Senin, Januari 28, 2013

To be Mom Story 2


Selamat  pagi, selamat hari senin, dan selamat memulai aktifitas mingguan ^^ (kebanyakan selamat keknya )

Pagi2, mumpung lagi mood banget buat ngeblog, hari ini saya mo posting beberapa hal yang masih berkaitan sama posting sebelumnya : Be a Mom story.
GA nyangka sama sekali, setelah postingan itu, beberapa temen dan sodara mulai menanyakan obat atau makanan yang pernah saya konsumsi. Saya mau ngasih resep2 itu...yang sebenernya ga pernah saya telateni semuanya. Tapi di next post ya.... Karna cuma 1 resep yang saya telateni sejak awal pernikahan hingga kini yaitu doa.

Kehamilan, terus terang saja bisa menjadi suatu bahasan yang sangat sensitif bagi saya yang wanita lain yang kala itu sedang menunggu buah hati yang tak kunjung datang. Mendengar kabar gembira kehamilan seorang teman bisa jadi seperti sebuah angin ribut yang memporakporandakan perasaan dan mood. Saya pernah mengalaminya, beberapa kali. Di saat pernikahan sudah memasuki tahun ke-2 dan yang dinanti belum datang juga, berita kehamilan teman, terutama yang baru nikah bisa bikin saya nangis sampe mata bengkak. Secara psikologis, hal tersebut cukup menekan yang sebenernya bisa berimbas ke tingkat stres kita dan akan berakibat buruk pula pada kesehatan organ kita, termasuk orga reproduksi. (wesssdaaah, uda kaya paparan ilmiah gw).

Syukurlah, suami selalu memberi dukungan dan kesabaran yang luar biasa. Ketika kegalauan seperti itu muncul, peran suami sangat besar dalam memberi semangat pada sang istri. Dan hal tersebut yang suami saya tunjukkan. Dia akan dengan penuh cinta memeluk saya dan mendengar segala keluhan saya kemudian menyemangati saya bahwa saya mampu dan kelak juga bisa. Bahkan tak jarang, kita juga akan menangis bersama, kemudian lama sekali menenggelamkan diri dalam sujud. Dan pada akhirnya saya sangat bersyukur meski kami belum menjadi perempuan sempurna, saya memiliki suami dengan cinta yang begitu sempurna...ibarat pak habibie ke bu ainun, ehmmm...

Resep lainnya, saya coba sering praktekin tuh kata Ust. Yusuf Mansyur. Ketika liat orang hamil, mo dijalan, atau di tv skalipun saat iklan, saya sholawati sambil saya bisikkan dalam hati :" Ya Allah ijinkan saya menjadi seorang ibu..". Bahkan kalo ketemu dan kenal, saya akan pegang perutnya dan melakukan hal yang sama. Begitu pula ketika melihat anak2, saya mencoba menanamkan keyakinan saya bahwa kelak pun akan menggendong anak saya sendiri.

Di sujud terakhir ketika sholat, baik wajib atau sunat, doa nabi Zakaria, Ibrahim dan doa saya sendiri untuk memiliki momongan juga saya usahakan tak pernah terlewat. Terlebih setelah dzikir dan sholawat ketika usai sholat. Saya tuturkan pada Sang Maha Mencipta bahwa saya yakin, sudah dipersiapkanNya buah hati kami, hanya saja belum saatnya diturunkan ke rahim saya. Ketika sampai pada doa itu biasanya saya akan menangis, bukan karna sedih dengan doa yang belum kunjung dikabulkan, tapi dengan ketidaksiapan saya sendiri menjadi seorang ibu. Setiap doa pasti dikabulkan dalam waktu yang tepat, dan saya sadar bahwa hal tersebut juga dipengaruhi pada sikap kita juga.

Lalu, bagaimana yang menjadi ibu karena perzinahan?
Wallahu'alam. Bagi saya, karna saya selalu meminta anak yang sholeh, maka saya juga butuh untuk menempa diri sehingga Allah pantaskan saya menyandang gelar sebagai seorang ibu dari anak yang sholeh. Aamiin.

