Senin, Juni 30, 2014

Catatan Ramadhan dan Mashka #1

Tahun lalu adalah ramadhan paling membahagiakan dan memilukan.
Menunggu saat2 kelahiran.
Berusaha membawa kakak utk taraweh meski harus bawa air minum agar tak kehausan. :,)

Dan lahirlah ia, Mashka, ketika purnama pertama di bulan ramadhan.

Namun ternyata Allah punya rencana lainnya
Menghabiskan waktu hingga 25 ramadhan di rumahsakit.
10 hari terlama dalam hidup kami.
10 hari terasa berada di alam lain....

Kini ramadhan begitu terasa berbeda.
Ternyata Allah beri kebahagiaan lain di dalamnya.
Kenikmatan setiap sujud panjang
kenikmatan tiap tilawahQur'an
Kenikmatan dlm menghadiri majelis2 ilmu

Maka, kini kami sadar...
ternyata karunia terbesar itu bukan Mashka. Bukan buah hati kami, karna ia pasti pergi, juga setiap diri kita nanti.
Karunia itu ternyata iman yg selama ini luput dari pencarian di setiap lantunan doa.
Yang akan menemani kita saat nasab tak lagi dipedulikan.
Kerinduan pada sang buah hati menjelma seperti lecutan yg menyadarkan betapa kita kecil, tak berdaya.

Maka ini saatnya, dimana ada 1 hari seolah 1000 bulan (80th), yang harus diperjuangkan...
Demi sebaik2 tempat kembali,
tak hnya brtemu dg sang buah hati,
namun juga disambut para bidadari,
palagi bisa bertemu Rasul dan Nabi
dan yg utama..dapat menatap sang Illahi Robbi...

Saat kerinduan menjelma mjd tangis, hanya terlantun doa yang dipanjatkan pd Sang Pemilik:

"Ya Robb, ibu ini begitu rindu akan buah hatinya. Namun, takut bila rindu ini menjadi ratapan yang Engkau murkai. Maka ijinkan ibu ini memohon padaMu...Perkenankan putra kami berteman dg Al Qasim bin Muhammad, Abdullah bin Muhammad dan Ibrahim bin Muhammad.
Karna diri inipun rinduuuu sekali dg ayah mereka, hambaMu yg paling mulia. Maka kelak, ketika kami berkumpul, akan ada yg menarik tangan kami dan berkata "Mari ummi, abi, kupertemukan kalian dg manusia paling mulia...aku mengenalnya, dan aku tau kalian merindukannya""

2 Ramadhan 1435

Jumat, Juni 13, 2014

Amazing Today (Edisi gowes nekat)

#amazingtoday hari ini dimulai dr pagi2 pas tau ada benjolan di bawah dagu dan nyeri bila ditekan.
Berhubung sudah terlihat tanda2 cemas dr beberapa pihak, berangkatlah ke RS siang harinya. Observasi dulu krn tdk ada gejala infeksi yg lain, kata dokternya.
Berhubung hr ini si abi plg malam krn ada acara dr kantor, maka kuputuskan utk pulang sajalah, mau kholas dirumah saja.

Pas mau pulang, ehh si bapak baru bilang klo mau pake motor. Dan old people just like a baby when they want something.
Baiklah, maka dg niat birul walida'in, kupompa sepeda tuaku jaman sd dulu yg masih sehat.

Alhamdulillah, meski agak kempes di ban belakang gapapalah, nanti mampir ngepompa di jalan aja, pikirku. Ibu yg sedang tilawah kupamiti, bapak masih di masjid.
Tujuan utama adalah apotek. Beli masker dulu, hehe..polusi polusi..
Baru setelah itu gowes malam pun kumulai.

Ah, sdh lamaaaa sekali ga merasakan bersepeda. Rasanya sempat mau balik dan menyerah karna capek... smpai kulihat bulan bulat di langit dihadapanku.
"Allah.....ini pertengahan bulan.."
Tengah bulan memang spesial bagiku...karna ditanggal2 itulah Allah pernah mendatangkan karunia terbesar bagiku.
Seperti ada tenaga lagi dan seolah ingin mengejar bulan, kakiku terus mengayuh meski agak terasa berat.

