Selamat pagi, selamat hari senin, dan selamat memulai aktifitas mingguan ^^ (kebanyakan selamat keknya )
Pagi2, mumpung lagi mood banget buat ngeblog, hari ini saya mo posting beberapa hal yang masih berkaitan sama posting sebelumnya : Be a Mom story.
GA nyangka sama sekali, setelah postingan itu, beberapa temen dan sodara mulai menanyakan obat atau makanan yang pernah saya konsumsi. Saya mau ngasih resep2 itu...yang sebenernya ga pernah saya telateni semuanya. Tapi di next post ya.... Karna cuma 1 resep yang saya telateni sejak awal pernikahan hingga kini yaitu doa.
Kehamilan, terus terang saja bisa menjadi suatu bahasan yang sangat sensitif bagi saya yang wanita lain yang kala itu sedang menunggu buah hati yang tak kunjung datang. Mendengar kabar gembira kehamilan seorang teman bisa jadi seperti sebuah angin ribut yang memporakporandakan perasaan dan mood. Saya pernah mengalaminya, beberapa kali. Di saat pernikahan sudah memasuki tahun ke-2 dan yang dinanti belum datang juga, berita kehamilan teman, terutama yang baru nikah bisa bikin saya nangis sampe mata bengkak. Secara psikologis, hal tersebut cukup menekan yang sebenernya bisa berimbas ke tingkat stres kita dan akan berakibat buruk pula pada kesehatan organ kita, termasuk orga reproduksi. (wesssdaaah, uda kaya paparan ilmiah gw).
Syukurlah, suami selalu memberi dukungan dan kesabaran yang luar biasa. Ketika kegalauan seperti itu muncul, peran suami sangat besar dalam memberi semangat pada sang istri. Dan hal tersebut yang suami saya tunjukkan. Dia akan dengan penuh cinta memeluk saya dan mendengar segala keluhan saya kemudian menyemangati saya bahwa saya mampu dan kelak juga bisa. Bahkan tak jarang, kita juga akan menangis bersama, kemudian lama sekali menenggelamkan diri dalam sujud. Dan pada akhirnya saya sangat bersyukur meski kami belum menjadi perempuan sempurna, saya memiliki suami dengan cinta yang begitu sempurna...ibarat pak habibie ke bu ainun, ehmmm...
Resep lainnya, saya coba sering praktekin tuh kata Ust. Yusuf Mansyur. Ketika liat orang hamil, mo dijalan, atau di tv skalipun saat iklan, saya sholawati sambil saya bisikkan dalam hati :" Ya Allah ijinkan saya menjadi seorang ibu..". Bahkan kalo ketemu dan kenal, saya akan pegang perutnya dan melakukan hal yang sama. Begitu pula ketika melihat anak2, saya mencoba menanamkan keyakinan saya bahwa kelak pun akan menggendong anak saya sendiri.
Di sujud terakhir ketika sholat, baik wajib atau sunat, doa nabi Zakaria, Ibrahim dan doa saya sendiri untuk memiliki momongan juga saya usahakan tak pernah terlewat. Terlebih setelah dzikir dan sholawat ketika usai sholat. Saya tuturkan pada Sang Maha Mencipta bahwa saya yakin, sudah dipersiapkanNya buah hati kami, hanya saja belum saatnya diturunkan ke rahim saya. Ketika sampai pada doa itu biasanya saya akan menangis, bukan karna sedih dengan doa yang belum kunjung dikabulkan, tapi dengan ketidaksiapan saya sendiri menjadi seorang ibu. Setiap doa pasti dikabulkan dalam waktu yang tepat, dan saya sadar bahwa hal tersebut juga dipengaruhi pada sikap kita juga.
Lalu, bagaimana yang menjadi ibu karena perzinahan?
Wallahu'alam. Bagi saya, karna saya selalu meminta anak yang sholeh, maka saya juga butuh untuk menempa diri sehingga Allah pantaskan saya menyandang gelar sebagai seorang ibu dari anak yang sholeh. Aamiin.
Doa bukan saja sarana saya mengkomunikasikan permintaan saya dengan Yang Maha Pencipta, tapi juga dengan anak saya. Bagaimana? Ini dia, kadang saya memvisualisasikan anak2 yang masih bermain di syurgaNya. Menunggu giliran untuk diturunkan di rahim ibunya. Dan saya yakin, bahwa diantara mereka ada anak saya. Maka saya akan menuturkan dalam hati, bahwa kami sedang menunggunya sambil mempersiapkan diri menjadi pengasuh terbaik untuk mereka. Dan Allah Maha Tahu kapan kami akan bertemu dengan mereka kelak.
