Selasa, Desember 31, 2013

Kerinduan di Penghujung Masehi 2013

Saat-saat usai jamaah di langgar memang saat yang paling membuat umi merindukanmu, nak...
Sejak tanda positif ada di testpack, entah ruhmu telah ditiup atau belum olehNya, saat itulah umi mulai bertekad tak akan bolong2 lagi jamaahnya. Meskipun pada prakteknya, umi absen juga.
Saat detak jantungmu mulai terekam oleh usg, saat itulah umi juga kerap berkomunikasi denganmu usai shalat. Meski secara fisik organmu belum terbentuk sempurna.

Dan alangkah bahagianya saat tendangan2 kecilmu mulai umi rasakan. Bahkan tak jarang umi memanggilmu...

Saat kamu mulai terasa berat, bahkan hingga hari2 menuju kelahiranmu, umi malah semakin semangat membawamu ke rumah Allah. Memang, umi mulai absen tarawih berjamaah saat usiamu beranjak 9 bulan dikandungan. Tapi awal2 ramadhan umi tekadkan untuk mengajakmu selalu tarawih berjamaah. Meski harus bawa minum dan diletakkan di samping sajadah, dan sapu tangan untuk mengelap keringat umi.

Ingatkah kau, anakku Mashka sayang...usai sholat kita akan memohon pada Allah agar dirimu tumbuh menjadi anak yg mencintai masjid dan memakmurkannya. "Robb, tumbuhkanlah anak dalam rahim hamba ini menjadi salah satu hambaMu yg mencintai masjid, yg mencintai jamaah spt kakung dan abinya''...Tak jarang kemudian kamu juga membalasnya dg gerakan.

Maka, kini, usai sholat selalu menjadi momen umi saaaaaangat merindukanmu, sayang. Tak disangka, ternyata Allah lebih mencintaimu dibanding umi, Dia juga sayang umi, buktinya kini kita dipisahkan sementara agar engkau, wahai anakku Mashka, dapat menikmati rumah langitNya.

ujung 2013
kamar timur langgar

Jumat, Desember 27, 2013

(my) December

20, 21, 22 Desember lalu jadi hari penuh pembelajaran. Hari dimana aku harus berada di tengah2 suasana yg awalnya mengguncang hati. Hari itu aku memang mengikuti bazar di sebuah rumah sakit swasta. Dua bulan sebelumnya memang sudah mendaftar. Tapi rasanya ingin kuurungkan niatku saat itu.
Rumahsakit, pasti akan banyak sekali dokter, residen terutama, dan anak-anak tentu saja yg memang mengikuti acara yg akan diadakan. Hatiku sempat mengerdil, nyaliku sempat menciut. Bayangkan kedukaan kehilangan buah hati kembali menghantui.

Ya, sejak kehilangan Mashka, memang rumah sakit jadi 'momok' tersendiri untukku, meski aku terus melawannya. Tak masalah memang, tapi setiap pulang dr Rs, ada sedikit rasa 'sesak' di dada. Terlebih ketika bertemu dokter atau residen. Residen terutama. Sekalipun kusadari betul bahwa tak semua dari mereka yg berlaku sombong dan jahat (dlm kacamataku), rasa dongkol itu kerap mampir di benakku. Aku, memilih lebih byk membatin istighfar ketika bertemu dg profesi tsb utk mengusir kedongkolan hatiku sendiri yg sudah pasti godaan syaitan.

Hari kedua bazar, tepat usiaku memasuki angka ke 27. Setahun lalu, rasanya adalah hari yg begitu indah dan berkah karna Mashka sudah ada dirahimku. Kala itu, kubayangkan betapa tahun ink pasti akan lebih membahagiakan karna mungkinnaku sudah menggendong Mashka yg beranjak berusia 5 bulan.'' Betapa indah hari itu'' pkirku saat itu.

Tapi rencana tinggal rencana, harapan tinggal harapan, Allah ternyata memiliki rencanaNya sendiri untukku dan keluargaku. Pagi itu usai subuh, saat suami sedang mengucapkan selamat milad, aku justru sesunggukan di dekapannya. Rasa rindu yg meluap tak mampu lagi kutahan. Betapa kurindukan sosok Mashka di tengah2 kami saat itu, makan bersama, menghabiskan hari bertiga, berempat, berlima, dan lebih banyak lagi bersama anggota kluarga yg lain.

Seharian itu kusibukkan diriku. Rindu tentu tak akan hilang, namun terus kucoba utk membuatku trs bisa berkarya hari itu. Banyak para ibu berlalu lalang sambil menggendong anaknya yg rata2 memang seusia Mashka bahkan ibu hamil. Rasanya begitu sesak...tapi terus kuulafadzkan Al Ikhlas dalam hati. Ya, semata agar keikhlasan hati ini semakin kokoh meski tak dipungkiri, setiap saatnya juga tergerus krn duka yg tiba2 muncul.

Robb, terimakasih atas segala yg terlimpah hingga detik ini... Semoga tahun depan jika Engkau masih memanjangkan umurku, maka ijinkan aku menikmati umur selanjutnya bersama anak2 yg kembali Engkau titipkan. Dan bila umurku tak sampai tahun selanjutnya, maka wafatkan aku dalam iman, dalam hati yg setulus2nya mencintaMu dan RasulMu.

Rabu, Desember 18, 2013

Cerita di Langgar Sepuh (Zaki dan Hafidz)

Baru beberapa menit lalu aku terlibat percakapan dg dua orang anak sholeh yg kusuruh azan. Nama mereka Zaki Santoso dan Hafids Assidiq.

Awalnya, sejak pukul setengah 12 tadi kudengar suara anak2 yg bermain di depan langgar. Awalnya kukira anak2 skitar rumah, tp setelah kuperhatikan, suara mereka spertinya memang jauh dr logat jawa.
Azan dhuhur mulai berkumandang. Diam2 aku khawatir tdk ada yg azan, krn bapak yg biasa azan, td pagi bertolak ke Malang utk bersilaturahim ke rumah kakaknya, budeku. Dan benar saja, saat masjid dan mushola lain sudah mengumandangkan iqomah, belum ada satu orangpun yg mengambil kunci langgar yg mmg terletak di teras rumah.

Maka, segera kuhampiri dua anak asing yg ternyata sedang kebingungan memasuki langgar..
"Dek, azan ya..!''
"Iya, mbak" jawab mereka.

Segera kubuka langgar dan kunyalakan microfon utk mereka. Lega menyergap dlm hati, meskipun ada sdikit kecemasan ttg imamnya nanti. But, alhamdulillah, slh seorang tetanggaku kmdn muncul. Kuminta mereka iqomah dan jamaah dhuhur hari ini terlaksana.

Usai sholat, mereka yg tadi sempat kuminta utk tinggal sejenak segera kutemui. Di teras langgar, kubawakan dua buah roti coklat keju dan dua gelas air putih utk mereka.Sayangnya hr ini kami sedang puasa, jadilah hnya itu yg bs kusuguhkan utk mereka.

Di situlah, sembari mereka makan roti, kami bercakap2. Ada kekaguman tersendiri kala mendengar mereka bercerita. Oiya, mereka tyt dari pondok Tahfidz kampung sebelah. Zaki hafal juz 30, sedang Hafidz yg 2 th lbh muda, sdg dlm proses menuju hafal juz 30.

Hafidz asli Banten, ke jogja karna ayahnya melanjutkan studi di ugm. Pun dg Ibu dan ketiga adiknya, mereka semua ikut ke jogja. Hafids memiliki 4 adik, namun salah satunya meninggal saat bayi.
''Anak tante juga ko, Hafids, meninggal saat bayi''kataku
"Berarti belum punya dosa, mereka langsung masuk syurga" ungkap Hafidz
"Tp ada yg bilang mereka jd pelayan di syurga..menjadi muda terus'', timpal Zaki.

Ada haru yg tiba2 datang saat mendengar ucap polos dr anak2 lugu itu..

Berbeda dg Hafidz, Zaki memiliki kehidupan yg keras. Sejak kecil dibesarkan nenek dan bundanya. Entah siapa itu bunda, aku tak menanyakannya. Awalnya kupikir ibunya, tp aku tyt aku salah saat kudengar ceritanya yg beru bertemu ibunya saat kelas 1. Saat kutanya ayahnya, dia menjawab sejak umur 3 tahun dia sdh tak melihat ayahnya, itupun diketahuinya dr ibunya. Zaki sempat bilang kalau tahun dpn dia mau pindah lg ke bengkulu, tempat kelahirannya, dimana ada nenek dan bundanya. Dia tinggal di Mana, ibukota Bengkulu.
Aku masih agak bingung, lalu kmn ibunya..
"Ibu kadang pulang, trs pergi lagi ke kalimantan"
Aku baru paham, ''Ibu kerjanya dikalimantan y?''
''Iya'',jawabnya sambil trs menikmati roti yg digigitnya bagian bawah dahulu dan menyisakan bagian coklat dan keju utk dimakan terakhir.
Ada raut muka sedih saat kutanya apa dia rindu ibu ayahnya. Namun ada kalimat optimis yg keluar dr mulutnya yg sempat belepotan keju.
"Pasti besok bisa ketemu"
''Aamiin, insyaAllah'' balasku.

Ada satu hal lg yg kukagumi dr sosok Zaki,
Dia sempat berkata bahwa usai ujian nasional nanti ada waktu 1 bulan sblm masuk smp.
"Mo ke bengkulu naik sepeda"
He?? aku melongo.. ini anak ngigau apa ya.
"Kamu mau ke bengkulu naik sepeda???" tanyaku dg tanda tanya banyak.
"Iya, ke jakartanya minta antar, nanti ke bengkulu sepedaan" wajahnya terlihat ceria saat mengatakan itu.
''Jauhnyaaa..."

''Hahaha, biasa dia, mbak... setiap minggu pulang ke prambanan naik sepeda sendiri'' timpal Hafidz.

Fyi, kotagede prambanan itu jaraknya lbh dr 20 km, mgk 30, 1 jam perjalanan via kendaraan bermotor.
Dan well, Zaki keren untuk semua itu.
Percakapan kami ditutup krn roti sudah habis dan mereka harus segera kembali ke pondok.

Siang ini, dua sosok bocah asing itu memberiku byk pelajaran. Dua anak yg sedang asik bermain kemudian menghentikan permainannya krn waktu shalat tlh tiba, dua anak yg sedikit bayak sdh mampu memahami hakikat kematian dan kabadian, hakikat dosa setelah masa baligh, dan hakikat kehidupan yg luar biasa dr kacamata seorang anak berusia 10 dan 12 tahunan.

Terimakasih ya, Zaki dan Hafidz, smg kelak kalian bisa menjadi pemimpin2 yg hafidz Qur'an.

Minggu, November 24, 2013

Cerita Sebatang Pohon Mawar

Malam ini untuk kesekian kalinya aku mendengar isak perempuan yg setiap hari menyiramiku. Ah, tak bisa kubayangkan bagaimana wajahnya bila ia menangis. Karena dia selalu mengulas senyum pd siapapun dan kapanpun meski menurutku kala itu dia tersakiti.

Seperti beberapa waktu lalu ketika (seperti biasanya) dia sedang menyiramiku di halaman rumah, tiba2 ada seorang tetangga yg lewat sambil menggendong anaknya yg sedari td menangis.

"Wah, mbak bunga rajin sekali lho ngrawat kebunnya. Apalagi nanti kalo punya anak, pasti merawatnya lebih rajin, trus anaknya ngga nakal ky anak saya nich. Kerjanya cuma bisa nangis aja."
Kulihat aura perempuan itu muram sejenak kemudian kembali tersenyum..

"Aamiin...aamiin. Alhamdulillah mbak...kan skr yang bisa dirawat baru kebunnya... Lho, itu dek angga kan masih bayi mbak...ya wajar kalau cuma bisa nangis...Nanti kalo bisa sepak bola malah bingung..hehe.." Jawab perempuan itu masih dengan senyum tulusnya.

