Sabtu, Februari 22, 2014

SIAS, Satu Ukhuwah Hati Bunda Yang Merindu Syurga

Tiba-tiba ada haru menyeruak sore ini, saat kembali teringat hari ini mengaprove satu lagi anggota SIAS dan mendapati penyataan hangat dapat bersilaturahim di grup.

Enam bulan lalu masih ragu apakah grup ini sekedar rasa emosional saya yang berupaya agar menemukan teman seperjuangan dalam melawan duka. Sebulan kemudian, rasa itu terjawab, dan tak mengagetkan bila ternyata jawabannya YA, itu benar. Rasa yang tidak mungkin saya pungkiri bahwa bertemu dengan orang-orang yang memiliki 'nasib' serupa memang bisa dibilang lebih membuat hidup 'terasa' masih hidup.

Semakin hari, beranjak minggu dan kini hampir 6 bulan, persahabatan dengan saudara2 yang hampir seluruhnya belum pernah bersua itupun semakin erat. Rasa duka terurai menjadi ukhuwah yang saling menguatkan satu sama lain. Saat ada rindu sang mujahid mujahidah kecil, selalu saja ada pelukan tak terlihat dari berbagai penjuru negri ini. Ya, sekalipun saat ada air mata rindu tak terbendung, selalu ada yg ikut menangis bersama.

Bukan pembenaran atas duka yang berlarut, grup ini semata hanya berupaya merambah sisi2 hati terdalam dari seorang bunda yang merindu ananda. Seberapun kuat dan sabarnya, kami tentulah jauh dari Ummu Salamah yang kokoh ketika sang buah hati telah terbujur kaku di depannya, kemudian esoknya masih mampu menyapa sang suami yg baru saja pulang dari medan jihad dg senyuman tulus seolah tiada duka. Kami sadar bahwa segalanya hanya milik Sang Maha Memiliki, namun seberapapun kuatnya, bagian dari tubuh ini tak serta merta terlupa. Bukan tiada ikhlas, tapi kelemahan hati seorang bunda yg merindu dan sadar tak kan bertemu yang di rindu selama di dunia ini kadang masih begitu menyita rasa.

Maka, sungguh melegakan ketika di dekat hati kita ada hati lain-yg sama merindunya dengan ananda- yang 'memeluk' tulus. Percayalah, bukan kami tak menghargai perhatian dan rasa kasih orang-orang di sekeliling kami. Tapi tentulah berbeda kalimat ''sabar ya'' yang terucap dari seorang yg tau betapa merindunya hati terhadap mujahid mujahidah kecil kami dan dari orang yg mengucapnya sembari menggendong buah hatinya di depan kami.

Maha Adil Allah yg mengambil milikNya dari sisi kami dan menggantinya menjadi ukhuwah surgawi (inshaa Allah). Saling mengingatkan kecintaanNya pada kami, saling menguatkan hati utk terus perbaiki diri hingga layak tertunggu di pintu Jannatuna'im...

Jazzakumullah khayran katsir bunda2 SIAS, semoga cukup ini yang menjadikan kita tertegur untuk terus bermuhasabah diri hingga mampu menggapai derajad mukminat. Aamiin.
Semoga grup ini bisa saling mengingatkan dan bermanfaat.
Wallahua'lam

Rabu, Februari 19, 2014

Sedang apa kau di sana, Nak?

Di saat anak-anak seusiamu mulai bisa berinteraksi dg orang dewasa,
sedang apa kau di sana, nak?
Di saat anak-anak seusiamu mulai berjingkrak seolah ingin bangun dari pangkuan,
sedang apa kau di sana, nak?
Di saat anak-anak seusiamu mulai belajar makan,
sedang apa kau di sana, nak?
Di saat anak-anak seusiamu mulai mengucapkan kata tak jelas,
sedang apa kau di sana, nak?
Di saat anak-anak seusiamu berguling, merangkak dan menggapai semua barang di dekatnya,
sedang apa kau di sana, nak?

Di saat semua orang tua berjalan dan membanggakan anak mereka yg seusiamu,
umi abi di sini  jg sdg berbangga padamu, wahai prajurit syurga...
Di saat semua orang tua menggendong anak mereka yg seusiamu,
maka umi dan abi jg diam2 sedang membayangkanmu di pangkuan bapak para nabi, Ibrahim as.
Tapi di kala orang tua anak seusiamu mengeluh capek, tidak bagi umi dan abi, sayang...
Tak akan letih hati ini meski selalu terkejar rindu padamu,
Tak akan tumbang diri kami meski godaan hilang asa selalu di depan mata.

Sedang apapun kau di sana, sayang...
biarlah umi tetap merindukanmu dalam hati...
memelukmu dalam dekapan sayang yg hanya terasa di sanubari...




kerinduan pada sang prajurit syurga.
19/2/14