Keyakinan dan khusnudhzon itu yang sebenarnya pada kahirnya memotivasi saya dan suami untuk terus berikhtiar. Tapi, terus terang, hal tersebut ga mudah. Perasaan galau kadang mendominasi, jadi suami istri harus saling mengingatkankan satu sama lainnya.
Klise sekali ya...tapi hal tersebut yang selalu kami yakini.
Satu hal lagi, orang tua juga merupakan kunci terkabulnya doa. Saya beruntung selalu punya orang tua dan mertua yang menyuport (atau mensuport, ya tulisannya, ah mana aja deh), kami berdua. Saya sering melihat kebahagiaan ibu ketika bersama anak tetangga yang masih kecil...pasti beliau lebih bahagia kalo menggendong cucunya. Maka setelah Allahhummagfirli..dst..saya selalu mohonkan agar orang tua kami senantiasa diberi keberkahan, kesehatan dan panjang umur sehingga kelak kami mampu menghadiahkan cucu2 yang sholeh kepada mereka, yang bisa diajak jamaah ke Masjid, yang lancar belajar alif, ba, ta, dan yang tidak segan2 mencium sayang kakek neneknya sesering mungkin.^^
Suatu hari, saya pernah bertemu dengan salah seorang guru saya. Kabar yang pernah saya dengar,beliau juga lebih dari 9 tahun menunggu buah hati, alhamdulillah, kala itu istrinya tengah hamil. Maka ketika bertemu di warung mie ayam kala itu, saya segera menyalami dan memberi selamat. Kami tidak banyak mengobrol karna saya hrs segera pulang, pesannya kala itu, "shodaqoh din...shodaqoh aja pokoknya...insya Allah cepet dikaruniai momongan".
Bukan hanya sekali itu, the power of sedekah juga sering banget kan kita denger ceritanya. Saya cukup lama memikirkannya. Bukannya tidak pernah melakukanya, setiap bulan, insya Allah 10% dari total yang ada di tangan pasti kami keluarkan. Hanya, mungkin apa memang kurang ya, saya pikir... Saya coba membicarakan dengan suami, dan suami menanggapinya dengan tenang. " Yang wajib dan yang sunat kan sudah, kalau ada kesempatan lain untuk kita bisa membagi lebih, insya Allah pasti harus ikhlas juga..."
Saya belum begitu paham maksd suami saya, tapi saya mencoba selalu memahami keloyalannya pada keluarga. Demi orang tua dan kluarga, dia tidak akan segan2 menguras tabungan cadangan kami. Dan saya sebagai istri sekaligus manajer keuangan harus bisa mendukungnya. Dan segalanya akan berbuah manis pada akhirnya...
Ketika kehamilan ini benar2 saya alami, tanpa bermaksud sedikitpun riya' dan hanya ingin berbagi, terus terang saya kembali memutar memori saya. Strip 2 yang terpampang di testpack kala itu buat kami bukan karna obat dari dokter, bukan karna jamu atau makanan apapun, tapi karna pada akhirnya doa kami sekeluarga terkabul. Selebihnya mungkin hanya bernilai 10%. Allah perlu menilai keseriusan kita, sama halnya ketika kita meminta gaji lebih pada atasan, maka kita harus menunjukkan bahwa kinerja kita juga di atas rata2. Keseriusan itu juga bisa kita ikrarkan lewat nadzar. Nadzar yang baik, yang kita anggap itu juga bukan hal yang terlalu mudah untuk dilakukan.
Saya bernadzar untuk tidak pernah absen lagi membaca Al-Qur'an tiap hari. Hehehe, ini siy memang seharusnya, tapi memang ngaji ini banyak godaan, bisa baru seminggu sekali. Nah, makanya saya bernadzar untuk ngaji tiap hari, sebisa mungkin khatam saat masih mengandung, dan mengulaginya dari awal. Dan saya memulai sebelum kehamilan terjadi, dan meyakini bahwa sebentar lagi akan terjadi.
Menjadi ibu adalah sebuah tanggungjawab besar. Beberapa teman memberitahu saya, bahwa ini adalah sebuah permulaan kehidupan yang baru, bukan sebuah pencapaian. Saya sendiri masih merasa banyak sekali kekurangan untuk menjadi seorang ibu. Tetapi saya akan mengasuh anak saya, mencintainya, menjadi ibu terbaik baginya...Karna itu yang pernah saya janjikan pada Penciptanya ketika saya memintanya...
Semoga bermanfaat walopun banyak typo di sana sini :)