan terkesan seperti itu. Apapunlah. Tapi dibalik semua itu, rasa takut pd Allah semakin besar, rasa hina terhadap diri sendiri jg demikian. Hari perhitungan seolah akan terjadi esok hari, sementara dosa rasanya masih menumpuk.

Mungkin agak lebay siy ya...tapi seperti itu yg kurasakan. Terjemahan dan tafsir Qur'an dari dulu punya, namun tak pernah benar2 kubaca dan kuhayati maknanya. Tilawah tiap hari, tp cm spert formalitas, 'yg penting ngaji', tanpa ngerti maksudnya. Aku merasa masa laluku benar2 diliputi kebodohan dan sia2. Tapi syukurlah, Allah kirimkan Mashka untukku. Kembalinya  Mashka memberiku banyak pelajaran. Aku seperti dituntun pelahan mengenal orang2 baik dan menuntunku belajar bagaimana mjd muslim yang kaffah. (insyaAllah)

Komentar orang? Hmmm...jangan tanya,,
dari mulai " Kamu kedinginan? ko kerudungnya skr panjang amat, kaoskaian pula'' ''Kamu skr ikutan partai X?'' sampai ''Ga asik loe, ga dandan ky dulu lagi", dan banyak lagi. Menciutkah nyaliku seperti saat kuliah dulu? Tidak. Buat apa? karna dandanku hanya untuk suami, dan saat orang lain menghina, maka biarkan saja. Asal rapi, bersih, maka aku yakin ini hanya soal waktu.

Jadi apa sekarang sudah sempurna? Jauh dari itu. Dan entah bisa atau tidak, yang jelas aku masih harus banyak belajar, menuju Islam yang kaffah. Cukup...biar aku saja yg diperingati begini keras hingga menemukan cahayaNya, jangan kalian.
Hidayah begitu mahal,
ia hanya datang jika Allah sayang,
maka jangan sia2kan kala petunjukNya hadir menyapa hati.

''…  Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).” (QS. asy-Syuraa: 13)

Semoga posting ini menjadi pelajaran dan silakan ambil hikmahnya. Semoga kita termasuk orang2 yg diberi petunjuk.

Jumat, Januari 03, 2014

Kerinduan di Masjid Kampus

Semalam aku mengikuti suatu majelis ilmu di Masjid ugm. Begitulah, selain mengerjakan tugas ibu rt, jahit menjahit, memburu majelis ilmu jd keasyikan tersendiri. Tak masalah, ketika mjd minoritas dlm penampilan krn sebagian besar akhwat2 mengenakan burqa (hijab penutup wajah), yg terpenting ilmunya dapet.

Semalam, bahasannya tentang jurus2 menjaga keharmonisan rumah tangga. Bagaimana kwajibang istri dan suami, bgmn saling memperlakukan satu sama lain, hakikat rumah tangga, dll.

Anak-anak kecil yg begitu banyak berlarian kesana kemari. Bahkan magribku sempat tak tuma'ninah karna mendengar tangisan bayi yg mungkin usianya masih hitungan 1-3 bulan. Di sekelilingku para ibu memangku anaknya, ada juga menggendong, menimang2 ananknya. Ada yg mengelus rambut anaknya saat anaknya mulai terlihat mengantuk..Ya, hal itu benar2 di sekelilingku. Di shaf depanku, disamping kanan kiri, di belakang, bahkan di luar shaf.

Ingatanku kembali pada april hingga juli lalu. Saat tiap selasa pagi aku membawa Mashka di perutku, kemudian menaiki tangga masjid ini...semakin hari semakin berat. Menunggu jam 9 untuk berangkat yoga hamil sembari dhuha dan menuntaskan target khatam sebelum kelahiran.
Mengelusnya lewat permukaan perut sembari mengajaknya berbicara...

"Nak, klo sudah lahir nanti, trus kamu uda bisa umi ajak jalan2, sering2 ke sini yuk ( maskam ugm). Habis umi ngiri tuh ibu2 itu bs ngajarin anaknya yg msih kecil ikutan dhuha sampai 6rakaat. Tumbuh jd anak sholeh ya, nak...Mencintai Allah dan RasulNya di atas segalanya."

Jika kemarin langgar dekat rumah, posting ini pun masih ttg kenangan Mashka di maskam ugm. Semalam sempat meneteskan airmata rindu yg tiba2 menyeruak di tengah kebisingan suara canda dan tangis anak2, serta suara al Ustadz yg sdg mengisi.

Tapi bagaimanapun jg, semalam pelajaran berharga juga kudapat. Pelajaran syukur dan intropeksi. Syukur akan visi rumah tangga yg kami bangun, syukur akan suami dan rumah yg menentramkan dan penuh kasih, intropeksi sbg istri, sbg ibu dan calon ibu, sebagai kaum yg sebagian bsr mjd bahan bakar jahanam bila kewajibannya sbg istri tak dipenuhi.

Terimakasi (lagi) ya Allah...