''Sejak kapan kamu mulai pake jilbab?''
Begitu kurang lebih pertanyaan yang kerap kudengar dr teman/ kenalan yg mulai berhijab.
Jika ditanya kapan kadang masih bingung ngejawabnya. Karna dalam hidupku, ada proses panjang dalam urusan yang satu ini...HIJAB.
Perkenalanku dengan jilbab dimulai sejak memasuki bangku sekolah menengah pertama. Sejak Sd aku memang sudah pake jilbab, tp cm hari jumat sabtu saja, saat memakai pakaian seragam internal (aku bersekolah di swasta Islam).
Tapi sejak mendapati masa baligh di awal Smp, kakakku lsg agak memaksaku memilih seragam sekolah yg mengenakan jilbab. Awalnya masih ragu, namun kemudian mau juga.
Aku memang mengenakan jilbab di sekolah, tapi ketika keluar dari kewajiban berseragam, maka jilbab itu juga lepas dari kepala ku. Bahkan aku yg sempat agak tomboy kala itu, cenderung memilih topi dibanding jilbab.
Hingga suatu saat, pada tahun keduaku di smp, dipertemukanlah aku dengan seorang sahabat cantik yg menganggapku sbg kakak, meski kami setingkat. Masih ingat jelas percakapan kami di waktu istirahat kala itu:
AM : ''Mbak, aku boleh ngomong sesuatu nggak?'' tanyanya dg nada agak serius, berbeda dari biasanya.
Aku:''Tentu..kenapa''
AM: ''Tau nggak, mbak kayak BUNGLON deh, hihihi..." katanya sambil bercanda
Aku: ''Hee??? enak aja. Kok kaya bunglon siy?"
AM: Iya, soalnya mbak kadang pake jilbab kadang engga. Kalo di sekolah dipake jilbabnya, klo pas ga sekolah dilepas. Kan berubah2 kaya bunglon..hahaha''
Aku: "Eh..iya juga ya...awas kamu ya..''
AM: "Makanya, ga usah dilepas2 deh...kmn aja pake jilbabnya..kan makin cantik..."
Aku: ''Oooo...gitu ya...'' sambil mikir bener juga nih anak
Nah, dari situlah awal mulanya aku mulai belajar pake jilbab selain di sekolah. Eits, tapi tunggu, belum kelar ini ceritanya.
Meski sudah beridentitas muslimah berjilbab, jilbabnya juga pendek2, sesuai mode. Dari jaman bordir kartun sampai satin super tipis.(hiks, inget dosa lagi)
Nah, yg seperti ini lanjut dah sampe kuliah. Berjilbab tp tetep ikut gaya. Pas gaya pendek y pake pendek, pas ngetrend jilbab2 tipis, eh ikutan juga. Bajunya juga gitu...masih celanaan jins, pake rok kadang, tp baju masih kecil. Korban fashion banget pokoknya.
Sampai suatu ketika di semester pertengahan kuliah, aku sempat memutuskan ingin berhijab syari, kemana2 pake rok, gak jins lagi.Iya, sempet kok, tapi cuma bertahan beberapa minggu. Ini kali yg dibilang tobat tomat, ato esuk tempe sore dele. Penyebabnya karna ga tahan godaan masa muda utk selalu ngikut fashion, dandan, takut ga dibilang cantik (duuh, byk bgt ya dosanya). Saat itu mungkin krn masih ikut2an, bukan benar2 panggilan hati.
Semua itu berlangsung lama. Yup, terlebih saat musim fashion hijab. Sempet jualsn juga kok, dr pasmina ubel2, punuk onta, sampe makeup hijab. Semua berjalan seperti itu, bahkan hingga bbrp bulan lalu sbelum Mashka lahir. Dan kemudian lahirlah Mashka, semuanya berubah. Mashka adalah titik balik kehidupanku. Mashka adalah teguran untukku, rasanya seperti itu. Penciptaannya mungkin memang Allah tujukan untuk memberiku peringatan. Kerinduanku pada Mashka membawaku pada kerinduan syurga, kerinduan syurga membawaku kembali pada AlQur'an dan Sunah Rasulullah.