Aku tau benar bahwa meskipun tak sengaja, kata2 tetangganya tadi pasti sedikit membuatnya sedih. Bagitulah, karna selama akarku menempel di halaman rumahnya ini, belum pernah  kulihat tanda2 kehadiran 'anggota baru' keluarga kecil  ini.Entah kenapa.

Hingga malam ini tak seperti biasanya aku yg  biasa hanya bisa mendengar isaknya, lirih doanya pun terdengar.

"Ya Robb..
Sungguh jika pantas hamba mengadu, itu hanya padaMu.

Engkau Maha Tau Ya Malik...
Bahwa terkadang masih terlintas kata 'mengapa' ketika hamba melihat seorang ibu yg setiap hari selalu membentak bahkan hingga memukul/mencubit anaknya..

Melihat kenyataan bahwa seorang remaja memiliki buah hati yg menjadi 'aib' namun tumbuh begitu sehat meski sebenarnya kehadirannya tak pernah diinginkan..

Melihat begitu banyak orang tua yg tega membiarkan buah hatinya diasuh oleh orang lain sementara ia sibuk mengejar-ngejar dunia..

Melihat begitu banyak orang tua yg dengan teganya menyusui bayinya dengan susu formula yg tak pernah mereka pikirkan akibatnya kelak.

Melihat bahwa pasangan yg mendamba buah hati skian lama namun hingga saat ini belum juga Engkau berikan..

Melihat betapa beberapa ibu yg telah lama menanti dan merawat buah hatinya sepenuh hati dan tulus, namun Engkau pisahkan keduanya begitu cepat..

Ah, Engkau tau benar pasti Ya Robb.. betapa rasanya ingin sekali memprotes padaMu saat rahim ini harus diangkat. Rasanya Engkau baru saja memukul begitu keras, menenggelamkan masa depan dan menghapus mimpi2 indah. 

Tapi tidak Ya Robb...jika jalan satu2nya bagi hamba utk memiliki buah hati itu kelak di jannahMu, maka ijinkan hamba Ya Allah...ijinkan hamba menjadi seluas-luasnya manfaat bagi ummah...Istiqomahkan keikhlasan, kesabaran dan kebaikan diri ini.... Karna hamba tau, sebaik2 keputusan hanya keputusanMu...

Engkau punya rahasia ketika menetapkan seorang anak harus menerima bentakan setiap hari,
Engkau punya rahasia ketika perbuatan terlarang justru melahirkan keturunan,
Engkau punya rahasia ketika pasangan halal Kau minta untuk terus berikhtiar dan memohon kepadamu..
Engkau punya rahasia ketika kembali mengambil titipanMU dari mereka yang begitu menyanyang dan merawat titipanMu
Engkau punya rahasia untuk setiap kejadian...
seperti halnya Engkau jg pasti punya rahasia menetapkan jalan ini padaku...

Karna tak ada satupun yang terjadi TANPA kehendakMu, bahkan daun kering yang gugur di tanah sekalipun. Maka, seadil-adil takdir adalah takdir dariMu yang Maha Memberi Petunjuk.."

 ***
Rantingku bergerak2 diterpa angin... Kalau saja aku punya mata, mungkin tangisku sudah pecah. Kalau saja aku punya tangan, sudah kuseka air matanya. Namun aku hanya sebatang pohon mawar yang tumbuh di halaman rumahnya, maka yg kulakukan hanya mengamini tiap doanya dan berusaha menumbuhkan bunga tercantik untuk Bunga agar ia tersenyum saat melihatku.

Selasa, November 19, 2013

Rindu pada Prajurit Surga

Umi masih membaca AlMulk.
Airmatanya mengalir, diantara diam... tangan kami yg menggenggam seolah jadi alat komunikasi tersendiri yg hanya dimengerti kami berdua.

"Bi, mungkinkah kita bisa meminta agar kakak bisa bertemu idola kita, Rasulullah di firdaus?"

"Insya Allah...."

"Tp entah knapa umi selalu berdoa demikian lho abi... saat rasa rindu ini tak terbendung, maka yg umi minta ke Allah y spt itu. Soalnya surga kan di luar logika, umi g bisa ngebayangin. terus umi ngebayangin aja klo kakak sdg bertemu dg Rasulullah, kluarga, dan sahabatnya. Dg begitu umi lega...Krn Allah sdg menjamu kakak brsama manusia yg paliiiiing mulia."

Air mata kami trs menerus tumpah, meski tanpa isak...
Sampai akhirnya istighfar dan serangkaian surah membuat kami lelap untuk menyambut waktu bermesra dg Maha Pemilik Semesta untuk mengadu...

#rindusangprajuritsyurgamashka

181113

Selasa, November 12, 2013

Menyadari yang Pasti

Inget beberapa tahun lalu ketika kajian keputrian..
"Ini satu hal yang pasti diketahui setiap manusia, namun tak berarti disadari yaitu mati."

"Ah, ngomongin mati mulu deh, serem tauk...", gitu celetuk salah seorang teman yang diam2 kusetujui juga kala itu.

Nah lhoh, sekarang ngaku. Iya, sejak dulu juga tau kalo ujung dari kehidupan ini pasti kematian. Lha wong jaman SMP uda dapet pelajarannya kok tentang penciptaan manusia sampai di hari perhitungan amalnya. Makanya klo sekarang ga ngerti juga kebangetan.

Nah, tapi sadar g kalo ternyata kebenaran itu sering disepelekan.
Ngerti banget kalo besok mati, sholat tiap hari, tapi pikiran masih lari-lari.
Ngerti banget kalo pada akhirnya umur bakal habis, mengaji tiap hari, tapi lupa mengkaji isi.
Sadar sekali mati itu pasti, disuruh berhijab syar'i, masih nanti2, dengan dalih ga sesuai dengan model masa kini.

JLEB!
Ini menohok banget di hati. Secara pengalaman pribadi.
Sampai akhirnya 'disentil' dengan diuji.
Musibah yang saya alami terus terang tidak saya anggap sebagai ujian, tapi sebuah teguran yang mungkin tak seberapa dari Yang Maha Memberi Peringatan.
Ujian itu bagi mereka yang imannya sudah mantep dan berhak naik kelas. Tapi bagi saya, rasanya kok ga pantes dibilang mo naik kelas. Baru suruh masuk kelas dan belajar lagi, itu yang bener. Kemaren2 cuma dengerin aja teorinya, tapi msih enggan ikut pelajaran prakteknya. Makanya sekarang harus 'mengulang' pelajaran, baik teori maupun prakteknya.

Ini catatan untuk memperingatkan diri dan keluarga saja
Sudah disentil, maka selayaknya fardhu dan sunah tiap hari tak terlupa, dan mengikat hati serta pikiran agar tak kemana2.
Sudah ditegur, maka selayaknya ga cuma mengaji tiap hari, bacaanya ga cuma asal, sebisa mungkin tartil dan mengkaji terjemah hingga tafsir...
Sudah diingatkan, maka selayaknya tak tunda berhijab syar'i, memang tak lagi sesuai dengan fashion masa kini, tapi yang penting adem di hati.

Sudah diajari oleh yang Maha Cinta...maka mulai kurangi kecintaan pada seseorang dan sesuatu yang ketemunya cuma bakalan di dunia.
Jadi inget, yang satu itu pernah terungkap pada suami, trus terjadilah percakapan:

Suami: "Jadi, umi bakal mengurangi cinta umi ke abi?"
Sy : "Iya donk...pasti. Kan kemaren cintanya masih kebanyakan. Abi juga harus gitu ya. Ga usahlah cinta2 banget sama Umi.
"Umi cinta abi karna Allah. Semakin Abi mencintai Allah, maka semakin besar pula cinta Umi ke Abi. Begitu sebaliknya ya, bi. Biar nanti kalo kita kehilangan masing2 dari kita, sakitnya tak begitu dalam...toh kita kan hanya dititipi"
Suami: (dengan raut wajah yang memuram) "Iya deh...ingetin Abi ya.." *mwuach

Sudah didekati sama yang Maha Sayang, maka selayaknya ubah tujuan masa depan, agar khusnul khotimah, terhindar dari siksa kubur, menerima catatan amal dengan tangan kanan, masuk surga... Waaaa....ini cita2 tertinggi deh pokoknya. Ga tau kapan bakal dipanggil, jadi siapnya harus tiap hari, tobatnya harus tiap saat, lha wong bikin dosanya juga tiap saat.

Wallahua'lam bishowab...
Sekali lagi ini cuma catatan pribadi sebagai peringatan diri...

Jumat, November 08, 2013

Betapa Indahnya...

Betapa indahnya..
Jika bisa menggendong sang buah hati menuju masjid
Saat usianya mulai beranjak 4 bulan
Sembari membawa alas yang empuk dan bantal kecil
Melihat wajahnya yang kebingungan namun tenang
atau menatap lelapnya dalam doa...

Betapa indahnya..
Melihat suami yang memanggul sang buah hati menuju masjid
meskipun usianya masih satu tahun.
menerjang dingin dini hari
menuju subuh di masjid...


Betapa indahnya...
Membangunkan sang buah hati kala pagi masih dingin
Memintanya membasahi tubuhnya dengan wudhu
Mengganti pakaiannya dengan baju terbaik

Betapa indahnya...
Membangunkan sang buah hati untuk bertahajud bersama
mengajarnya meminta padaMu, hanya padaMU...

Betapa indahnya...
Mengajarkan sang buah hati lafadz hijaiyah
usai jamaah subuh...
Mengajarkannya alif..
Mengajarkannya ba..
Mengajarkannya ta...

Betapa indahnya...
Mengajarkan sang buah hati untuk menghafal doa shalat
meskipun usianya masih dua tahun...

Betapa indahnya...
Ketika usai salam ada yang menyalami tangan kita
dan meyematkan kita di setiap doa2nya..

Betapa indahnya...
Ketika buah hati masih dipelukan, masih di dekapan

Betapa indahnya Ya Robb...
Jika Engkau masih memberi kami kesempatan untuk kembali menjadi orang tua




***
Inspirasi dari ust. YM dini hari tadi. Rasanya ingin sekali menangis ketika dalam tausiyahnya beliau sisipka puisi yang pernah dibacanya ketika di Masjid Walisongo.
Teringat tahun-tahun lalu ketika buah hati masih didamba, ada janji tersendiri dalam hati...ketika usianya menginjak 4 bulan, insya Allah sudah akan diajak berjamaah. Meskipun saat itu masih belum hamil.
Ketika Allah Yang Maha Mendengar mengabulkan doa, maka sebisa mungkin tak meninggalkan jamaah di Langgar kecil depan rumah. Berharaaaaap sekali bahwa kelak buah hati dalam kandungan akan mencintai rumah Allah sampai ia dewasa, tua, dan syahid. Bernadzar juga utk tak pernah meninggalkan baca Al Qur'an meski hanya satu ayat setiap hari, berharap kelak sang buah hati selalu mencintai Al Qur'an sebagai penerang jiwanya. Buah hati yang kami 'nazdarkan' untuk menjadi jundi pembela agamaNya, menyekolahkannya di skolah tahfidz sebelum akademik. Mengajarnya hijaiyah sebelum alfabet....

Ternyata Allah berkehendak lain...
Dia sendiri yang memilihnya untuk menempati bukan sekedar eumah-rumah kecilNya, namun taman-taman firdausNya.
Dia sendiri yang mengajarkan segala 'pelajaran akherat' pada buah hati kami, bahkan kepada kami.

Meskipun tak bisa menidurkannya di samping saat shalat di masjid,
Meskipun tak melihatnya di panggul sang abi kala berangkat ke masjid2..
Meskipun tak bisa membangunkannya sebelum subuh utk bertahajud bersama
meskipun tak mampu memeluknya dan mencium keningnya usai salam
Namun, kini dia bersama jiwa kami saat bersilaturahim dari masjid ke masjid
berada di hati kami kala lantunan doa terpanjat..

