Minggu, November 24, 2013

Cerita Sebatang Pohon Mawar

Malam ini untuk kesekian kalinya aku mendengar isak perempuan yg setiap hari menyiramiku. Ah, tak bisa kubayangkan bagaimana wajahnya bila ia menangis. Karena dia selalu mengulas senyum pd siapapun dan kapanpun meski menurutku kala itu dia tersakiti.

Seperti beberapa waktu lalu ketika (seperti biasanya) dia sedang menyiramiku di halaman rumah, tiba2 ada seorang tetangga yg lewat sambil menggendong anaknya yg sedari td menangis.

"Wah, mbak bunga rajin sekali lho ngrawat kebunnya. Apalagi nanti kalo punya anak, pasti merawatnya lebih rajin, trus anaknya ngga nakal ky anak saya nich. Kerjanya cuma bisa nangis aja."
Kulihat aura perempuan itu muram sejenak kemudian kembali tersenyum..

"Aamiin...aamiin. Alhamdulillah mbak...kan skr yang bisa dirawat baru kebunnya... Lho, itu dek angga kan masih bayi mbak...ya wajar kalau cuma bisa nangis...Nanti kalo bisa sepak bola malah bingung..hehe.." Jawab perempuan itu masih dengan senyum tulusnya.

Aku tau benar bahwa meskipun tak sengaja, kata2 tetangganya tadi pasti sedikit membuatnya sedih. Bagitulah, karna selama akarku menempel di halaman rumahnya ini, belum pernah  kulihat tanda2 kehadiran 'anggota baru' keluarga kecil  ini.Entah kenapa.

Hingga malam ini tak seperti biasanya aku yg  biasa hanya bisa mendengar isaknya, lirih doanya pun terdengar.

"Ya Robb..
Sungguh jika pantas hamba mengadu, itu hanya padaMu.

Engkau Maha Tau Ya Malik...
Bahwa terkadang masih terlintas kata 'mengapa' ketika hamba melihat seorang ibu yg setiap hari selalu membentak bahkan hingga memukul/mencubit anaknya..

Melihat kenyataan bahwa seorang remaja memiliki buah hati yg menjadi 'aib' namun tumbuh begitu sehat meski sebenarnya kehadirannya tak pernah diinginkan..

Melihat begitu banyak orang tua yg tega membiarkan buah hatinya diasuh oleh orang lain sementara ia sibuk mengejar-ngejar dunia..

Melihat begitu banyak orang tua yg dengan teganya menyusui bayinya dengan susu formula yg tak pernah mereka pikirkan akibatnya kelak.

Melihat bahwa pasangan yg mendamba buah hati skian lama namun hingga saat ini belum juga Engkau berikan..

Melihat betapa beberapa ibu yg telah lama menanti dan merawat buah hatinya sepenuh hati dan tulus, namun Engkau pisahkan keduanya begitu cepat..

Ah, Engkau tau benar pasti Ya Robb.. betapa rasanya ingin sekali memprotes padaMu saat rahim ini harus diangkat. Rasanya Engkau baru saja memukul begitu keras, menenggelamkan masa depan dan menghapus mimpi2 indah. 

Tapi tidak Ya Robb...jika jalan satu2nya bagi hamba utk memiliki buah hati itu kelak di jannahMu, maka ijinkan hamba Ya Allah...ijinkan hamba menjadi seluas-luasnya manfaat bagi ummah...Istiqomahkan keikhlasan, kesabaran dan kebaikan diri ini.... Karna hamba tau, sebaik2 keputusan hanya keputusanMu...

Engkau punya rahasia ketika menetapkan seorang anak harus menerima bentakan setiap hari,
Engkau punya rahasia ketika perbuatan terlarang justru melahirkan keturunan,
Engkau punya rahasia ketika pasangan halal Kau minta untuk terus berikhtiar dan memohon kepadamu..
Engkau punya rahasia ketika kembali mengambil titipanMU dari mereka yang begitu menyanyang dan merawat titipanMu
Engkau punya rahasia untuk setiap kejadian...
seperti halnya Engkau jg pasti punya rahasia menetapkan jalan ini padaku...

Karna tak ada satupun yang terjadi TANPA kehendakMu, bahkan daun kering yang gugur di tanah sekalipun. Maka, seadil-adil takdir adalah takdir dariMu yang Maha Memberi Petunjuk.."

 ***
Rantingku bergerak2 diterpa angin... Kalau saja aku punya mata, mungkin tangisku sudah pecah. Kalau saja aku punya tangan, sudah kuseka air matanya. Namun aku hanya sebatang pohon mawar yang tumbuh di halaman rumahnya, maka yg kulakukan hanya mengamini tiap doanya dan berusaha menumbuhkan bunga tercantik untuk Bunga agar ia tersenyum saat melihatku.

Selasa, November 19, 2013

Rindu pada Prajurit Surga

Umi masih membaca AlMulk.
Airmatanya mengalir, diantara diam... tangan kami yg menggenggam seolah jadi alat komunikasi tersendiri yg hanya dimengerti kami berdua.