Maka sejak saat itu, hijab syar'ilah pilihanku. Hijab yg saat ini ramai dikampanyekan. Bukan, kali ini aku tak berhijrah krn ikut2an. Sebelum memutuskan untuk mengenakannya, hati ini sempat terombang ambing. Namun, yakin bahwa hidayah itu mahal, maka seluruh isi lemari yg tak bs kugunakan sesuai syar'i kuhibahkan. Tak peduli betapapun dulu aku menyukainya. Kepergian Mashka seolah membuka lebar mataku pada peristiwa setelah kehidupan.
Jangan salah sangka, dulupun aku ngerti kalo kiamat itu pasti, mati itu pasti, yaumil hisab itu pasti dan surga neraka itu ada. Aku tau. Namun, aku masih bs bersenda gurau, berpenampilan tak syari, dan melakukan pekerjaan sia2 (semoga Allah mengampuniku..aamiin). Rasa takut itu mungkin saja terkikis krn sifat2 yg secara tak sadar memang sudah mengotori hati.
Tentang berhijab syar'i, dulu pun sempat terpanggil, namun silau dunia masih menutup hati.
Tapi tidak setelah Allah memanggil Mashka kembali ke sisiNya. Dunia ini terasa begitu hina. Apapun yg sifatnya dunia sepertinya tak lagi penting. Aku tiba pada titik kehinaan sbg seorang hamba, seperti mualaf yang awalnya tak mengerti ajaran Islam yg memeluk Islam dengan hati...dan itulah akhirnya yg membuatku berhijab syari.
Jadi, mengejar syurga krn Mashka, bukan karna Allah? Mungkin akan timbul pertanyaan seperti itu.
Mungkin akan terkesan seperti itu. Apapunlah. Tapi dibalik semua itu, rasa takut pd Allah semakin besar, rasa hina terhadap diri sendiri jg demikian. Hari perhitungan seolah akan terjadi esok hari, sementara dosa rasanya masih menumpuk.
Mungkin agak lebay siy ya...tapi seperti itu yg kurasakan. Terjemahan dan tafsir Qur'an dari dulu punya, namun tak pernah benar2 kubaca dan kuhayati maknanya. Tilawah tiap hari, tp cm spert formalitas, 'yg penting ngaji', tanpa ngerti maksudnya. Aku merasa masa laluku benar2 diliputi kebodohan dan sia2. Tapi syukurlah, Allah kirimkan Mashka untukku. Kembalinya Mashka memberiku banyak pelajaran. Aku seperti dituntun pelahan mengenal orang2 baik dan menuntunku belajar bagaimana mjd muslim yang kaffah. (insyaAllah)
Komentar orang? Hmmm...jangan tanya,,
dari mulai " Kamu kedinginan? ko kerudungnya skr panjang amat, kaoskaian pula'' ''Kamu skr ikutan partai X?'' sampai ''Ga asik loe, ga dandan ky dulu lagi", dan banyak lagi. Menciutkah nyaliku seperti saat kuliah dulu? Tidak. Buat apa? karna dandanku hanya untuk suami, dan saat orang lain menghina, maka biarkan saja. Asal rapi, bersih, maka aku yakin ini hanya soal waktu.
Jadi apa sekarang sudah sempurna? Jauh dari itu. Dan entah bisa atau tidak, yang jelas aku masih harus banyak belajar, menuju Islam yang kaffah. Cukup...biar aku saja yg diperingati begini keras hingga menemukan cahayaNya, jangan kalian.
Hidayah begitu mahal,
ia hanya datang jika Allah sayang,
maka jangan sia2kan kala petunjukNya hadir menyapa hati.
''… Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).” (QS. asy-Syuraa: 13)
Semoga posting ini menjadi pelajaran dan silakan ambil hikmahnya. Semoga kita termasuk orang2 yg diberi petunjuk.