Setelah hampir 2 km, kutemui juga jasa pompa ban pinggir jalan. Alhamdulillah, setelahnya terasa lbh ringan.
Sepanjang jalan tak henti2nya aku bersyukur dan menyesali betapa selama ini aku kurang dalam bersyukur. Seolah hidupku sudah cukup menderita, padahal setiap hari kulihat orang mengayuh sepedanya atau bahkan berjalan kaki demi memperjuangkan makanannya hari itu. 
Astagfirullahal'adziim... Betapa tertinggalnya rasa syukurmu dg mereka yg setiap hari mengayuh sepeda bahkan berjalan kaki,dinnnn...

Akhirnya sampailah di depan komplek  perumahan...senangnya...namun tiba2 aku teringat sesuatu! KUNCI RUMAH!!
Antara sedih,bingung dan mau mentertawakan diri sendiri... Ya, kunci rumahku ketinggalan.
Dan saya memilih menterawakan kebiasaan lupa ini...#LoL
Tapi, entah kenapa juga ga sperti biasanya yg super panik, aku masih bs tenang dan berpikir harus ngapain.
Balik, ga mungkin..jauh. Duhh...-.-"
Maka setelah kuletakkan sepeda di garasi depan, kutemui tetangga kampung dekat komplek yg biasa membersihkan rumah dulunya. Aha, Allah memang Maha Menolong :)
Kutemui Mamak (kami biasa memanggilnya bgitu). Alhamdulillah rumahnya tak kosong. Kusampaikan maksudku untk meminjam kunci cdangan.

Maka dicarilah kunci cadangannya. Kutunggu sambil mencoba opsi lain dg meminta bantuan orang rumah.
Kucoba tlp ibu, yang ternyata ngga sadar aku bersepeda ria. Dan saat beliau tahu, kagetlah beliau dan langsung bilang...
"Nah, sukurr...muga2 kuncinya ga ketemu"
Hedeeeeh buuuk... doa ibu kan makbul. Dan yes, setelah hampir 20 menit,ternyta kunci tak ketemu. Mamak yg baik...beliau menawarkan untuk mengantar mengambil kunci. Basa basi dikit,namun kutrima jg karna aku sdh tak bs melihat opsi lainnya utk mengambil kunci.
Dalam perjalanan kami mngobrol banyak hal hingga kembali. Berkali2 kupajatkan syukurku pd pertolongan Allah dg keikhlasan mamak.

Tak selesai smpe disitu, sampai dirumah, lega terasa. Kucoba meraba benjolan di bawah daguku...alhamdulillah...lagi2 aku bersyukur krn benjolannya mulai kempes.

Oiya, yg agak heran, biasanya dengan mengendarai motor, jarak rumah ke rumah ibu skitar 12 menit. Namun ini tadi rasa2 nya ko cuma gowed stengah jam ya...Padahal pake speda tua ibi. Bada magrib sampai azan isya pas sampe rumah...Masyaallah...

Allah mengajariku banyak hal hr ini...Syukur, ikhlas, tenang...
Terimakasih ya Robb.. 

Noted:
Ga semulus itu juga siy, sampe rumah si abi langsung pasang muka setengah panik setengah jengkel, ga hbis pikir sama istrinya...Hahhha... Kayanya kapok ninggalin istri sampe malem :*

Rabu, Juni 04, 2014

Pemurtadan tak lagi paki Mie Instan

Cerita kali ini masih berkaitan dengan postingan sebelumnya tentang seorang ibu yang tiba-tiba datang menemuiku di rumah ibuku.
Selain menceritakan kegelisahan keponakannya tentang hijab, dia juga menceritakan kegalauan hidupnya.

Fyi, ibu K ini cukup membuat kapok tokoh warga kampung gegara kebohongan yg dulu pernah dilakukannya. Pun juga warga kampung yang memberinya 'cap' piawai bermain watak.
Bukan tuli, akupun mendengar banyak bisik-bisik tentangnya di luar sana. Tapi tetap saja, aku memiliki kewajiban untuk menghormatinya selaku tetangganya. Maka ketika ia menawarkan apakah ia boleh bertanya padaku, aku mencoba mengosongkan pemikiranku akan hal-hal negatif tentangnya.
Maka dimulailah kisahnya....

