Rabu, Agustus 10, 2011

Ketika hari itu berakhir

Mengawali kalimat dalam cerita rasanya aneh kalo dengan kata 'pada akhirnya' ya? YA tapi mo gimana lagi, toh judulnya juga dengan kata2 'akhir'. Ya, ga penting saya membahas gimana mengawali posting dengan kata atau  apa karna kebingungan saya beberapa saat lalu. hehehe...

Yach, pada akhirnya (akhirnya dipake juga), setelah mengawali opening blog ini sebagai curahan hati perantauan, kini saatnya berubah status. Yaaaaaaaaaaaaaaaaap, im back!!!! Saya benar2 kembali, ke rumah. Bahkan saat ini saya mengetik posting ini di kamar. Benar2 di kamar saya. Tapi bukan berasaan yang bak firewall ini yang saya moau bagikan, itu next time saja. Tapi prosesi perpisahan saya dengan teman2. Saya sempat janji mau bikin note di fesbuk tentang 'kekacauan' pasca perpisahan kala itu.

Siang itu, siang terakhir saya di tanjungpinang, tempat di mana selama satu setengah tahun saya merantau dan belajar, bekerja pada tepatnya, tanggal 27 Juli 2011. Sejak pagi, sudah ada rona2 bahagia di wajah saya, karna hari itu adalah hari terakhir saya menjalani kehidupan di sana. Kalo boleh jujur, saya sangat bahagia, siapa yg tidak bahagia kalo tau sebentar lagi dia akan berkumpul dengan keluarga, tapi tidak dipungkiri bahwa ada rasa sedih juga harus berpisah dengan teman2 senasib di sana.

Paginya, persiapan membereskan data di PC sudah kumulai, data2 juga dikumpulkan, sampai dengan siang hari. Menjelang pukul 2 siang, mulailah saya bergentayangan keseluruh kantor untuk melakukan prosesi pamitan dengan seluruh staf (bahasanya koq jadi mistis). Dimulai dari kantor rayon Kota. Kantor ini ada di lantai 1. Selanjutnya, di lantai 2 (lantai kantor tempatku bekerja). Di mulai dari ujung timur, eh barat ya... Tempatnya para senior, hihihi...

Nah, ini nih..belum genap seluruh lantai 2, tiba2 saya dipanggil ke ruangan keuangan dan di sana sudah berkumpul seluruh staff keuangan akuntansi. Well, mereka adalah keluarga di kantor, bisa di bilang gitu. Sejak menginjakkan kaki ke bagian akuntansi, kekompakan orang2 di dalam ruangan tersebut cukup terasa, bahkan kekompakkan jarang ikut olahraga sekalipun...hehehe (piiisss ahh... ^^). Karena assmen kami, Pak Mul atau sering juga disapa Pak Ad lagi dinas ke Jakarta, prolog disampaikan oleh Pak Herman. Hiks, siapa sangka beliau yang keras nan galak kalo lagi berhadapan dengan orang2 ranting itu bisa terharu kala menyampakan prolognya... (jadi terharu juga deh). Ditambahi dengan Pak Syawal, supervisor anggaran kami yang juga menyampaikan beberapa wejangannya membuat suasana tiba2 membuatku haru biru. Salah satu kalimat beliau "..jadi gini., Din..Nanti kalau dina tidak di sini, tolong yang baik2 yang diingat, yang tidak sesuai hati dibuang jauh aja ke selat Malaka." *GUBRAK!!* Pak, saya mau ke Jawa, ga lewat selat malaka lhoooo... Hihihi, kalimat itu yang membuatku selalu ingat pada momen itu.

Nah, puncaknya malah ketika Dian, wanita muda paling beruntung menurutku karna bekerja di kota sendiri, menyampaikan uneg2nya.. Si nenek ini yang kemudian menyulut air mataku dan mungkin temen2 juga saat itu. (Ikong dan Tiwi, hei aku tau kalian nangis juga, hiks). Momen ini di akhiri dengan pemberian kenang2an. Sudah membudaya kalo ada acara seperti ini memang ada kenang2an dari keluarga di keuangan akuntansi. Pada bagian ini, terimakasih kepada Pak Herman, PAk Syawal, Bu Was, Bu Elmi, Ka Dewi, Pak Mul (walopun ga sempet ketemu langsung), Bli Komang dan Bang Dariel (spesial thx bang atas info web nya..hehehe)



Gak sampe di situ aja, setelah melanjutkan sesi pamitan sampe ke lantai 3, sampai magrib menjelang, saya memang awalnya mengajak teman2 ke tepi laut. Tepi laut itu bisa dibilang iconnya tanjungpinang. Awal pertama ke tanjungpinang, tepi laut menjadi tempat pertama yang disambangi, bahkan sebelum kos di dapet. Bener, setelah 'magriban' di masjid raya dengan manusi2 yang bernama Tiwi, Riska, Ayik, Dian, yang disusul oleh Amel.