Doa bukan saja sarana saya mengkomunikasikan permintaan saya dengan Yang Maha Pencipta, tapi juga dengan anak saya. Bagaimana? Ini dia, kadang saya memvisualisasikan anak2 yang masih bermain di syurgaNya. Menunggu giliran untuk diturunkan di rahim ibunya. Dan saya yakin, bahwa diantara mereka ada anak saya. Maka saya akan menuturkan dalam hati, bahwa kami sedang menunggunya sambil mempersiapkan diri menjadi pengasuh terbaik untuk mereka. Dan Allah  Maha Tahu kapan kami akan bertemu dengan mereka kelak.

Keyakinan dan khusnudhzon itu yang sebenarnya pada kahirnya memotivasi saya dan suami untuk terus berikhtiar. Tapi, terus terang, hal tersebut ga mudah. Perasaan galau kadang mendominasi, jadi suami istri harus saling mengingatkankan satu sama lainnya.
Klise sekali ya...tapi hal tersebut yang selalu kami yakini.
Satu hal lagi, orang tua juga merupakan kunci terkabulnya doa. Saya beruntung selalu punya orang tua dan mertua yang menyuport (atau mensuport, ya tulisannya, ah mana aja deh), kami berdua. Saya sering melihat kebahagiaan ibu ketika bersama anak tetangga yang masih kecil...pasti beliau lebih bahagia kalo menggendong cucunya. Maka setelah Allahhummagfirli..dst..saya selalu mohonkan agar orang tua kami senantiasa diberi keberkahan, kesehatan dan panjang umur sehingga kelak kami mampu menghadiahkan cucu2 yang sholeh kepada mereka, yang bisa diajak jamaah ke Masjid, yang lancar belajar alif, ba, ta, dan yang tidak segan2 mencium sayang kakek neneknya sesering mungkin.^^


Suatu hari, saya pernah bertemu dengan salah seorang guru saya. Kabar yang pernah saya dengar,beliau juga lebih dari 9 tahun menunggu buah hati, alhamdulillah, kala itu istrinya tengah hamil. Maka ketika bertemu di warung mie ayam kala itu, saya segera menyalami dan memberi selamat. Kami tidak banyak mengobrol karna saya hrs segera pulang, pesannya kala itu, "shodaqoh din...shodaqoh aja pokoknya...insya Allah cepet dikaruniai momongan".
Bukan hanya sekali itu, the power of sedekah juga sering banget kan kita denger ceritanya. Saya cukup lama memikirkannya. Bukannya tidak pernah melakukanya, setiap bulan, insya Allah 10% dari total yang ada di tangan pasti kami keluarkan. Hanya, mungkin apa memang kurang ya, saya pikir... Saya coba membicarakan dengan suami, dan suami menanggapinya dengan tenang. " Yang wajib dan yang sunat kan sudah, kalau ada kesempatan lain untuk kita bisa membagi lebih, insya Allah pasti harus ikhlas juga..."
Saya belum begitu paham maksd suami saya, tapi saya mencoba selalu memahami keloyalannya pada keluarga. Demi orang tua dan kluarga, dia tidak akan segan2 menguras tabungan cadangan kami. Dan saya sebagai istri sekaligus manajer keuangan harus bisa mendukungnya. Dan segalanya akan berbuah manis pada akhirnya...