"Bi, mungkinkah kita bisa meminta agar kakak bisa bertemu idola kita, Rasulullah di firdaus?"

"Insya Allah...."

"Tp entah knapa umi selalu berdoa demikian lho abi... saat rasa rindu ini tak terbendung, maka yg umi minta ke Allah y spt itu. Soalnya surga kan di luar logika, umi g bisa ngebayangin. terus umi ngebayangin aja klo kakak sdg bertemu dg Rasulullah, kluarga, dan sahabatnya. Dg begitu umi lega...Krn Allah sdg menjamu kakak brsama manusia yg paliiiiing mulia."

Air mata kami trs menerus tumpah, meski tanpa isak...
Sampai akhirnya istighfar dan serangkaian surah membuat kami lelap untuk menyambut waktu bermesra dg Maha Pemilik Semesta untuk mengadu...

#rindusangprajuritsyurgamashka

181113

Selasa, November 12, 2013

Menyadari yang Pasti

Inget beberapa tahun lalu ketika kajian keputrian..
"Ini satu hal yang pasti diketahui setiap manusia, namun tak berarti disadari yaitu mati."

"Ah, ngomongin mati mulu deh, serem tauk...", gitu celetuk salah seorang teman yang diam2 kusetujui juga kala itu.

Nah lhoh, sekarang ngaku. Iya, sejak dulu juga tau kalo ujung dari kehidupan ini pasti kematian. Lha wong jaman SMP uda dapet pelajarannya kok tentang penciptaan manusia sampai di hari perhitungan amalnya. Makanya klo sekarang ga ngerti juga kebangetan.

Nah, tapi sadar g kalo ternyata kebenaran itu sering disepelekan.
Ngerti banget kalo besok mati, sholat tiap hari, tapi pikiran masih lari-lari.
Ngerti banget kalo pada akhirnya umur bakal habis, mengaji tiap hari, tapi lupa mengkaji isi.
Sadar sekali mati itu pasti, disuruh berhijab syar'i, masih nanti2, dengan dalih ga sesuai dengan model masa kini.

JLEB!
Ini menohok banget di hati. Secara pengalaman pribadi.
Sampai akhirnya 'disentil' dengan diuji.
Musibah yang saya alami terus terang tidak saya anggap sebagai ujian, tapi sebuah teguran yang mungkin tak seberapa dari Yang Maha Memberi Peringatan.
Ujian itu bagi mereka yang imannya sudah mantep dan berhak naik kelas. Tapi bagi saya, rasanya kok ga pantes dibilang mo naik kelas. Baru suruh masuk kelas dan belajar lagi, itu yang bener. Kemaren2 cuma dengerin aja teorinya, tapi msih enggan ikut pelajaran prakteknya. Makanya sekarang harus 'mengulang' pelajaran, baik teori maupun prakteknya.

Ini catatan untuk memperingatkan diri dan keluarga saja
Sudah disentil, maka selayaknya fardhu dan sunah tiap hari tak terlupa, dan mengikat hati serta pikiran agar tak kemana2.
Sudah ditegur, maka selayaknya ga cuma mengaji tiap hari, bacaanya ga cuma asal, sebisa mungkin tartil dan mengkaji terjemah hingga tafsir...
Sudah diingatkan, maka selayaknya tak tunda berhijab syar'i, memang tak lagi sesuai dengan fashion masa kini, tapi yang penting adem di hati.

Sudah diajari oleh yang Maha Cinta...maka mulai kurangi kecintaan pada seseorang dan sesuatu yang ketemunya cuma bakalan di dunia.
Jadi inget, yang satu itu pernah terungkap pada suami, trus terjadilah percakapan:

Suami: "Jadi, umi bakal mengurangi cinta umi ke abi?"
Sy : "Iya donk...pasti. Kan kemaren cintanya masih kebanyakan. Abi juga harus gitu ya. Ga usahlah cinta2 banget sama Umi.
"Umi cinta abi karna Allah. Semakin Abi mencintai Allah, maka semakin besar pula cinta Umi ke Abi. Begitu sebaliknya ya, bi. Biar nanti kalo kita kehilangan masing2 dari kita, sakitnya tak begitu dalam...toh kita kan hanya dititipi"
Suami: (dengan raut wajah yang memuram) "Iya deh...ingetin Abi ya.." *mwuach

Sudah didekati sama yang Maha Sayang, maka selayaknya ubah tujuan masa depan, agar khusnul khotimah, terhindar dari siksa kubur, menerima catatan amal dengan tangan kanan, masuk surga... Waaaa....ini cita2 tertinggi deh pokoknya. Ga tau kapan bakal dipanggil, jadi siapnya harus tiap hari, tobatnya harus tiap saat, lha wong bikin dosanya juga tiap saat.

Wallahua'lam bishowab...
Sekali lagi ini cuma catatan pribadi sebagai peringatan diri...

