Sudah waktunya kontrol ke obgyn lagi seteah melahirkan Mashka. Well, dan semalem ga sia2 deh antri sampai jam setengah dua belas malem, akhirnya dapet jawaban optimis dari obgyn yang kabarnya memang komunikatif. Obgyn ini cukup komunikatif walaupun kayanya semalem uda kliatan banget dayanya tinggal 2 watt. Hehhe,soalnya uda 'kelap kelep' (bahasa abi) kalo dilihat dari matanya.
Seperti yang sudah kusiapkan sejak awal, kami harus dapat jawaban pasti dari obgyn daripada terus menerka2. Yap, kami ceritakan semuanya (secara singkat tentunya, keburu pagi siy). Dan tibalah aku menanyakan pertanyaan yang selama ini masih terus mengganjal.
"Dok, kira2 apa penyebab penyakit hirsprung yang diderita anak saya?"
"Tidak tau" datar banget nich dokter
"Ya, sampai sekarang tidak ada yang tau penyebab hirsprung itu sendiri"
"Lalu bagaimana dengan sepsisnya? Ada yang bilang bisa dari proses persalinannya, atau ketika sejak dalam kandungan?" kejarku
"Hmm...no. Kalo sepsis terjadi sejak dikandungan, tentu bayinya meninggal di kandungan kan?"
"Sepsis biasanya terjadi di luar, setelah dilahirkan"
Maksud dokter ini mungkin seperti yang aku baca. Bisa dari selang infus, ventilator, atau alat2 medik yang digunakan ketika di RS kurang steril.
"Kalo dari penjelasan dokter di RS (tiiittt), tempat anak kami di rawat, hal tersebut disebabkan karena ketidaksempurnaan pada saat pembentukan sel syaraf di trisemester pertama." suami mengimbuhi.
Nyengir. "Engga. Hirsprung ini tidak diketahui secara pasti penyebabnya. Toh itu masih diagnosis kan? Kalo di semester pertama, ah saya yakin, semua ibu akan berhati-hati ketika hamil. Lihat saja, banyak to ibu2 yang mungkin lebih ceroboh bahkan yang di pinggir2 jalan itu ternyata bayinya ga kena hirsprung, justru sehat. Nah, jadi bukan karena itu." jawabnya. Tetap datar.
"Pada saat persalinan, istri saya ini durasinya lumayan lama dari pembukaan hingga kelahiran. Bahkan plasentanya juga pendek, 36cm saja. Gimana tuh dok?"
"Nah, nyatanya bisa lahir kan? Ya sudah. No problem" jawab si dokter dengan super santai.
"Begini analoginya, kita belanja di mirota dan dapet hadiah rumah. Why? Trus orang2 pada tanya, kenapa kok kita dapet hadiah rumah? No answer kan? Terus kalo kita belanja lagi, pasti ga kita dapet rumah lagi? No answer juga. Tapi pada intinya, kalo ga mau dapet hadiah ya JANGAN BELANJA. Dan gimana biar kita dapat rumah lagi? Just PRAY. Jadi apakah kehamilan ke depan bisa terjadi begini lagi, tentu bisa. Dan biar ga terjadi, ya itu tadi, JUST PRAY dan tentunya seperti biasa, didukung dengan pemberian nutrisi yang baik. Thats it."
"Lalu dok, ada saran apa untuk kami untuk selanjutnya?"
"Ga ada. Fun aja. Ikhlaskan saja. Enam bulan lagi bisa program. Kalo lancar, januari bisa hamil lagi."
Terus terang, ada kelegaan tersendiri. Rasa bersalah, kegelisahan, penasaran menguap. Bukan tidak percaya pada takdir, karena ini kuncinya. Tapi terjawab langsung dari profesionalnya makin memberi hawa optimisme kami kembali lagi. Terutama untuk kembali berikhtiar. Ini tentang takdir, ini tentang Qadha dan Qadhar. Bahwa sekuat apapun usaha yang telah kami lakukan untuk memberi yang terbaik, ternyata Allah lebih memilih Mashka untuk kembali kepadaNya. Ketakutan pada masa depan seperti terhempas, sepertinya kami baru saja melakukan healing trauma.
Tapi ga bagus semua kok. Dokter ini cukup teliti dan tegas.
"Kamu anemi ini. Pucat banget."
Baiklah, ya..aku menjelaskan bahwa memang Hb sebelum persalinan itu 9.9. Meski sudah berusaha dinaikkan dengan suplemen herbal dan daging (kadang kalo yang dagingnya), angkanya masih di 9.9.
"Untuk hamil, Hb kamu ga boleh rendah. Zat besi penting untuk janin, jadi jangan sampai rendah Hbnya. Saya akan beri suplemen. Dan usahakan cek darah bulan depan. Kalo sudah diberi suplemen masih rendah, hati2 kamu bisa talasemi." dataaarrrrr baget ngomongnya. Tapi kaya nampar rasanya. Suami yang ga tau apa itu talasemia malah ikut senyum. Plis deh abiii.
"Hmm..pucet banget", dokter itu seperti menguatkan diagnosisnya sambil nulis resep.
"Bukan karna ngantuk kali ya, dok?" tanyaku sekenanya.
"Yawes, karna ngantuk." Jawabnya sekenanya juga.
Lah,tapi bukankah dulu aku pernah di melakukan medical checkup untuk masuk PLN. Kalo Hb rendah pasti ga lulus ini. Lah, nyatanya sampe resign, soooo ini cuma anemi. Ngeyemyemi dewe (menenangkan diri sendiri).
So, saat ini yang jadi pe er-ku adalah menaikkan kadar hemoglobin. Harus mau makan daging dan sejenisnya. Dan darah inipun setiap cc-nya adalah milik Allah, maka kupasrahkan saja padaNya. Rejeki itu milikNya, pun hikmah yang selalu kupinta dari semua kejadian ini.
Ketika Mashka (sabar) kami belum cukup menurutNya, maka kali ini kami harus memulainya dari awal kembali. Doakan...doakan...siapapun yang membaca tulisan ini, semoga kami dan semua yang sedang mengikhtiarkan hajatnya diberi kelancaran dan segera diperkenankan olehNYA. Termasuk saya yang juga akan berdoa semoga apapun yang anda ikhtiarkan selalu diberikan yang terbaik.
Salam Sabar.... ^_^
Semoga manfaat.