Allah,
jikalau memang belum Engkau ijinkan buah hati pertama kami membersamai ibadah kami kepadaMu, maka ijinkan adik-adiknya membersamai kami atas kehendakMu.
Dan ijinkan kelak surgaMulah tempat kami berkumpul kembali...



di sudut kamar Mashka yang senyap
Oleh-oleh tahajud bareng  @Yusuf_Mansur
di Masjid @jogokariyan pagi ini

Selasa, November 05, 2013

Al Mubarok new Hijri 1435

Jika ditanya apa makna tahun baru ini untukku adalah titik balik sebuah kehidupan untuk kesekian kalianya.

Tahun lalu tercatat sebagai sejarah yang mungkin selama Allah masih mengijinkan tak akan bisa terlupa olehku. Menjadi seorang ibu. Ya, meski amanahku tertangguhkan. Tahun lalu adalah karunia, tahun lalu adalah teguran, tahun lalu adalah perhatian dan wujud cintaNya.

Harapan tahun ini, semoga istiqomah dalam kaffah, tertambah karunia dan rezeki barakah, teridhoi segala hajat. 
Allahummaj'al awwala haadzihis sanati sholaahan, wa awsathaha suruuran wa akhiraha najaahan. Ya Allah, jadikan awal tahun ini kebaikan, pertengahannya kegembiraan dan akhirnya kesuksesan. Aamiin.


Kamis, Oktober 31, 2013

'Orientasi atau Kebutuhan' versi Nyata

Masih inget tentang posting beberapa waktu lalu tentang orientasi dan kebutuhan, kan? Subhanallah, setelah mempublish posting tersebut, aku langsung dapet ujian. Masih tentang orientasi atau kebutuhan hidup, namun dalam konteks yang agak berbeda. Ternyata benar, ya... Kita bukan hanya harus jago 'omong' atau nulis tentang cara pandang kita, tapi harus dibuktikan juga. Dan benar saja, Allah langsung menguji konsistensiku terhadap apa yang pernah kutulis di posting tersebut.
Beberapa hari lalu, aku mendapat tawaran pekerjaan di sebuah bank syariah. Sebagai admin (micro back office ) dan lokasi kantornya hanya membutuhkan 10 menit perjalanan via sepeda motor. Yang terlintas langsung di pikaranku saat mendapat tawaran itu adalah : perkerjaan yang tidak memakan pikiran dan waktu serta lokasi yang sangat dekat. Memang masih outsourch, tapi hal itu tidak terlalu mengusikku, walaupun pada akhirnya temanku yang memberi tawaran tersebut menjelaskan panjang lebar mengenai banyaknya kesempatan berkarir menjadi pegawai tetap, belum lagi soal honor, THR dan bonus yang setara dengan pegawai tetap.

Di saat yang bersamaan, aku dan suami memang memerlukan biaya tambahan untuk segera merealisasikan rencana-rencana kami. Baiklah, kuakui saja, tawaran ini memang hampir menyilaukan. Masuk tanpa tes, kesempatan berkarir luas, kerjaan mudah dan lokasi deket. Betapa impian para pekerja banget... :D. Suami juga menyambut baik tawaran tersebut.

Namun, Alhamdulillah-nya, aku mendalami keuangan syariah kala kuliah dulu, bahkan pernah magang di suatu instansi syariah, meskipun masih standar kecil. Dan jelas sudah, meski berlabel syariah, aku masih meragukan beberapa praktek di lapangan. Inilah yang kemudian memancingku dan suami untuk bermuhasabah, beristikharah dan berusaha bertanya kepada orang yang ilmu agama maupun akademiknya lebih luas.

Aku mulai bertanya kepada salah seorang Ustadz, sebut saja ustadz 1. Dari awal beliau tidak mengatakan riba. Bahkan beliau menjelaskan akad apa saja yang terdapat di bank yang bukan merupakan praktek riba. Namun setelah aku menjelaskan tentang calon posisiku, beliau menjelaskan bahwa meskipun tidak berhubungan langsung, namun termasuk 'subhat', atau mendekati haram, dan jika ada yang lain sebaiknya ambil yang lain.

Yak, dapat satu jawaban. Pertanyaan yang sama kuajukan juga pada saudara sepupuku. Mas sepupuku ini memang terkenal dapat dipercaya dan InsyaAllah ilmu akademik dan agamanya juga luas. Dan hasilnya, beliau menyarankan hal serupa dengan Ustadz 1. 
Masih belum puas, aku menanyakannya kepada teman sekaligus Ustadzah bagiku. Mencoba menilik dari sisi lain. Dan hasilnya, ya, tetap sama. Hukumnya Subhat. Jadi apalagi yang akan diperdebatkan? Kebutuhan kami untuk segera pindah rumah? Keperluan berobat? Modal Usaha? 
Satu kalimat yang disampaikan ketika aku menanyakan hal ini dari teman 'ustadzah'ku itu :
"Din, meninggalkan sesuatu karena Allah, akan diganti dengan yang jauh lebih baik. Yang Subhat, tinggalkanlah."

Bukan hal yang mudah, terlebih memang harapan di depan mata mulai terlihat dekat jika aku mengambil kesempatan ini. Tapi Allah telah memperkenalkan diriNya padaku lewat Mashka, maka kini prioritas terbesar dalam hidupku hanya pulang ke kampung akherat dengan tenang dan diterima di surga hijauNya, bertemu dengan putra pertamaku, memeluknya dan membersamainya dalam kekekalan. 

Terlintas dalam pikirku tafsir yang sering kubaca atas ijin Allah, bahwa sebenarnya semua makhluk hidup yang ada di alam ini mendapat petunjuk dan hidayah. Namun sebagian dari mereka memalingkan dirinya dari kebenaran, dan seketika itu juga Allah palingkan hati mereka dari petunjukNya.
Na'udzubillah...
Dan kali ini Allah sudah jelas memberiku petunjuk, kalo aku terima juga, maka aku dengan sengaja membelok dari aturanNya yang sangat jelas. 
Dan setelah berdiskusi dengan suami, kami memutuskan untuk tidak menerimanya dengan keyakinan Allahlah yang akan menjamin kami. 

Bukan bermaksud menggurui, aku hanya belajar dari apa yang menimpaku selama ini, dan bermaksud berbagi. Sudah jelas, hukum Allah tak perlu dipertanyakan, terlebih ditawar... Ikuti saja, toh hidup ini kan tujuannya untuk mendapat pahala. (Ehm, kalimat ini sebenernya baru kedapet tadi pagi dari hasil pengajian).

Jadi, sekali lagi...coba tanyakan pada diri, apakah orientasimu sekarang?

Jumat, Oktober 25, 2013

Pelajaran dari Ibu Pemulung

Semalam, malam Jumat, seperti biasanya aku dan suami melakukan "wisata masjid". Belum lama jadi kebiasaan, kami sengaja shalat isya' di Masjid yang belum pernah kami kunjungi. Dari yang di pinggir jalan sampai yang 'blusukan'. Hehe, agak aneh ya kebiasaanya. Tapi dari sini biasanya kami dapat ilmu baru, syukur2 dapat saudara baru, atau mungkin dapat pelajaran baru.

Seperti tadi malam, tapi kali ini pelajaran yang kuambil bukan ketika menunaikan Isya' di masjid, tapi ketika dalam perjalanan seusainya. Berduaan boncengan motor sambil sesekali melirik jajanan makanan pinggir jalan yang tidak ada satupun menarik selera meski perut mulai protes..hihiihi. Yang ada malah keinget sayur di rumah, kayanya lebih seger dan sehat dibanding jajan. Kadang, wisata masjid ini memang dilanjutkan dengan wisata kuliner. Tapi kalo lagi pengen, nah kalo pas kaya tadi malem, akhirnya memutuskan untuk pulang dan menikmati makan malam berdua di rumah saja.

Saat perjalanan pulang inilah mataku menangkap sosok di pinggir jalan. Ibu dan kedua anaknya, duduk di trotoar, di samping gerobak yang berisi barang bekas dan mmm mungkin sampah. Aku langsung 'njawil' suami. Tapi ga langsung berhenti, dan baru berhenti setelah kurang lebih 100 meter. Saat itu juga aku langsung nagih dompet suami,,,haha, ini juga kebiasaan. Dan minta ijin tentunya :D.
Singkatnya, setelah menyisakan untuk keperluan bensin esok hari dan beberapa rupiah, kami berbelok arah menemui ibu tadi.

Aku turun dan medekati mereka. Sejenak mataku tertakjub pada kebahagiaan yang ada di depanku. Satu episode kebahagiaan yang tidak kulihat di kecukupan harta, keteduhan atap dan kehangatan tempat. Ibu, yang sepertinya usianya lebih muda dariku beberapa tahun, bersama kedua putranya. Yang pertama mungkin sekitar 2 tahunan, dan yang berada dipangkuannya mungkin baru enam atau tujuh bulanan.
Sang Ibu sedang menggelitik perut anaknya yang bungsu, si sulung dan bungsu ikut tertawa geli.
Aku berjongkok, menemui mereka yang duduk di trotoar. Kuberikan niatku, dan kulihat wajah sang ibu yang malu-malu. Aku sempat memberi canda pada si kecil, yang terlihat sangat dekil namun sehat. Namun hanya sekejab, aku segera kembali membonceng suamiku keburu air mata haru yang menetes terlihat oleh mereka.

Malam itu, uang yang ada di genggaman mereka lebih besar dibanding yang ada di dompetku, berharap setidaknya malam itu mereka merasakan kelapangan yang selalu kurasakan setiap malam, dan berharap kebahagiaan bermain dengan para buah hati segera menghampiri malam-malamku.

Malam itu lagi-lagi Allah menunjukkan kemahaanNya padaku. Ya, Maha Berkehendak atas segala sesuatu. Maha Adil, Maha Kuasa dan Maha Memilki. Malam itu seorang ibu pemulung dengan kedua putranya memberiku ilmu, jauh lebih berharga dari apapun...


Wallahu'alam...semoga bermanfaat

Rabu, Oktober 23, 2013

Hidup : Orientasi atau Kebutuhan

Beberapa hari lalu sempet berdiskusi santai sama mbakyu, setelah sekian tahun gak pernah. Beraawal dari bahasan tv yang membuat anaknya betah menonton film-film ga jelas berjam-jam dan membuatnya bawel tiap hari. Eh, tiba2 nyambungnya ke fenomena pernikahan jarak jauh.

Saat ini mbakyuku juga termasuk salah satu yang mengalaminya. Suaminya ada di Manado, sedangkan dia dan anaknya di Jogja. Awalnya, sudah dua kali pindah2 tempat juga. Kalaupun sampai akhir tahun ini ga ada SK pindah, rencananya dia bakal nyusul sang suami, sama anaknya tentunya.

Menurutnya, pernikahan jarak jauh itu ga akan menghasilkan sakinah di dalamnya. Wah, seru nich, pikirku...secara pernah ngalami. Jadi malah makin pengen ngorek2 pendapat ibu muda lulusan psikologi di depanku kala itu.
Dalam kehidupan, ada dua hal yang mendasari pilihan untuk hidup terpisah atau bersatu dalam suatu keluarga. Yaiut Orientasi atau kebutuhan.

Seseorang yang memilih meninggalkan keluarganya demi mencari sesuap nasi, itu pilihan yang didasari kebutuhan. Tapi, ungkapan 'sesuap nasi' di sini adalah makna harafiahnya lho. Jadi, jika dia ga bekerja, bahkan sekedar makanpun tak dapat terpenuhi. Hal ini dicontohkannya pada TKI/ TKW yang terpaksa meninggalkan keluarganya untuk bekerja.