Jumat, November 08, 2013

Betapa Indahnya...

Betapa indahnya..
Jika bisa menggendong sang buah hati menuju masjid
Saat usianya mulai beranjak 4 bulan
Sembari membawa alas yang empuk dan bantal kecil
Melihat wajahnya yang kebingungan namun tenang
atau menatap lelapnya dalam doa...

Betapa indahnya..
Melihat suami yang memanggul sang buah hati menuju masjid
meskipun usianya masih satu tahun.
menerjang dingin dini hari
menuju subuh di masjid...


Betapa indahnya...
Membangunkan sang buah hati kala pagi masih dingin
Memintanya membasahi tubuhnya dengan wudhu
Mengganti pakaiannya dengan baju terbaik

Betapa indahnya...
Membangunkan sang buah hati untuk bertahajud bersama
mengajarnya meminta padaMu, hanya padaMU...

Betapa indahnya...
Mengajarkan sang buah hati lafadz hijaiyah
usai jamaah subuh...
Mengajarkannya alif..
Mengajarkannya ba..
Mengajarkannya ta...

Betapa indahnya...
Mengajarkan sang buah hati untuk menghafal doa shalat
meskipun usianya masih dua tahun...

Betapa indahnya...
Ketika usai salam ada yang menyalami tangan kita
dan meyematkan kita di setiap doa2nya..

Betapa indahnya...
Ketika buah hati masih dipelukan, masih di dekapan

Betapa indahnya Ya Robb...
Jika Engkau masih memberi kami kesempatan untuk kembali menjadi orang tua




***
Inspirasi dari ust. YM dini hari tadi. Rasanya ingin sekali menangis ketika dalam tausiyahnya beliau sisipka puisi yang pernah dibacanya ketika di Masjid Walisongo.
Teringat tahun-tahun lalu ketika buah hati masih didamba, ada janji tersendiri dalam hati...ketika usianya menginjak 4 bulan, insya Allah sudah akan diajak berjamaah. Meskipun saat itu masih belum hamil.
Ketika Allah Yang Maha Mendengar mengabulkan doa, maka sebisa mungkin tak meninggalkan jamaah di Langgar kecil depan rumah. Berharaaaaap sekali bahwa kelak buah hati dalam kandungan akan mencintai rumah Allah sampai ia dewasa, tua, dan syahid. Bernadzar juga utk tak pernah meninggalkan baca Al Qur'an meski hanya satu ayat setiap hari, berharap kelak sang buah hati selalu mencintai Al Qur'an sebagai penerang jiwanya. Buah hati yang kami 'nazdarkan' untuk menjadi jundi pembela agamaNya, menyekolahkannya di skolah tahfidz sebelum akademik. Mengajarnya hijaiyah sebelum alfabet....

Ternyata Allah berkehendak lain...
Dia sendiri yang memilihnya untuk menempati bukan sekedar eumah-rumah kecilNya, namun taman-taman firdausNya.
Dia sendiri yang mengajarkan segala 'pelajaran akherat' pada buah hati kami, bahkan kepada kami.

Meskipun tak bisa menidurkannya di samping saat shalat di masjid,
Meskipun tak melihatnya di panggul sang abi kala berangkat ke masjid2..
Meskipun tak bisa membangunkannya sebelum subuh utk bertahajud bersama
meskipun tak mampu memeluknya dan mencium keningnya usai salam
Namun, kini dia bersama jiwa kami saat bersilaturahim dari masjid ke masjid
berada di hati kami kala lantunan doa terpanjat..

Allah,
jikalau memang belum Engkau ijinkan buah hati pertama kami membersamai ibadah kami kepadaMu, maka ijinkan adik-adiknya membersamai kami atas kehendakMu.
Dan ijinkan kelak surgaMulah tempat kami berkumpul kembali...



di sudut kamar Mashka yang senyap
Oleh-oleh tahajud bareng  @Yusuf_Mansur
di Masjid @jogokariyan pagi ini

Selasa, November 05, 2013

Al Mubarok new Hijri 1435

Jika ditanya apa makna tahun baru ini untukku adalah titik balik sebuah kehidupan untuk kesekian kalianya.

Tahun lalu tercatat sebagai sejarah yang mungkin selama Allah masih mengijinkan tak akan bisa terlupa olehku. Menjadi seorang ibu. Ya, meski amanahku tertangguhkan. Tahun lalu adalah karunia, tahun lalu adalah teguran, tahun lalu adalah perhatian dan wujud cintaNya.

Harapan tahun ini, semoga istiqomah dalam kaffah, tertambah karunia dan rezeki barakah, teridhoi segala hajat. 
Allahummaj'al awwala haadzihis sanati sholaahan, wa awsathaha suruuran wa akhiraha najaahan. Ya Allah, jadikan awal tahun ini kebaikan, pertengahannya kegembiraan dan akhirnya kesuksesan. Aamiin.