Ketika kehamilan ini benar2 saya alami, tanpa bermaksud sedikitpun riya' dan hanya ingin berbagi, terus terang saya kembali memutar memori saya. Strip 2 yang terpampang di testpack kala itu buat kami bukan karna obat dari dokter, bukan karna jamu atau makanan apapun, tapi karna pada akhirnya doa kami sekeluarga terkabul. Selebihnya mungkin hanya bernilai 10%. Allah perlu menilai keseriusan kita, sama halnya ketika kita meminta gaji lebih pada atasan, maka kita harus menunjukkan bahwa kinerja kita juga di atas rata2. Keseriusan itu juga bisa kita ikrarkan lewat nadzar. Nadzar yang baik, yang kita anggap itu juga bukan hal yang terlalu mudah untuk dilakukan.
Saya bernadzar untuk tidak pernah absen lagi membaca Al-Qur'an tiap hari. Hehehe, ini siy memang seharusnya, tapi memang ngaji ini banyak godaan, bisa baru seminggu sekali. Nah, makanya saya bernadzar untuk ngaji tiap hari, sebisa mungkin khatam saat masih mengandung, dan mengulaginya dari awal. Dan saya memulai sebelum kehamilan terjadi, dan meyakini bahwa sebentar lagi akan terjadi.

Menjadi ibu adalah sebuah tanggungjawab besar. Beberapa teman memberitahu saya, bahwa ini adalah sebuah permulaan kehidupan yang baru, bukan sebuah pencapaian. Saya sendiri masih merasa banyak sekali kekurangan untuk menjadi seorang ibu. Tetapi saya akan mengasuh anak saya, mencintainya, menjadi ibu terbaik baginya...Karna itu yang pernah saya janjikan pada Penciptanya ketika saya memintanya...

Semoga bermanfaat  walopun banyak typo di sana sini :)

Kamis, Januari 03, 2013

To be MOM story

Bagi sebagian wanita, menikah kemudian hamil itu adalah keniscayaan. Sebagian besar mereka yang beruntung akan berpikir seperti itu. Tapi bagi gw dan beberapa wanita, hamil isn't easy as flipping ur hand. Dan ini cerita perjalanan itu:

Menikah di bulan April 2009, gw cuma beberapa minggu bisa bersama suami dan kluarga. Dua mingguanlah. Setelah itu, kami harus terpisah jarak. Tugas gw di Kepulauan Riau, sumatera, sedangkan suami tetap ada di Jogja. Setelah pemikiran yang matang disertai istikharah panjang, maka keputusan resign gw pun terlaksana. Balik Jogja dan kembali ke samping suami kala itu Juli 2011.

Begitu istirahat sebulan dua bulan, kami memutuskan untuk mengikuti program hamil. Dimulai dengan dokter Widad SpOg, kala itu janjian sama temen yang juga promil. Pemeriksaan pertama konsultasi, dan diminta datang saat masa subur, yaitu antara hari ke 11 atau 12 siklus untuk diperiksa dengan USG transvaginal. Mulanya ngeri, sempet ga mau lanjut...apalagi ini dokter cowok. Yes, lengkap sudah kegalauan! Tapi untunglah gw ga sendiri, bersama Mance sahabat gw yang juga senasib seperjuangan. Dan mulailah kami saling menyemangati satu sama lain.
Hari itu pun tiba. Dan dapet no antrian paling bontot, jam 11 malem tepatnya... (gigit jari). Karna uda capek juga nunggunya, yasudah, di ruanganpun pasrah. Ternyata ga sakit, cuma sedikit mual. Hasil usg transV menyatakan kalo sel telur gw kecil2 alias telat matengnya. Itu yang bikin siklus menstruasi ga teratur dan berantakan. Pada kasus ini, masa subur susah ditentukan dan otomatis hubungan suami istri pun tdk bs dijadwalkan dg baik. Well, akhirnya pak dokter memberi beberapa pil penyubur dan menyarankan untuk berolahraga. (Mungkin agak kegendutan juga waktu itu).
Mulai saat itu, gw jadi 'agak' rajin olahraga. Mulai dari aerobik sendiri maupun di sanggar, dan berenang tentu saja. Masalah berenang ini ga cuma benerin badan dan otot, tapi refreshing juga. Selain indoor dan khusus wanita, kolam renang yang nyaman bisa menghilangkan stres pekerjaan. Mungkin ini intinya kali ya...menghilangkan stres.