Dasar pemilihan kedua adalah orientasi. Nah, orientasi di sini pun masih terbagi menjadi dua, yaitu fitrah dan kemakmuran. Kira-kira begitu penjelasannya kemaren.
Yang banyak dipilih sekarang ini, orientasi kemakmuran. Bagi pandangan umum, definisi kemakmuran itu adalah kelapangan materi yang kasat mata. Rumah, kendaraan, brand ternama, dan tentu saja status pekerjaan, mungkin itu beberapa simbolnya. Bagi pemilik orientasi ini, maka walaupun harus bermil-mil jauhnya dari keluarga tidak masalah baginya, meskipun jika ia bersama keluargapun juga tak kekurangan, tapi mungkin memang tak selapang jika ia mengambil pekerjaan yang berakibat memisahkannya dengan keluarga (suami/ istri). Karna baginya ketakutan pada kesempitan jauh lebih membuatnya tertekan ketimbang jauh dari keluarga namun memiliki kelapangan materi.

Sebaliknya dengan seseorang yang memilih dasar fitrah dalam hidupnya. Misalnya seorang wanita, yang pada fitrahnya adalah pendamping suami dan seorang ibu, maka ketika seorang wanita dengan dasar ini diberi kesempatan untuk memiliki materi berlebih namun jauh, ia akan lebih memilih fitrah awalnya. (Hahaha...waktu si mbakyu ngomong ini makjleb...kayanya kerasa banget gitu..).

Nah, kedua dasar tersebut pun sebenarnya adalah hak masing2 dalam menyikapi hidup. Fitrah sendiri merupakan pilihan bagi orang2 yang mungkin memikirkan kedupan setelah kehidupan ini. (Aku manggut2 aja sambil senyum). Karna ketika dalam satu keluarga (red-suami istri) saling berjauhan, maka PASTI sakinah tak mampu hadir di dalamnya.

Bener juga, pikirku.Arti sakinah itu bahagia/ tentram. Coba siapa yang bahagia kala harus berpisah dengan pasangan/ buah hati dalam jarak sekian mil, walaupun apa yang ia kerjakan saat itu juga untuk mereka? Tapi memang tak dipungkiri kok, coba inget2 ayat ini:

الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ ۖ وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلًا ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui. 
(QS. Al-Baqarah: 268).


Ah, aku jadi ingat percakapanku dengan salah seorang temen, yang juga psikolog sebulan lalu kira-kira.
"Entah ya, Din...aku kok belum menemukan dimana sisi kenikmatan dengan hidup berjauhan seperti yang teman-temanku lalui. Aku sebagai ibu rumah tangga memang kerap kali bosan dan capek dengan pekerjaan ita itu saja dan kerewelan anak2. Tapi itu cuma beberapa menit lho, setelah itu lupa kok. Selalu saja ada yang kemudian membuatku bersykur dan bersemangat kembali menjalani ini. Dan sekalipun ga ada duit, aku kok ga pernah sedih ya... Yakin pasti hari ini makan. Selama hari ini masih mampu mendampingi suami dan mendidik anak-anak, itu sudah karunia besar yang wajib membuatku bersyukur. Kadang bukan ga pengen punya tanah lebih utk investasi, atau punya yang lain2 yang sifatnya duniawi. Tapi tak pikir-pikir, toh kita hidup sementara aja...ikhtiar saja selama nafas masih berhembus, tapi sebisa mungkin ga usah ninggalin fitrah apalagi ibadah."

Nah, itu dia...itu kalimat orang yang ilmu agamanya emang uda tinggi. Aku sendiri masih kadang diliputi kecemasan duaniawi.. Semoga kita masih terus mampu belajar dan terus berikhtiar. Soal kemuliaan dunia dan akherat itu biar Allah yang menilainya dari sikap dan usaha kita. Miskin itu belum tentu hina, kaya pun belum tentu mulia. Tapi pilihlah untuk menjadi kaya dan mulia. Kaya dan manfaat. Kaya dan bahagia akherat.

Wallahu'alam... ini sekedar share...semoga bermanfaat ^^

Lalu Pantaskah Aku Cemburu

Wahai yang Maha Mencipta,
masih sangat lekat diingatan..
kala Engkau kabulkan hajat kami akan buah cinta.
Dan di waktu yg berdekatan, Engkau karuniakan
kabar bahagia yg sama kpd wanita lainnya...
Dan kini, 
Diantara semua kelahiran, ternyata akulah yg Engkau pilih memiliki seorang 'wildan'..
Lalu pantaskah aku cemburu... ?
Dan diantara semua kelahiran...
ternyata akulah yg Engkau pilih untuk memiliki
buah hati yang pasti menempati firdaus..
buah hati yang pasti meringankan hisab..
buah hati yang pasti menunggui di pintu syurga..
Lalu pantaskah aku cemburu...?
Jika ternyata akulah yang terpilih
untuk tidak menerima amanah
yang mungkin belum mampu kujalankan sesuai perintahMu
Jika ternyata, akulah yang terpilih
mendapatkan kesempatan dariMu
untuk memiliki salah satu kunci syurga..
Lalu pantaskah aku cemburu?
Tidak!
Sedikitpun tak pantas aku cemburu
Karna tak ada yg menandingi Maha PengetahuanMu
Karna tak ada yg memiliki keluasan sayang melebihi Engkau
Karna Engkaulah yg Maha Bertanggungjawab atas janji



3bulan setelah melahirkan wildanku...
23102013

Senin, Oktober 21, 2013

Selamat Milad, Suamiku...

Posting telat untuk ngucapin selamat milad buat suami... Hehe, maap ya, abi. Berhubung miladnya pas liburan, makanya ga bisa langsung nulis, mending ngabisin waktu sama orangnya langsung.. ^^


Selamat milad, Suamiku...
Setahun sebelumnya, doa dan harapanku agar tahun ini masih dipertemukan.. Alhamdulillah Allah mengabulkan.
Setahun sebelumnya, doa dan harapanku agar tahun ini Allah mengkaruniakan permata hati bagi kita, Alhamdulillah itupun dikabulkan. Meski ya, kemudian Allah menagguhkannya kembali untuk menjadi peringan hisabNya kelak.
Dan yang pasti, setahun lalu doa terbaik agar engkau menjadi imam yang senantiasa haus menambah ilmu, menebalkan iman, dan membimbing visi keluarga kita, semoga tetap terjaga di tahun ini sampai selanjutnya.

Ini hampir tahun keempat membersamai usiamu. Perbedaan mencolok dari dua karakter berbeda yang kita miliki membuatku banyak belajar darimu, semoga sebaliknya. Kalau biasanya pasangan suami istri itu banyak kemiripan, kita memang menjalani sebaliknya selama ini. Tapi itulah yang paling membuatku bersyukur padaNya karna telah mempersatukan kita. Karena dengan perbedaan itulah kita dilengkapkan untuk membangun visi dunia dan akherat. Dari perbedaan itu pula, kelemahan masing-masing mampu terkuatkan oleh kekuatan yang lain.

Terus terang, mo ngasih kado apa bingung banget. Hehehe, yang ulang tahun ditanya pasti jawabnya sama dari tahun ke tahun, "Dikasih kado sayangnya aja yang lebih"... Nah, ini yang makin bingung. Meski ya, dalam tradisi kita, emang jarang sama yang namanya kado-mengado. Doa sudah menjadi kado terbaik untuk kita, terlebih perbaikan amaliyah dari pasangan juga selalu jadi kado terbaik..

Selamat milad, Suamiku...
Meski kali ini kita masih berdua, Allah bukan hanya menghadiahkan permata hati di dunia, namun juga di akherat. Peringan saat hisab, 'penggandeng' kala memasuki Jannah.
Semoga, hadiah Allah tahun ini makin membut keluarga kita 'kokoh' memperjuangkan visi masa depan akherat, serta kuat untuk meraih dunia dalam genggaman.
Usia memang bertambah, namun perjalanan hidup sesungguhnya telah berkurang. Semoga semakin berkurangnya umur ini, Allah karuniakan iman yang terus mengakar dalam hatimu, teladan dan panutan dalam tindakmu, kelapangan rizqi yang halal dan barakah, dan ilmu yang tak putus dalam fikirmu.

Dan tentunya:
  
 وَقَالَ إِنِّي ذَاهِبٌ إِلَىٰ رَبِّي سَيَهْدِينِ .رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ

Dan Ibrahim berkata: "Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku. Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh

Semoga ayat ini selalu menjadi pengingat dan pemotivasimu, hingga "Ishaq" hadir dalam kehidupan dunia akherat. Aamiin..

Senin, Oktober 14, 2013

Ied Adha "Pertama"

Sekian kali merasakan hari raya iedul adha, kupikir meyakan hari raya berjauhan dengan keluarga adalah ujian terberat yang pernah kujalani, namun sepertinya aku (lagi2) salah. 
Kini aku harus dihadapkan pada hari raya tanpa buah hati yang sebelumnya telah menjadi harapan indah. Inilah aku, manusia hina yang hanya memiliki kekuatan untuk berencana, karna masa depan adalah ghaib, dan Dia Yang Maha Menentukan yang berhak memutuskan.

Beberapa kali kejadian setaun lalu terbersit kembali. Bulan ini, di tahun sebelumnya, ketika mertua menunaikan ibadah haji, keyakinan bahwa setiap doa mereka akan diijabah Allah begitu terasa di hati. Harapan bahwa kali itu Allah pasti memberi keturunan untukku dan suami seolah benar2 terasa dekat. Dan benar saja, sepulang mertua beribadah haji, Allah menitipkan Mashka di rahimku. Ya, masih sangat jelas diingatan. Dan sejak itu, hingga ramadhan lalu, hidup terasa begitu indah, tanpa cela kesedihan yang berarti.
Harapan bahwa hari raya-hari raya setelahnya akan ada senyum bahagia dari sang  buah hati tergambar. Dan sekali lagi, masa depan adalah hal paling ghaib, kini ketika takbir hari raya menggema, ternyata tangisan buah hati belum memenuhi rumah ini.
Tapi, alhamdulillah, tahun ini aku masih diberi kesempatan untuk memohon masa depan yang bahagia, terutama masa depan akherat, saat dimana aku bertemu Mashka kembali, Insya Allah... ^_^
Sudah galaunya,hari ini disunahkan untuk bersuka cita. Dan semoga Allah melindungiku dari kesedihan selama hari raya ini, karna suka cita jauh lebih dianjurkan di hari-hari ini...Aamiin..

===========
Kembali pada makna hari raya ini, ketika Ibrahim.as menerima perintah Allah untuk menyembelih sang putra kesayangan, Ismail.as. Tak bisa kubayangkan betapa kala itu Ibrahim.as dilanda kegalauan yang amat sangat. Godaan dari syetanpun tak henti2nya mrerayu. Tapi bukanlah Ibrahim.as bila tak mampu melawan segala godaan dan rela hati mengorbankan sang buah hati demi ketaatan mutlaknya pada Illahi. Karna ketaatan itu pulalah Allah yang Maha Rahman mengganti Ismail.as -yang pisau tajam sudah begitu dekat dengan lehernya- dengan seekor domba. Tak bisa pula kubayangkan betapa bahagianya Ibrahim.as kala itu.

Sungguh sebuah titik tertinggi ketaatan seorang hamba pada Rabbnya. Itulah mengapa hari suci ini Allah berbangga pada manusia. Karna manusia memiliki nafsu tapi menahannya, dan memiliki ego namun melepaskannya. Inilah yang membuat manusia berbeda dan mampu menjadi makhluk paling mulia. Bahkan malaikatpun iri ada ketaatannya.

Namun, tak dipungkiri, manusiapun mampu menjadi makhluk paling hina. Sebagaimana dalam Al-Qur'an, bahwa sesungguhnya semua makhluk mendapat petunjuk. Namun sebagian dari mereka berpaling darinya, sehingga Allah pun memalingkan hatinya dari petunjuk itu. Semoga kita, di hari ini mendapat ampunan atas segala dosa yang melekat dalam tubuh dan jiwa kita, dan qurban kita menjadi bentuk ketaatan kita pada Rabb yang Maha Agung. Aamiin.

 Semoga bermanfaat...
Selamat berqurban..