Awalnya sudah rada curiga kok duduknya malah di pondok2 dan pada ngotot ga mau ke melayu square. Melayu square adalah kumpulan tempat makan pinggir laut. Lhah gimana makannya coba, masa iya orang2 ini mau aja ditraktir jagung bakar doang, sempet juga terpikir gitu mengingat betapa doyannya makan orang2 ini.
Diselingi dengan foto2 ga jelas sambil menunggu pasukan yang lain datang, sekitar pukul setengah 8 munculah para tentara 'petir' yang lain. Wew, ternyata empat bundaran pizza ukuran extra sudah teman2 siapkan malam itu...Lho koq..lho??? Ekspresi bingungku ga bisa ditutupi (padahal girang ga jadi ntraktir...).

Maka dimulailah ritual meracau pada malam itu. Suhu Pakde Fendi sebagai master of meracau adalah obat kegarink'an malam itu. Ga ada pesan2 yg haru dimana gitu..sampai pada akhirnya ketika Amel, personel yang bergerak di bag SDM dengan begron psikologi mulai merajut kalimat demi kaliat pesan yang mak'jleb'.
Dari situlah suasana mendadak haru. Yach, satu persatu wajah teman2ku itu mendadak menyusup ke relung hati (ini agak dramatis, jadi harus fokus).
Tiba2 saja malam itu sangat ingin berterimakasih pada mereka. Seperti kata salah seorang kawan malam itu, setiap masing2 pasti akan mengalami nasib sepertiku. Di ujung pilihan antara keluarga dan karir. Karna memang sejak awal kesadaran itu harusnya ada, bahwa konsekuensinya memang begitu. Tapi bagaimanapun juga, setiap masing2 itu juga memiliki pilihan yang berbeda, yang terbaik untuk dirinya. Well, terimakasih teman2....terimakasih atas perpisahan yang sebenarnya menyadarkanku tentang sebuah ilmu, teman dan pengalaman yang tidak akan pernah terbeli dengan 45juta rupiah. Yang membaur menjadi silaturahmi dengan kombinasi rizki bagi kita, insya Allah..amiin...


Penutupan malam itu adalah penyalaan kembang api sampai ke pulau penyengat, hahaha...ya enggalah..kembang api itu cuma di dada ini. #Cieee....
Tetep, tiba2 teman2 menyodori amplop 2 amplop ukuran besar dengan judul laporan PKBL (laporan yang selama ini kupegang) dan Laporan anggaran (Hei, itu bagian bang daril). Begitulah, satu lagi umpel2 an kertas koran di dalam tas merah 'Metro'. Dan belum hilang rasa haru saat terima kado2 itu, makhluk bernama ikong, Riska si preman palembang melemparkan air dalam gelas air mineralnya, seperti mendapat ilham, yang lain juga melakukan hal serupa, tapi kali ini TEH TARIK aka teh campur susu mampir ke seluruh badan. Puncaknya, manusia tak berekspresi, Yoghi dj dengan tampang tanpa bersalah melempah pizza TUNA!! ya, TUNA!!! kalo beef masih bisa ditoleransi, ini tuna sodara2...dan amisnya minta ampun. Alhasil, keamisan yang begitu peka di hidung pun membuat saya pusing dan muntah, bak mabuk laut,, (GGrrrrr...!!!). Tapi akhirnya toh saya kalem, karna saya mewariskan beban kerjaan padanya, hehehe...impas aja , yog?

Dan begitulah, minus mbak ria yang lagi pulang kampung dan anas yang lagi jaga di kantor, maap kami poto2... hehe








Paginya, dengan diantar dengan mobil asmen dan tiwi sebagai driver, perpisahan itu pun......
TErimaksih teman2 muda, terimakasih semuanya...