Di bulan berikutnya, ketika di usg lagi, uda mulai ada kemajuan, seltelur uda tampak membesar walopun belum memenuhi kriteria mateng untuk bisa dibuahi. Dan lagi-lagi harus pake penyubur. Urusan sama si dokter cukup sekian, ga lagi lanjut. Selain katanya ga bagus tiap siklus harus pake penyubur, dari segi harga lumayan juga, tapi dari hasil ga begitu dirasa di badan.

Akhirnya gw kembali ke bisnis, mencoba rileks dan masa bodoh dengan pertanyaan2 orang yang menganggu pikiran dan hati...hhfftt... Tapi yang namanya manusia, ga bisa toh mo hidup sendiri, pasti harus bersosialisasi. Nah,dari bisikan tetangga yang sebenernya udah sejak lama nyaranin untuk terapi pijat di Pak Dal, tetangga kampung sebelah.berangkatlah gw dan suami untuk mencoba alternatif ini. Beberapa tetangga memang berhasil katanya. Tadinya ogah2an, sampai akhirnya coba aja, biar ga banyak lagi pertanyaan kalo ketemu ntar. Yes, dan kami pun ke sana. Bagian gw, cuma pijit2 telapak kaki doang, itupun ga ada 10 menit. Nah, begitu giliran suami agak lama dan mijitnya dari kaki sampai punggung. Tp menurut gw, pointnya bukan dipijitannya, tapi di resepnya. Setelah itu, beliau dg bahasa jawa halus ngomongin ttg resep jamu dll. Suami gw, jelas ga ngerti apa yang diomongin, jadi berasa penerjemah bahasa jawa. Pada step ini, terus terang gw dan suami susah tersugesti, makanya setelah dapet resep, kita langsung googling aja manfaat sebenernya.
Kita diminta untuk minum simbar menjangan atau tanduk rusa yang di tumbuk kemudian diperas airnya, setiap sore. Dari hasil gugling, tanduk rusa berfungsi untuk mencegah peradangan yang terjadi di rahim. Oke, gapapa, kami berdua mencobanya. Rasanya? ga ada rasa, ya anyir2 daun gitu.
Kemudian, suami diminta makan daging kelinci atau kerang sebelum masa subur istri. Nah, karna kerang ga suka, maka kami cari penjual daging kelinci. Alhamdulillah, ada warung daging kelinci yang menjamin kehalalan proses penyembelihan hingga hidangan yang tanpa MSG. Dari pedagangnya juga kami tau kalo daging kelinci selain mampu meningkatkan stamina #uhuk. Tapi, tambahan dari pedagangnya yang uda berpengalaman ngeladenin permintaan dari pasutri yang pengen dapet momongan seperti kami, bukan cuma suami yang mengkonsumsi tp istri juga. Nah, bagian istri makan otaknya, kalo yang suami bagian (maaf) testisnya, dan cara memasaknya pun tanpa minyak. Tadinya, gw pikir suami bakal nolak, tp Ya Alloh, suami gw emg pengen bgt punya keturunan, sampai mau donk makan 'anu'nya si kelinci. Gw  tadinya yang boro2 kelinci, otak ayam aja ga doyan jadi termotivasi juga, "baik kita makan bersama, beib... ".
Bagian itu kami pasrah sama si penjual tiap 2 hr sekali menjelang masa subur, selanjutnya kami memesan daging mentah untuk diolah setiap hari.
Ga berhenti di situ, suami jg harus minum jamu yang diramu dengan temulawak, pinang kering, akar alang2 basah, dan gula batu. Gw cari bahannya di pasar beringharjo, untuk akar alang2 ternyata super*ndo ada. Iyuuuh, dari penampakannya aja uda kliatan klo pait, nah suami harus minum itu segelas sehari tiap sore menjelang masa suburku juga. Thanks God, suami gw doyan apa aja demi si buah hati.
Dan begitulah, perjalanan daun paku, si kelinci dan jamu ini juga sempet terhenti. Saya yang ga telaten, sodara2....