SIAS (Senyum Ibu Anak-anak Surga)

Selamat puasa arofah dan wukuh bagi yang berhaji. Sayangnya, aku menjadi orang yang kurang beruntung karna tahun ini tidak melaksanakan keduanya. Usai menemani orang rumah sahur, aku cuma bisa nangis. Merasa merugi serugi-ruginya. Padahal doa diijabah, dosa diampuni dan dihapus, hajat dipenuhi, komunikasi tanpa hijab dengan Sang Maha Pemberi, tapi ga bisa ikutan *nangis lagi*
Ah, jadi menghibur diri bahwa tubuh ini pun milikNya, Dia pulalah yang berhak mengatur siklusnya.

Sudah cukup 'gelonya', yang seperti inipun kata suami kudu ikhlas, ndak condong ke kufur ni'mat, na'udzubillah.

Bahas rencana forum yang kemaren sempet dibahas diposting sebelumnya aja ya. 
Alhamdulillah, setelah banyak masukan dari beberapa temen dan pertimbangan dari beberapa kenalan yang kuanggap lebih arif, tercetuslah group ini 

Senyum Ibu Anak-anak Surga. Nama ini terlintas begitu saja siang kemaren. Daripada ide ini mentah dan cuma ngambang, pada akhirnya kuputuska untuk mengambil nama ini sekaligus membuat desain logonya. Kalaupun nanti ada yang punya nama lebih oke, bisa diganti ko. Jadi nama ini cuma buat 'pancingan' aja, biar rencana silaturahim ini ga mentah begitu saja.

Tujuan dari group ini pada dasarnya adalah 'menganyam' senyum bagi orang tua -terutama ibu- yang pernah kehilangan buah hatinya yang belum baligh. Baik itu dengan menjadi wadah sharing/ curhat, saling memotivasi, maupun sekedar menemani dan meyakinkan bahwa yang bersangkutan tak sendiri. 

Karena tidak dipungkiri bahwa kesedihan ini dapat membawa tekanan psikologis yang cukup berat. Sperti yang pernah kualami dan kuceritakan. Namun, karna sebelumnya Allah telah mempertemukanku dengan orang lain yang juga mengalami hal serupa, terus terang, takdir ini lebih mudah dihadapi. Lebih mudah bukan berarti mudah lho ya, karna saat inipun duka ini masih mengambang dan sewaktu-waktu bisa tumpah kala iman lemah.

Bismillahirochmannirohim...semoga grup ini kelak mampu memberi semangat dan harapan bagi anggotanya untuk tetap tegak menjalani hari-hari berikutnya dengan kesabaran. aamiin.



Kamis, Oktober 03, 2013

Pertimbangan Ide

Baru beberapa hari lalu aku sering posting tentang kabar duka para 'pejuang kecil' yang kudengar. Dan kali ini pun lagi. Ah, kalo saja bisa memilih, tentu kabar bahagia yang ingin selalu kutilis di blog ini.
 Kemarin, dari mbak Yulie, kudengar 3 berita duka pejuang kecil. Ya, tiga, dalam hari itu. Dan satu lagi dari seorang teman, yang awalnya kita janjian ke salon tapi dia sempat ragu karna tetangganya ada yang meninggal. Tanpa sengaja, aku tau bahwa tetangga temanku itu adalah kawan keponakanku yang masih kelas 7.

Dari keempatnya, tak ada yang kukenal, namun dari keempat berita itu pula hari itu aku mendapat pelajaran....seperti biasanya, kematian memang pelajaran terbesar. 
Aku mulai mengingat, sejak aku melahirkan Mashka, dan kemudian harus merawatnya dirumah sakit, hingga detik ini, berita duka para pejuang kecil sering terdengar di telinga, yang dulunya merupakan hal yang amat sangat langka bagiku. Mataku seperti baru saja terbuka, melihat begitu banyak orang tua yang kehilangan.

Keempat berita kemarin berasal dari provinsi yang sama denganku, Jogja. Bagaimana di Indonesia, di dunia? Betapa begitu banyak orang tua yang terpaksa harus menghadapi ujian ini....
Aku mungkin termasuk beruntung, karena menulis mampu memupus kedukaan yang kualami, aku juga beruntung memiliki keluarga, sahabat dan buku yang membuat  kesedihan ini tak mengerogoti jiwaku. Lalu bagaimana jika ibu itu orang yang tertutup? atau yang menyimpan kesedihannya sendiri dan terlarut dalam kedukaan?

Sejenak aku memiliki ide untuk membuat suatu forum komunikasi. Aneh memang, latar belakangku yang akuntansi memang tidak memiliki ilmu yang kompenten dalam hal ini. Namun paling tidak, aku adalah pihak yang memiliki pengalaman yang sama. Setidaknya aku memiliki kemampuan untuk berempati lebih pada kejadian serupa yang dialami orang lain.
Aku mencoba mengkomunikasikannya dengan teman 'seperjuangan', dan hasilnya mereka menyetujuinya. Aku juga mencoba bertanya kepada seorang sahabat yang memang memiliki ilmu psikologi. Dia mengiyakan. Forum ini bertujuan untuk tempat sharing dan memotivasi para orang tua yang kehilangan buah hati.

Berhubung ide ini seperti amanah tersendiri, beberapa orang yang kupercaya memiliki kemampuan dan pengalaman kumintai pendapat dan saran, takutnya ini cuma ide 'grusah grusuh' dan emosional.

Ditunggu ya...kalaupun nantinya benar2 ada forum ini, semoga benar2 menjadi manfaat, bagi anggotanya maupun masyarakat pada umumnya.

Silakan yang mau kasih saran boleh via pesan personal atau komentar di posting ini ya.

-Semoga bermanfaat :)

Selasa, Oktober 01, 2013

Meet the (2nd) Obgyn

Setelah awal bulan lalu sempet konsultasi ke obgyn (baca : posting "meet the obgyn"), beberapa hari lalu aku dan abi memutuskan untuk mencari 2nd opini ke obgyn lain, tapi di rumah sakit yang sama. 

Kali ini sebenernya niat utamanya adalah pemeriksaan organ genital yang memang sejak melahirkan belum kulakukan. Berhubung obgyn yang pertama itu laki2, walopun senior, tetep risih to yoo....
Nah, singkatnya, kami memang sudah lama mengetahui tentang obgyn kedua ini. Namun karna beberapa waktu sebelumnya ada temen yang cerita bahwa nich obgyn komunikatif banget dan 'ga kesusu' kalo konsultasi, maka kami pun memutuska untuk menemui obgyn perempuan ini.

Tadinya ga ada niat untuk konsultasi, cuma periksa tok, tapi karna saat masuk (saat itu jam stengah 10 malam), si obgyn sudah menyambut dg muka sangat ramah, maka sesi konsultasi ke spog berasa konsultasi ke psikiater. Lhoh ko bisa? Iya, stelah kami menceritakan tentang Mashka, dokter ini sepertinya menaruh simpati pada kami, terlihat dari gaya bicaranya. Atau mungkin karna sama2 perempuan ya, entahlah...yang jelas aku nyaman untuk berbagi.

Setelah pemeriksaan yang ternyata memang ada sedikit masalah, walopun ga menganggu dan beresiko, sesi konsul pun berlanjut.

O : "Saya tau banget pasti rasanya berat, terutama bagi ibunya ya.. Tapi mari diendapkan saja. Pikirkan hal positifnya, ini memang hasil dari seleksi alam. Jika anaknya memang bertahan, kemudian harus menjalani perawatan dalam jangka waktu yang panjang, itu pasti jadi beban tersendiri buat anda berdua selaku orang tuanya, terlebih pada anaknya. Dan lagi, perawatan luka kolostomi itu kan juga tidak mudah. 
Nah itu, anaknya Ibas, cucunya SBY kan juga mengalami hirsprung, ya walaupun selamat, perawatan jangka panjang harus terus dilakukan, sampai si anak tumbuh dewasa nanti. 
Sudah, pikirkan masa depan, jangan trauma ya....Malah biasanya kalo anak pertamanya terjadi hal2 yang tdk diinginkan, anak2 selanjutnya bisa sehat2. 
Memang, sampai saat ini penyebab hirsprung belum diketahui. Memang ada indikasi penyebab faktor lingkungan seperti pestisida, debu, makanan yang mengandung zat kimia, dan lain2, tapi kalopun demikian, itu hanya 1% kemungkinannya. Yang jelas, hisprung merupakan bawaan lahir. Sudah dari sononya kalo orang bilang.Saya paham sekali pasti berat, tapi harus berusaha tetap kuat.

Penjelasan panjang lebar ini dan nassehat2 itu diberikan dengan ramah oleh dokter ini. Yang lebih membuat kami lega, ternyata kami sudah bisa memulai program kehamilan selanjutnya.

Us: Jadi dok,kapan bisa program hamil lagi ya sebaiknya?
 O : Sekarang2 ini nich uda pas banget...3 bulan setelah melahirkan uda bs ko program lagi. Katanya sunah Nabi... (sambil nyengir). Yang penting harus tetap berpikir positif ya. Ga usah takut.
Us : Trus perlu periksa lab ga, dok?
O : Haiah, ga perlu. Tapi kalo mau gapapa. Ngabis2in duit. Itu tadi pasien saya ada yang periksa trus bawa hasil cekupnya ke saya. Hasilnya tak tunjukin ke dia, "Nich, hasilnya negatif semua to", nah kena 2,3juta. Hehe...Maksudnya bukan masalah uang, saya sich yakin uang bukan perkara penting, tapi untuk priksa2 lab gitu perlu alasan medis tersendiri. Kalo memang gapapa, cukup berpikiran positif saja.

Bliau juga memberi vitamin untuk kesuburan. Bahkan saat akan berpamitan beliau menyerahkan kartu namanya.

O: Ini kartu nama saya, kita kontak2an ya.. Semoga besok kesini lagi sudah hamil.
Aamiin...

Ahhh, ada yang melegakan meski ya, sebelumnya sempet konsul sama obgyn lain via email untuk checkup ke lab. Pada intinya memang pemlihan jiwa. Seperti pagi ini, aku uda whatsappan sama seorang sahabat yang senasib. Pada intinya, ibu satu ini masih sering keingetan sang buah hati. Apalagi saat nengok bayi, atau bahkan melihat anak kecil sekalipun. 

Tidak dipungkiri, kehilangan buah hati itu seperti kehilangan separuh nafas kehidupan. Dari cerita para 'senior' yang pernah bernasib sama, rata-rata ada yang frustasi dan harus terapi dengan psikiater. Kami beruntung masih bisa saling menguatkan. Berita bahagia kelahiran itu membahagiakan kami, jujur meski kami harus berjuang menahan tangis di dalam hati. Kami mungkin dianggap aneh karna masih mampu tertawa lepas dan bersenang-senang, tapi sungguh kami hanya tak ingin mendapati tatapan kasihan. Yang kami harap cuma doa...setulus2nya doa agar kebahagiaan itu enggan berlama-lama menyapa kami...

Selamat menyapa pagi dengan semangat ^^

Semoga bermanfaat..

Sabtu, September 28, 2013

Untitled

pagi ini, saat orang2 masih menikmati sejuknya udara
di tempat tidur mereka,
aku, untuk pertama kalinya
menemuimu, anakku...
Kali ini bukan dirahim, di rumahsakit,
atau di tempat tidur baru kita
Tapi di sebuah gundukan tanah
yang ragamu di dalamnya...

Serangkaian doa kupersiapkan
serangkaian kalimat kutata
Namun begitu sampai di dekatmu,
kerongkonganku seolah tercekat.
Sekuat tenaga kucegah air mataku keluar,
menepati janji pd abimu utk ttp kuat.

Otakku tak mampu mengingat kalimat
yg ingin kusampaikan pdmu
Hanya AlFatihah yg terus keluar dr mulutku
hanya itu.
Badanku kaku, air mataku akhirnya tumpah...
Ingin saja kugali gundukan tanah kecil didepanku
dan kubawa kau pulang bersamaku...
Ingin sekali kutampar diriku,
dan berharap tersadar dr mimpi selama ini...