Ia terpaksa melaporkan TK dimana anaknya pernah bersekolah ke Komnas HAM lantaran anaknya dikeluarkan dari sekolah secara sepihak.
Dari yang kulihat, kemungkinan besar alasan TK tsb adalah ketidakmampuan untuk mendidik si anak yang pada saat itu bisa dibilang 'aktif'.
Tak dipungkiri, anak seusia itu tiba2 harus kehilangan sosok ayah dalam kehidupannya, benar2 secara tiba2, dan kemudian hrs diasuh oleh ibu yg cukup tempramen karna beban yg harus dipikulnya.
Singkat cerita, bertemulah ibu K dengan seorang bapak usai keluar dr kantor komnas ham. Bapak tersebut seperti mengerti keluhan ibu K kemudian menawarkan untuk membantu.
Dan benar saja, bapak tsb mendatangi rumahnya, memberi uang untuk sekolah anaknya dan keperluan lainnya.
Bahkan beberapa kali menemui si anak di sekolah barunya untuk menjemputnya bermain di arena permainan mall. Sang guru tak serta merta memberi ijin tentunya, sampai ibu K datang dan mengijinkan.
Sifat bapak tsb ramah, bahkan kepada anaknya. Dia pernah berkata bahwa anak-anak semisal anaknya sudah spt anak sendiri baginya.

Aku mendengarkan ceritanya, tenang, sampai pernyataannya mengagetkanku:
''Tapi mbak dina, sepertinya dia itu pendeta''
''Maaf, apa mbak?" khawatir aku salah dengar.
''Yang jelas bukan muslim, mbak.'' katanya mencoba meyakinkanku.
''Haram tidak ya uang yang saya dapat dari dia?"

''Bagaimana mbak bisa nyangka klo bapak itu, maaf, noni?''tanyaku penasaran
''Saya juga awalnya ndak tau, tapi waktu itu pas pulpennya jatuh dia latah bilang 'puji Tuhan' gitu, mbak. Lha itu kan ky noni?" jawabnya.
''Waktu ke rumah itu juga sempat tanya tentang langgar itu, buat jumatan apa endak. Lha yo wong kecil gitu, klo bukan noni pasti sudah ngerti to klo jumatan ya di masjid, itu cm shalat 5 waktu''
''Saya memang ndak tahu pasti, yg saya ingat benar cuma tulisan di jaketnya YAP B*ah*ati, cb toling dicarikan di internet ya, mbak'', pintanya

Satu sisi aku bersyukur ibu K sudah menyadari itu semua.
''Mbak..'' aku mulai mencoba menjawab
''Terlepas bapak itu sebagai muslim atau noni, beliau sudah memberi bantuan itu ndakpapa. Lhawong kita saja juga dianjurkan memberi bantuan kok sama sesama manusia. Jadi ndakpapa, mbak....SELAMA dia nggak ngutak atik akidah kita. Itu lho, mbak...klo dia nyuruh 'njenengan' nyembah tuhannya dia, nah itu yg salah.''
Tetap bertahan ya, mbak....inshaaAllah saya bantu semampu saya untuk mencari tahu. Pokoknya kalo dia nyuruh neko2 yg berkaitan sama agamanya, jangan mau ya, mbak.

"Iya..iya, mbak...dia juga pernah ngundang acara di daerah Kot*bar* yg dekat gereja, tapi ndilalah sy ga bisa wong nganter anak saya acara TKnya.''
Syukurlah, batinku.

Setelah ibu K berpamitan, aku kembali merenung. Kucoba gugling petunjuk yang dia berikan, benar jg, ternyata yayasan noni.
Tiba2 ada ketakutan yg merambatiku. Kalo sampai ada pemurtadan (na'udzubillah), apa kesaksianku dihadapan Robbku nanti?

Aku tentu bukan siapa2, maka pikiran utk membicarakan soal ini ke pengemban amanah di kampungku pun tersurutkan. Aku jg blm mendapat bukti kebenaran ceritanya, maka kutunggu sampai ia mengabariku bila orang tsb kembali kerumahnya.

Terlepas dr itu semua benar atau tidak, sebagai muslim kita, aku khususya sdg diperingatkan untuk terus 'waspada'pada 'gejala' modus pemurtadan akidah yang kini tak sebatas pake mi instan, tapimjuga biaya pendidikan bahkan pernikahan. Meski bukan keluarga kita, namun siapapun di dekat kita jg masuk dlm kategori 'amanah' bagi kita. Yang kelak saat hisab ia bisa menuntut kenapa kita tak menasehatinya, dan menyeret kita ke lubang yg sama, neraka.
Serem amat ngomongin neraka segala. Lha gimana lagi...wong sudah pasti kalo ga surga ya neraka. Nau'udzubillah...

Yuk mari kita tengok kembali saudara kanan kiri kira....jangan sampai abai pada mereka yg ternyata membutuhkan. Sekalipun sekedar sedekah senyum tulus kita pd mereka.