Pada masa 'ketidaktelatenan' itu, gw dapet info dari Mance tentang terapi totok di sebuah salon. Well, dari infonya siy temennya temen kita berhasil. Nah, info inilah yang bikin kita coba2 ikutan juga tanpa make sure dulu mengenai info itu. Dan berangkatlah kita mencari salon tsb. Dari pertama dateng agak ga yakin, tapi berhubung Mance rela duluan, gw gapapa deh jadi penonton. Tapi tetep, selanjutnya gw yang nyoba. Dan begini hasilnya:
#Terapi pertama : agak sakit, sebagian badan dipijit dg kekuatan 'super'.
#Terapi kedua : sakit banget, sampe bagian yang ditotok biru2
#Terapi ketiga : enak, dipijitin santai, tapiiiiiiii....kok pake 'aneh2' ya
#Terapi keempat : absen *kabur*. Ga percaya lagi

Kalo diinget ini memalukan banget. Dua orang yang uda ngelarin gelar kesarjanaannya tiba2 dateng ke tempat yang blm teruji keahliannya dan logikanya. "Sudah sampai seputus-asakah itu, kita??" -___-"
Urusan terapi ini gw backstreetan sm ibuk dan suami. Soalnya pas pertama dulu pernah cerita mereka uda ga respek, uda ngerasa ga bener. Tapi dasar gw bandel.

Setelah itu, gw capek...sudah cukup dulu deh. Melarutkan diri pada pekerjaan dan mesin jahit. Sampai akhirnya seorang temen, eh guru pada tepatnya, guru bisnis, Mb Ena, maen ke rumah di bulan September lalu. Beliau cerita tentang adiknya di Kupang yang sudah hampir 5 tahun belum memiliki keturunan, dan kemaren nitip dibelikan obat cina untuk kesuburan wanita. Nah, adiknya ini belum berhasil, tapi si teman adiknya ini katanya berhasil. Nama obatnya Wuchipaifengwan. Ini bukan iklan lho ya....info saja.
Setelah mba Ena pulang, gw iseng gugling aja, soalnya kayak pernah denger. Dan bener, di grup AIH (Aku Ingin Hamil), ada juga yang manjur pake ini obat. Maka, stelah oktober awal begitu siklus dimulai, maka gw juga iseng minum ini obat. Dan mulai membuatkan jamu lagi untuk suami. Di bulan ini sebenernya cukup capek secara fisik, cuma emg lagi 'selo' ga mikir apa2. Mulai dari bolak balik Jogja-Sumenep demi nganter mertua haji, bolak balik kotagede-jakal kerumah ipar yang lagi ditinggal ke belanda...capek fisiknya, tapi terus terang ga begitu dikejar order, santai aja...
Mumpung deh musim haji, kalo mertua jelas uda ngedoain, uda ngelus2 perut sebelum berangkat, giliran kerabat yang lain dititipin doa. ^^
Dan selama itu, well, gw menikmati kebersamaan dengan suami. saling memberi energi positif, kadang bertingkah kayak masih pacaran. #yeah.