Tapi tidak,
segera kuistighfarkan dalam hati..
dan kubayangkan senyum menghiasi wajah lucumu..
lalu kupikirkan tentang tempat indahmu di jannahNya..
Aku tak kehilanganmu, nak..
karna akupun dititipi..
Maka siapa lagi yg paling baik memeliharamu selain Pemilikmu?
Diri inipun kelak akan kembali padaNya..
dan bila saat itu tiba,
selalu kumohonkan kepadaNya kita berkumpul lagi
Di sebaik-baiknya tempat kembali...

Jumat, September 27, 2013

Maka Nikmat Tuhanmu manakah yang kamu Dustakan?

Bismillah...
Pagi ini jumat kesekian setelah kepergian Mashka yang masih sering mejadi episode dhuhaku terisak. Maka tak bisa dipungkiri kenapa Nabi Ya'qub as sampai buta lantaran kesedihannya sepeninggal Yusuf as. Dan satu-satunya cara membangkitkan semangatku kali ini masih sama, menyiapkan pesanan produk babymashka agar segera cair menjadi jalan sedekah. InsyaAllah.

Tapi pagi ini, lagi2 aku terpaku pada beberapa kisah dan foto. Dari buku LaTahzan pemberian seorang sahabat, salah satu tips untuk tidak larut dalam kesedihan dan kedukaan adalah dengan mengingat bahwa masa lalu tidak akan pernah kembali, semua adalah ketentuanNya dan mengingat bahwa semua orang di dunia ini telah memiliki kadar masing2 untuk menerima ujiannya.
Coba lihat gambar yang satu ini, kutemukan saat menjelajah dunia maya.


Aku terpaku sejenak menatap foto ini. Seperti ditampar dan diteriaki: "HEI, ujianmu itu belum seberapa, Din!!"
Semoga ini bukan hanya menjadi peringatan bagi saya terutama, namun juga siapapun yang sedang merasa terhadang musibah. Bagaimanapun, keterbatasan diri tak akan membatasi ketaatan seseorang, teerlebih kita yang masih dikaruniai kedua tangan untuk sempurna saat takbiratul ihram, dan kedua kaki yang masih mampu menopang kala rukuk dan sujud.
Maka Nikmat Tuhanmu manakah yang kamu Dustakan?

-Semoga bermanfaat-

Sabtu, September 21, 2013

Teruntuk Sahabatku, Ibu Seorang Prajurit Syurga

Kabar duka lagi-lagi menghampiriku. Siang kemarin, saat aku masih disibukkan dengan desain blog pesanan seorang teman. Kali ini dari seorang karib yang kutahu kini tinggal di pulau seberang. Seorang sahabat yang kutahu sedang menunggu kelahiran sang buah hati tercinta, setelah kehamilan yang merupakan hal 'ajaib' yang pernah terjadi dalam hidupnya....sepertiku.

Seketika badanku merinding, jariku melemas dan butuh beberapa waktu untuk bisa membalas kabar dari karib lain yang mengabarkan. "Allah....kenapa harus lagi?". Satu lagi seorang sahabat baik kehilangan buah hati setelah tujuh bulan dititipkan pada rahim ibunya. Bahkan ada saat kabar itu kudengar, sahabatku masih berhadapan dengan kondisi yang diinduksi untuk melahirkan buah hatinya... Aku membiarkan kabar itu terendap dulu, mendoakan sahabatku dalam sholat2ku setelahnya.

Esok paginya, baru aku mampu menyapanya lewat percakapan dalam pesan. Muhammad Fitrah, keponakanku dimakamkan pagi harinya, dan kini sang ibu sedang menjalani masa pemulihan di RS.

Lalu apa? Terbersit dalam benakku, apakah kami belum dipercaya untuk menjadi ibu? Kurasa ini bukan soal kepercayaan Tuhan pada kita. Ini soal 'paket ujian'. Coba tengok beberapa kasus yang sering kita lihat di televisi, betapa ada keluarga yang tak mampu tapi memiliki keturunan yang begitu banyak, hingga kemiskinan itu seperti terwarisi. Dan jika mereka bisa memilih, mungkin hanya satu aatau dua orang anak saja yang dititipkan. Jika kami paket ujian kami adalah perpisahan sementara dengan buah hati, maka paket ujian mereka adalah banyaknya anak dengan keterbatasan rejeki. Ini bukan soal kepercayaan, ini soal ujian, yang memang harus dihadapi bagi setiap hamba pilihanNya.

Teruntuk sahabatku,
Kuatlah, karna ini sementara
Sabarlah, seperti yang pernah kau sampaikan padaku
Muhammad Fitrah mungkin kini sedang bermain dengan Muhammad Mashka
Mereka hanya menunggu kita
Sebentar saja,
Sabar dan kembali ikhtiar,
karna ganti itu pasti dari Allah
Ini adalah kado, hanya bungkusnya saja bernama 'musibah'
Ini adalah jalan untuk menikmati manisnya buah ditengah duri
Doaku selalu untukmu, juga ibu2 para prajurit syurga lainnya. 
Agar lobang hati karna kedukaan dan kepedihan segera ditambal dengan keikhlasan dan keimanan


21.09.13
Dalam pelukan doa untuk para ibu pejuang

Jumat, September 20, 2013

Blogger: Jangan Asal Hapus Album di Web Picasa

Ini posting ga penting sebenernya. Tentang beberapa gambar yang mungkin hilang di pontingan blog ini. Cerita berawal dari kemaren pas mo bikin widget slide picture di Babymashka, bingung karna widget ga jalan2 dan hanya bisa via web picasa. Akhirnya emak gaptek ini masuklah ke picasa dan menemukan beberapa album. Tanpa mikir panjang, segera copy paste sana sini. Parahnya, ada foto2 jadul yang langsung kuputuskan untuk di DELETE! Ya, di spam dulu siy, tapi kemudian di DELETE. Permanen!

Tanpa ngerti fungsi picasa, besoknya pas buka blog, gambar ilang semua. Ini awalnya juga dikasih tau si abi yang siangnya menemukan blog tanpa template, tanpa gambar di postingan blog. Hiks, setelah itu baru ngeh kalo ternyata ini akibat dideletenya album di picasa. Dasar emak2 gaptek...

Akhirnya semalem nyoba ngedit postingan. Tapi cuma dari cerita Mashka ke depan. Yang dibelakang banyak bgt, jadi ya biarin aja dulu.Insya Allah kalo pas senggang diperbaiki deh. 

Nah kan, ini posting ga penting. Lain kali pahami dulu deh sebelum mutusin. Tapi yang namanya pengalaman memang guru yang paling mumpuni deh. Blogger gaptek yang lain dont try this at home yach... 

Semoga bermanfaat.

Selasa, September 17, 2013

My Design


Ini hasil desain, baik itu blog atau gambar dari request temen2, sekalian diiklanin di sini. Ini salah satu fasilitas dari jasa pembuatan desain blog (iseng2) yang mulai kujalankan, ga cuma dapet desain tapi juga promosi gratis. Yuk tengokin olshop dan personal blog keren2 ini :

1. TOKO ZULFIA


2. BABY MASHKA






3. WINA & TEGUH FAMILY

Senin, September 16, 2013

Mau Bikin Olshop Cantik via Blogger? Bisa Banget!

Assalamu'alaikum all..

Jadi jarang posting di sini, yak... Masih posting2 di BabyMashka, maklum...poto2 produk belum lengkap. Alhamdulillah, blog itu bisa memberi jalan tersendiri untuk menyalurkan kekangenan pada Mashka. Soalnya peran utama di blog itu adalah Mashka. Berharap dengan demikian, hasilnyapun bisa ia nikmati di sana.

Eniwe, blog  BabyMashka ternyata memberi inspirasi buat mbak Wina nich. Salah satu tantenya Mashka yang punya bisnis online juga. Nah, mbak Wina pengen dibikinin blog olshop juga. Keren-keren lhoooh jualannya. Dijamin deh pada kesengsem.

Bisnis online para new mom ini lagi digemari. Selain bisa bekerja, tapi anak2 juga keurus. Dan lagi, ga perlu bayar mahal untuk pasang website. Yach kalo mau pake domain yang berbayar bisa aja. Tapi berdasar pengalaman, domain berbayar ga selalu bagus, terutama kalo kita yang tinggal di negara yang kecepatan internetnya masih terbatas ini

Pengalaman banget inih, hiks, dulu pernah pake domain berbayar. Tapi karna tiap kali upload produk berat banget, jadi lama. Padahal waktu itu beli yang paket promo dengan desain sederhana banget. Tapi ga sreg dan ga bisa 'aku banget' tampilannya. So, akhirnya web itupun hilang ditelan bumi karna ga pernah diupdate. Lumayan ngerasa nyesel sich, scr uda bayar mahal. Nah, kalopun mo pake web berbayar, mending kalo usahanya udah berjalan lumayan lama dan fokus uda jelas. Karna ibu2 kaya kita gini kadang masih belum bisa fokus di bisnisnya *curcol banget*. Hihihi...

So...untuk mommy2 yang lagi belajar jualan, atau siapapun yang pengen ngeblog buat menyalurkan hasrat menulis dan kepengen blognya tampil sesuai selera, bisa banget. Jadi ceritanya posting kali ini skalian ngiklan. Berhubung ini bukan kerjaan profesional, biayanya pun ga mahal kok.

Blog itu ibarat buku note favorit kita. Jadi sampulnya musti cantik dan kita banget. Nah, ini yang bakalan saya tawarkan ya bu ibu, mbak2, mas2, siapapun yang ingin menyalurkan pikirannya dengan tulisan. Contohnya blog ini, sederhana banget, tapi ini aku banget. Templatenya juga ga ada yang nyamain. Atau coba cekidot blog ini:

BabyMashka
Toko Zulfia

Dua blog itu yang sekarang menjadi karya terbaru. Yang lain masih dalam proses.
Yuk, hidup hanya sementara, jejakan karyamu dalam tulisan. Agar kelak penerusmu bisa mengenalmu dengan baik dan mengambil manfaat darimu.


Semoga bermanfaat.

Kamis, September 12, 2013

Baby Mashka, Baby's Creative Handmade

Bismillahirochmannirokhim...

Hari ini aku mulai mencoba sesuatu yang baru. Tergelitik dengan permintaan temen beberapa waktu yang lalu mengenai boneka jari yang sempat kubuat untuk Mashka, kali ini aku mencoba untuk memasarkannya.
Selain karna pasar batik juga lesu di market online dan cenderung lebih dimunati di kalangan offline aka. ibu2 dosen dan ibu2 pkk, hobi ini juga bersentuhan dengan dunia anak-anak. Entah kenapa dari dulu selalu suka.

Kali ini mungkin ga cuma mau mengandalkan internet, tapi juga komunitas. Doakan ketelatenan ini ga pake jenuh ya...berhubung kerjaannya pake tangan dan harus kudu sabar banget...hehehe.. Cita2nya ini nanti pengen melibatkan adik2 disekitar rumah yang memang membutuhkan 'tambahan uang saku'. Berharap agar mereka lebih mandiri, apalagi kalo sampai bisa bikin mereka membiayai sekolahnya sendiri. (aamiin). Masih buanyak pe er yang harus dikerjakan tentang project ini. Semoga Allah memudahkan langkah dan lisan ini dalam mewujudkannya.

Yuk, sekali2 maen ke blog kita.
Pesanan kamu akan jadi sedekah juga, bukan cuma untuk mereka yang membantu mengerjakan produknya, tapi sebagian keuntungannya akan kami sedekahkan juga lho untuk janda tak mampu dan anak yatim.
Here we go!

Click me!




Selasa, September 10, 2013

Pelajaran Hari Ini : Kepastian Yang PASTI Dihadapi

Ini hanya opini dari orang bodoh yang cetek ilmu apalagi amal.

-----
Siang kemarin saat bersilaturahmi ke rumah seorang teman, tetiba kami dapat kabar duka dari ujung telepon temanku itu. Kabar disampaikan bapaknya dari ujung telepon itu tak hanya untuknya, tapi juga untukku. Ya, karena kami sebenarnya bertetangga sejak kecil, hanya kemudian temanku ini pindah setelah berkeluarga.

Kabar duka tentang 'simbah' (sebut saja begitu), yang setiap senin malam tak pernah absen mengaji di teras rumah, sejak jaman pengajian itu diadakan oleh Uti (Eyang putri), sampai kini diteruskan oleh Ibu, meski rumahnya yang paling jauh diantara jamaah lain. Simbah yang minggu lalu masih mendoakan agar kesehatanku segera pulih dan lekas diberi momongan lagi sambil berkaca-kaca. Simbah yang bahkan subuhnya sebelum meninggalkan dunia masih ke masjid dengan langkah terseoknya, seperti biasa. Simbah yang pagi hari masih mengiyakan ketika salah satu pegawai ibu 'ngutang' rokok dan bensin.

Tanpa ada tanda apapun, simbah hanya mengeluh sakit gigi yang amat sangat dan bahkan masih berniat turun dari ranjangnya. Masih mampu meminta tolong sang anak karna kesakitan. Dan kemudian melemas, hanya seperti tertidur. Nafasnya masih, denyutnya terasa, begitu ucap Ibu ketika saat itu langsung dipanggil sang anak sambil menangis. Tapi, ibu mengaku, saat itupun ibu juga ragu, apakah simbah masih 'disitu'. Sampai akhirnya beberapa menit, dan denyut benar2 tidak lagi terasa oleh sekelilingnya. Innalillahi wa innailaihi roji'un.. 

Tangis pecah, diantara keharuan dan kesedihan. Diantara keterkerkejutan orang2 yang ditinggalkan. Diantara kekagetan para ibu2 yang paginya masih bertemu sapa dan bersalam di masjid usai subuh. Bahkan aku dan temanku, yang ada sekitar dua kilometer, masih belum percaya. Kami mentaqilkannya, diantara kekaguman dan keharuan.

Terlalu mudah untuk bilang sabar pada keluarganya ketika hari ini berta'ziah, sebab akupun sadar, peristiwa kehilangan belahan jiwa meskipun -Insya Allah- khusnul khotimah (karna banyak omongan dari ta'ziah tentang kaebaikannya, bahkan ada yang mengatakan bahwa jalan yang biasa dilaluinya ketika hendak ke masjid tercium wewangian bunga), tetap saja kehilangan membuat lobang tersendiri di hati yang ditinggalkannya. Ya, sebab akupun belum lama mengalami, dan meski masih terasa hati tak seutuh sebelumnya, yakin bahwa usaha menambalnya dengan ikhlas, dan iman tak akan pernah menjadi sia-sia di mataNya. Meski , tetap saja, kehilangan tetaplah menyisakan kedukaan.

Ah, orang yang masih dangkal ilmu ini terkadang sok ya...Maaf, tapi tulisan ini selalu akan kutujukan kepada diri sendiri sebelum terbaca oleh kacamata lain.
Tidak ada cita-cita yang lebih tinggi di dunia ini selain khusnul khotimah. Beberapa kali berita duka selalu mengintari kita. Namun, berapa kali juga kita lupa. Mashka membuatku bercermin dan mengubah cita, mungkin karna dulu aku masih sering lupa bahwa  dunia ini benar2 tempat yang sementara. Semoga tak harus sepertiku, agar peringatanNya terdengar di telinga, dan teresap di hati. Menebalkan iman dan mengikis cinta dunia. 

Tinta pena telah mengering, lembaran-lembaran catatan ketentuan telah disimpan, setiap perkara telah diputuskan dan takdir telah ditetapkan. Maka,

Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami, melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami" (QS At Taubah :51)

Dan, ketetapanNya yang paling pasti:

Tiap-tiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati" (QS. Ali 'Imran : 185)

Ya, ketetapanNya yang paling pasti pada kita yang dapat kita duga hanya satu, yaitu kematian. Semoga saya, anda dan siapapun yang membaca, Allah golongkan dalam golongan Khusnul Khotimah. Aamiin ya Robb.

----
Sekali lagi ya, ini cuma tulisan orang bodoh yang masih dangkal ilmu apalagi amal. Semoga bermanfaat ^^

Jumat, September 06, 2013

Template Baru Pengurai Duka

Seharian ini, setelah ngurusin keperluan rumah tangga dan pengiriman batik tentunya, mulai menyibukkan diri dengan corel. Ya, terlena pada kesedihan kehilangan Mashka harus selalu dilawan.
Setelah posting terakhir dengan 'nyawa' optimisme, malemnya banyak yang menghubungi. Entah itu via bbm, whatsapp atau media chat yang lain. Menanyakan kabar. Beberapa dari mereka mengaku habis baca blog. Mungkin kemaren2 masih sungkan untuk menanyakan kabar karna takut kalo2 aku masih dirudung kedukaan yang dalam ya?

Maaf, bukannya sudh tidak lagi berduka, tapi akupun harus tau diri. Lusa malam bahkan tangisku masih menggugu di pelukan suami. Tapi rasanya terlalu egois untuk sering berduka. Aku harus optimis menatap masa depan. Bagi Mashka, menunggu orang tuanya tak akan lama, karna dari beberapa artikel dan buku yang pernah kubaca, perbandingan hidup dunia-akherat itu 1:365000. Klo kata orang tua, hidup di dunia ini cuma sebentar. Nah, ketemu linknya..ini dia salah satu artikelnya.

Ini hari Jumat, hari dimana Mashka pulang kembali ke sisi PemilikNya. Tapi hari ini aku tak ingin menangis. Dan ternyata hari ini perhatianku mampu teralihkan oleh si corel. Dan ini dia tampilan blog terbaru sekaligus domain terbaru. Karna yang kemaren agak belibet ngebacanya. Semoga bermanfaat ya. Kalo ada yang mau dibikinin logo atau desain blog boleh koq hubungi langsung via inbok, skalian iklan... Siapa tau. Kan tarifnya ga segede profesional, lha wong ilmunya juga ilmu otodidak. ^^

Kali inipun postingnya agak sedikit diubah. Di akhir posting akan selalu saya coba selipkan doa sederhana. Agar dengan membaca blog ini, secara langsung maupun tidak kita saling mendoakan.

Semoga saya dan siapapun pembaca blog ini selalu diberi keberkahan hidup baik dunia maupun akherat. Terimakasih telah menjadi bagian dari pembaca blog (ecek-ecek) ini.

Salam Jumat manfaat ^^

Jumat Pagi

Pagi ini kudengar isak kala membuka mata
Lengan kokohmu memeluk lenganku
Sejenak kulihat bahumu terguncang tertahan
Bantal kita basah, oleh air mata

Ah, Jumat pagi,
hari dimana buah hati kembali
menemui Pemiliknya yang Maha Hakiki
Dan kau, aku, kita hanya berusaha mengikhlaskan diri

Sahabatku yang selalu menguatkan,
kali ini aku tak akan ikut terisak
meski harus menahannya spenuh jiwa
Ini waktu kita untuk menukar peran
sebagai penguat dan pengingat

Lenganku tak sekokoh milikmu
tapi aku masih mampu memelukmu
bahuku tak sekuat milikmu
tapi aku akan jadi sandaranmu

Sahabatku yang selalu menyabarkan
Tenanglah, sang buah hati ada di istanaNya
dia juga tak'kan kesepian,
dia punya banyak teman bermain

Sahabat yang syurgaku ada di hatimu,
Aku mungkin ingin mengasuhnya,
seperti juga engkau,
tapi tenang saja,
bukankah kita semakin dekat setiap detiknya?
Bukankah kitapun akan pulang ke kampung akhirat?

Jangan cemas, sahabatku,
rinduku padanya pun menggelegah
Sabarlah
kelak kita akan mengasuhnya lagi
aku akan berlelah-lelah menyusui dan merawatnya
kita akan mengajarinya berjalan dan mengucap kata

Namun sebelum itu, sayang
mari kita berdiri tegak,
kuatkan langkah kita, memupuk modal dengan amal
menyegarkan semangat
menyambut adik-adiknya yang masih harus kita perjuangkan
hingga kelak engkau, aku, dan saudara2nya diijinkan
berkumpul dengannya di Jannah

Sahabatku, suamiku

Kuatlah, untukku dan untuk calon2 buah hatimu
masih banyak yang harus kita lalui
masih rendah amal dan ilmu kita
kuatlah untuk menjadi imam dunia akhirat kami.


Jumat 06.09.13
Untuk suamiku tercinta @fajar_it
Rencana Allah pasti yang terbaik untuk kita

Rabu, September 04, 2013

Meet the Obgyn

Sudah waktunya kontrol ke obgyn lagi seteah melahirkan Mashka. Well, dan semalem ga sia2 deh antri sampai jam setengah dua belas malem, akhirnya dapet jawaban optimis dari obgyn yang kabarnya memang komunikatif. Obgyn ini cukup komunikatif walaupun kayanya semalem uda kliatan banget dayanya tinggal 2 watt. Hehhe,soalnya uda 'kelap kelep' (bahasa abi) kalo dilihat dari matanya.

Seperti yang sudah kusiapkan sejak awal, kami harus dapat jawaban pasti dari obgyn daripada terus menerka2. Yap, kami ceritakan semuanya (secara singkat tentunya, keburu pagi siy). Dan tibalah aku menanyakan pertanyaan yang selama ini masih terus mengganjal.

"Dok, kira2 apa penyebab penyakit hirsprung yang diderita anak saya?"

"Tidak tau" datar banget nich dokter
"Ya, sampai sekarang tidak ada yang tau penyebab hirsprung itu sendiri"

"Lalu bagaimana dengan sepsisnya? Ada yang bilang bisa dari proses persalinannya, atau ketika sejak dalam kandungan?" kejarku

"Hmm...no. Kalo sepsis terjadi sejak dikandungan, tentu bayinya meninggal di kandungan kan?"
"Sepsis biasanya terjadi di luar, setelah dilahirkan"
Maksud dokter ini mungkin seperti yang aku baca. Bisa dari selang infus, ventilator, atau alat2 medik yang digunakan ketika di RS kurang steril.

"Kalo dari penjelasan dokter di RS (tiiittt), tempat anak kami di rawat, hal tersebut disebabkan karena ketidaksempurnaan pada saat pembentukan sel syaraf di trisemester pertama." suami mengimbuhi.

Nyengir. "Engga. Hirsprung ini tidak diketahui secara pasti penyebabnya. Toh itu masih diagnosis kan? Kalo di semester pertama, ah saya yakin, semua ibu akan berhati-hati ketika hamil. Lihat saja, banyak to ibu2 yang mungkin lebih ceroboh  bahkan yang di pinggir2 jalan itu ternyata bayinya ga kena hirsprung, justru sehat. Nah, jadi bukan karena itu." jawabnya. Tetap datar.

"Pada saat persalinan, istri saya ini durasinya lumayan lama dari pembukaan hingga kelahiran. Bahkan plasentanya juga pendek, 36cm saja. Gimana tuh dok?"

"Nah, nyatanya bisa lahir kan? Ya sudah. No problem" jawab si dokter dengan super santai.

"Begini analoginya, kita belanja di mirota dan dapet hadiah rumah. Why? Trus orang2 pada tanya, kenapa kok kita dapet hadiah rumah? No answer kan? Terus kalo kita belanja lagi, pasti ga kita dapet rumah lagi? No answer juga. Tapi pada intinya, kalo ga mau dapet hadiah ya JANGAN BELANJA. Dan gimana biar kita dapat rumah lagi? Just PRAY. Jadi apakah kehamilan ke depan bisa terjadi begini lagi, tentu bisa. Dan biar ga terjadi, ya itu tadi, JUST PRAY dan tentunya seperti biasa, didukung dengan pemberian nutrisi yang baik. Thats it."