Dan ini dia, ceritanya dimulai dari sini (nah dari tadi ngapain??), 3 hari menjelang kepulangan keluarga ipar gw dr belanda, tidur uda ga enak banget. Tiap malem kebangun, perut rasanya begah. Antara magh atau kembung, entahlah. Dan hal itu terus berlangsung...
Tanda kedua, ga biasanya punggung bawah rasanya suakit banget, padahal cuma naek motor aja gitu jarak kotagede-jakal. Biasanya juga gapapa. Hari itu, kakak ipar sekeluarga uda dateng, langsung disaranin jgn di koyo, jangan dipijit, siapa tau isi. Amiin...
Uda tanggal 7 November, suami uda siap2 mo trip kilat ke sumenep buat jemput mertua yang besok balik.
Pagi itu, gw galau. Secara tiap ngerasa ada yang aneh kita selalu cerita, Mance mendesak untuk ngetes pagi itu juga. Dan gw galau setengah mati. Takut banget kalo hasilnya sama kaya kemaren2, kecewa...nangis.hiks. Rencana baru besok pagi mo cek.
Tapi dasar galau, jam 9 pagi waktu itu, mumpung ada persediaan testpack murah meriah 3ribuan, gw nekatin deh. Toh kalo negatif bsok cek lagi, belum telat ini. Setengah hati ngeceknya, ga berani langsung ngeliat. Begitu uda 2 menitan, gw pelan2 nengok ke testpack di tangan kiri gw...dan hasilnya...2 STRIPS!!!! Rasanya mo loncat2 teriak kegirangan, tapi yg kluar malah air mata. Langsung gw kluar dr kamar mandi.
Bingung mo ngasih tau siapa dulu, Babe yang uda siap mo kluar pintu gw peluk dan nangis. Ya, babe gw jaim habis, tp care-nya g bs ditutupi, mungkin terbawa suasana, beliau jg berkaca2. Masih belum percaya,  gw liat2 lagi itu testpack.
Testpack 1 : 7 Nov 2012
Langsung telpon suami. Hiks, kedengeran juga kalo dia terharu. Sejam kemudian malah pulang ke rumah. huaaa..kami ga bisa mengungkap dengan kata. Saat itu rasanya haru banget. Bahkan katanya sebelum pulang tadi, stelah gw telpon, suami sempet nangis dan tiba2 meluk temen kerja sebelahnya (laki lho ya)..Temennya malah kebingungan..yaeyalaaah...

Sorenya kita langsung ke dokter Widad. Karna masih belum telat dan siklus yang berantakan, si dokter ga mau ambil kesimpulan gw hamil. *hiks, jahat. Katanya biar yakin bener, suruh tes lab. Tapi beliau ttp ngasih resep vitamin dan penguat. Klo hasil lab betaHCG positif berarti memang positif. Hiks, hancur hatiku :( Tapi, resep tetep kita tebus dan gw putuskan untuk ga tes lab. Biar deh, kita membangun pikiran positif aja kalo ini uda bener.

Tanggal 9, pas di posisi hitungan siklus baru, gw cb tes lagi. Kali ini ngetesnya sengaja sore, pake di*ectetst. Dan ini hasilnya

Tes tanggal 7 dan 9 Nov
Baik, saya sudah positif, itu pikiran gw.... Mencoba menanamkan positive mind dlu.
2 minggu kemudian kami ke dokter lagi. Kali ini beda dokter. Dokter cewek, lebih nyamaan... ^^

26/11/12 Usg pertama. Baru kliatan kantungnya, tapi detaknya uda ada ^^
27/12/12. Melihatnya pertama kali... Subhanallah
Sekarang usianya 12 minggu. Masih harus dijaga aktivitasnya, meski uda ga pake penguat lagi. Ga sabar menunggunya membesar ^^

Well, gw mungkin merupakan salah satu yang menganggap hamil itu membutuhkan banyak doa dan usaha. Bahkan sodara gw sampai harus memeriksakan sampel darahnya ke Jerman. Tapi sampai saat ini kalo ditanya gimana akhirnya berhasil, mungkin usahanya mmg obat2 dan jamu, tapi tetap, gw adalah satu yang beruntung karna memiliki orang tua, mertua, saudara dan kerabat yang juga mendoakan setiap usaha kami. Allah punya cara dan waktunya sendiri. Pada akhirnya, kalo kita yakin padaNya, maka keyakinan itu yang akan menjadi kenyataan di depan kita.
 Kita wanita, dan kita pasti bisa jika kita yakin kita bisa. Bahkan seorang Maryam bisa hamil tanpa laki2, atau istri Nabi Zakaria yang bisa juga memiliki keturunan walaupun usianya telah renta, dari situlah gw belajar meyakini bahwa gw juga pasti bisa.


Doakan ya, semoga si baby tetep sehat dan lahir dengan lancar dan mudah... Amiin ^^