"Lalu dok, ada saran apa untuk kami untuk selanjutnya?"

"Ga ada. Fun aja. Ikhlaskan saja. Enam bulan lagi bisa program. Kalo lancar, januari bisa hamil lagi."

Terus terang, ada kelegaan tersendiri. Rasa bersalah, kegelisahan, penasaran menguap. Bukan tidak percaya pada takdir, karena ini kuncinya. Tapi terjawab langsung dari profesionalnya makin memberi hawa optimisme kami kembali lagi. Terutama untuk kembali berikhtiar. Ini tentang takdir, ini tentang Qadha dan Qadhar. Bahwa sekuat apapun usaha yang telah kami lakukan untuk memberi yang terbaik, ternyata Allah lebih memilih Mashka untuk kembali kepadaNya. Ketakutan pada masa depan seperti terhempas, sepertinya kami baru saja melakukan healing trauma.

Tapi ga bagus semua kok. Dokter ini cukup teliti dan tegas.

"Kamu anemi ini. Pucat banget."

Baiklah, ya..aku menjelaskan bahwa memang Hb sebelum persalinan itu 9.9. Meski sudah berusaha dinaikkan dengan suplemen herbal dan daging (kadang kalo yang dagingnya), angkanya masih di 9.9.

"Untuk hamil, Hb kamu ga boleh rendah. Zat besi penting untuk janin, jadi jangan sampai rendah Hbnya. Saya akan beri suplemen. Dan usahakan cek darah bulan depan. Kalo sudah diberi suplemen masih rendah, hati2 kamu bisa talasemi." dataaarrrrr baget ngomongnya. Tapi kaya nampar rasanya. Suami yang ga tau apa itu talasemia malah ikut senyum. Plis deh abiii.

"Hmm..pucet banget", dokter itu seperti menguatkan diagnosisnya sambil nulis resep.

"Bukan karna ngantuk kali ya, dok?" tanyaku sekenanya.

"Yawes, karna ngantuk." Jawabnya sekenanya juga.

Lah,tapi bukankah dulu aku pernah di melakukan medical checkup untuk masuk PLN. Kalo Hb rendah pasti ga lulus ini. Lah, nyatanya sampe resign, soooo ini cuma anemi. Ngeyemyemi dewe (menenangkan diri sendiri).

So, saat ini yang jadi pe er-ku adalah menaikkan kadar hemoglobin. Harus mau makan daging dan sejenisnya. Dan darah inipun setiap cc-nya adalah milik Allah, maka kupasrahkan saja padaNya. Rejeki itu milikNya, pun hikmah yang selalu kupinta dari semua kejadian ini.

Ketika Mashka (sabar) kami belum cukup menurutNya, maka kali ini kami harus memulainya dari awal kembali. Doakan...doakan...siapapun yang membaca tulisan ini, semoga kami dan semua yang sedang mengikhtiarkan hajatnya diberi kelancaran dan segera diperkenankan olehNYA. Termasuk saya yang juga akan berdoa semoga apapun yang anda ikhtiarkan selalu diberikan yang terbaik.

Salam Sabar.... ^_^
Semoga manfaat.

Selasa, September 03, 2013

Ketika Cinta Ditunjukkan Lewat Ujian

Ragaku tetiba kaku, merinding dan kelu, saat membaca satu pesan yang tenyata dikirim semalam:

"Mbak, gendukq nututi mashka"

Datar, tanpa titik tanpa ekspresi. Namun sebuah gemetar jari kurasakan dalam ekspresi datar tulisannya.

Gendhuk adalah panggilan kesayangan Mbak Yulie pada putrinya (baca: posting sebelumnya) . Tepat dua bulan hari ini Gendhuk masuk RS. Usianya dua bulan lebih satu hari. Terpaut 20 hari dengan Mashka. Dari mbak Yulie juga aku tau kalau Reni juga kehilangan putranya sabtu lalu. Putra Reni juga salah satu sahabat Mashka di NICU. 

"Allah, mengapa kematian terus mengintariku?"

Beberapa waktu lalu, salah seorang sahabat yang kukenal di seminar prenatal bersilaturahim ke rumah. Mba Titi. Kami memang mulai akrab karna dia yang mengajakku ikut yoga, bahkan kami sempat menjadi patner komunikasi dengan janin kala itu. Jadi, meski tak sempat bertemu Mashka, mba Titi  sempat merasakan gerakan Mashka dalam perutku.

Bersama dengan suami, mba Titi menghadiahkan tiga buku yang lagi2 membuat saya lebih 'melek' atas hikmah yang ingin Allah sampaikan lewat Mashka. La Tahzan, My Life as  Writer, dan Happiness Inside. (Hihihi, mkasih banget ya, mba Titi). La Tahzan, meski bukunya sudah kukenal lama, dan suka baca, buku tebal ini dulunya bukan tipe bacaanku. Tapi ternyata, buku ini yang kemudian membuatku seperti sedang dihadapkan pada nasihat seorang ulama yang begitu mengena.

Membaca bab demi bab buku ini menyadarkanku dan terus menguatkan hatiku. Buku ini seperti angin segar bagi orang2 yang hidupnya terasa sempit, sesak dan lumpuh. Buku ini bagai tisu penyeka air mata. Ehh, salah fokus, kok malah ngomongin bukunya.

Ada satu kalimat yang saya ingat ketika kesedihan dan kedukaan kembali menyapa,

"Barang siapa yang oleh Allah dikehendaki menjadi baik maka ia akan diuji oleh-Nya" (Al-Hadits)

Dan ada kalimat lain yang akan selalu menjadi jawaban saya ketika pertanyaan dari dalam diri maupun orang lain menghakimi,

"Allah telah menakdirkan, dan apa yang Dia kehendaki akan Dia lakukan." (Al-Hadits)


Bukan karena hirsprung, sepsis, premature, cardiovascular, hidrysepalus, atau apapun setiap nyawa diambil. Tapi karena TAKDIR. Dan takdir itu juga berlaku pada yang ditinggalkannya, yaitu UJIAN. Hidup tak selamanya indah. Bukankah keindahan kekal itu hanya di sisi-Nya? Hidup juga tak selamanya susah. Bukankah kesusahan kekal juga hanya ada di nerakaNya?

Dari Mashka saya belajar banyak dan semakin banyak. Dari Mashka aku dikenalkan dengan orang2 hebat penerima amanah ujian dariNya. Dari Mashka Allah kirimkan perhatianNya. Dan lewat Mashka, Gendhuk, Reni's, dan anak2 syurga lainnya Allah tunjukkan cinta-Nya pada saya, mba Yulie, Reni, dan orang tua lain yang anaknya harus berpulang 'lebih cepat'.

"Terimakasih, le..."

Rabu, Agustus 28, 2013

Kadar Kesabaran

Bohong jika aku bilang sudah diuji dengan begitu berat. Kisah2 Mesir yang kubaca kemarin malam membuatku tersadar bahwa ujianku kehilangan seorang putra masih belum apa2 dibanding mereka yang kehilangan suami, anak, adik dan keluarganya yang lain karena kekejaman junta militer. Dan setelahnya mereka masih harus terus menghadapi teror. Belum lagi kisah Syuriah, Palestina, dan berbagai area konflik lainnya.

Seorang ayah yang kehilangan putrinya dan seorang kakak yang kehilangan adiknya yang cantik karena tembakan snipper di dadanya. Seorang wanita yang kehilangan pria, yang belum lama menjadi suaminya, yang tertembak di dagu hingga menembus lehernya. Betapa mereka kuat.

Sehari lalu seorang tetangga ke sini. Kami mengobrol banyak. Salah satunya tentang Mashka.
"Ah, din sempat terpikir ga jadi olehku pas syawalan itu datang kemari untuk ngepasin bajumu." beberapa waktu lalu aku memang memesan baju darinya.

"Tapi begitu ketemu, malah aku yang heran kamu masih bisa tertawa. Sampai aku sempat ngomong sama suami, kalau saja aku yang kehilangan, mungkin aku uda gendong2 guling kemana2 karna stres. Kamu dipilih karna kamu yang kuat menjalani ini." ungkapnya yang membuatku menerawang sejenak.

"Ah, kalau saja kamu tau bahwa akupun masih terus berjuang agar selalu kuat, rin..."

Lalu meluncurlah ceritaku tentang rumah sakit dimana Mashka pernah dirawat. Dimana aku bertemu dengan ibu2 yang begitu tegar dan sabar. Pada awalnya, tentu aku tak bisa berhenti menangis, meratap dan meratap. Tapi sekarang aku tau, sebelum semua ini, Allah melatih dengan pertemukanku dengan mereka agar aku mampu kuat dan memahami makna.

Pada hari pertama Mashka dirawat, saat mataku masih bengkak dan sembab setelah menangis dari pagi, sorenya aku bergabung dengan ibu2 lain di ruang memeras ASI. Karena ASI ku yang belum banyak keluar dan belum mengerti tekniknya juga, hampir 2 jam aku diruangan itu. Dan selama itu pula berganti2 teman yang datang dan pergi.
Salah seorang memberi tahu tentang jaminan yang seharusnya kami urus. Bahkan dia memberi kami contoh data2 yang harus kami persiapkan.
"Kita ga tau mbak kapan anak kita di sini, jadi lebih baik pergunakan apa yang bisa meringankan" Ah, terimakasih mba Yulie...dari situ aku berkenalan dengannya.

Saat melihat mataku, seolah sudah terbaca bahwa aku baru di situ. Keingiintahuanku menggelitik untuk bertanya, walopun belum ada yang kukenal di ruangan itu.
"Ibu2, maaf ya...kok ibu2 di sini begitu kuat dan sabar?" tanyaku.

Seorang ibu tertawa, aku makin penasaran.

"Hoalah mbak, kalo di sini kita stres, gimana anak kita yang di dalem sana", ungkapnya.

"Bener, mbak. Anak kita kan sedang berjuang mempertahankan hidupnya. Untuk siapa? Ya untuk kita, untuk ketemu sama kita orang tuanya. Kalo kita nangis, kasihan mereka. Kita harus kuat mbak." jawab ibu yang lain

"Kita harus semangat, mbak. Biar anak kita merasakan semangat kita dan diapun makin semangat berjuang." celetuk yang lain

"Tuhan ga akan mungkin ngasih kita ujian kalau kita ga mampu menanggungnya, mbak...Sabar...sabar itu kunci pokoknya."

"Jangan sekali-sekali nangis di depan anaknya ya, mbak. Kalo mo dibilang, ga ada seorangpun yang mau di sini seperti kita. Kita juga ga minta akan seperti ini. Tapi kita harus sabar. Kita yang terpilih menjalani ini, berarti kita lebih kuat dari ibu2 yang lain yang anaknya sehat. Sabar ya mbak, di sini kita ikhtiar" yang lain menasehati.

Hati ini mendadak seperti dibangunkan benteng kokoh dan diam2 berbisik dalam hati, "Ya, saya harus kuat demi Mashka yang sedang berjuang".

Yach, meskipun kami tau, apapun bisa terjadi di ruangan itu. APAPUN. Keajaiban atau kehilangan. Semua menyadari itu. Tapi demi hormon oksitosin yang merangsang air susu kami keluar, kami harus bahagia. Demi buah hati kami yang meski menderita tapi terus berjuang untuk bersua dengan kami para orang tuanya.

Saat kami harus berhadapan dengan mereka, ibu2 yang baru saja kehilangan buah hatinya, kami tau dan sadar bahwa bukan tak mungkin kami pun akan berada pada posisinya. Kemudian kami akan saling mendoakan. Begitupun denganku, saat ternyata aku harus berada pada posisi itu. Sepenuh hati akupun berdoa agar mereka yang masih tegar menunggui anaknya tetap diberi kekuatan, kesabaran dan yang terbaik. Kala itupun mereka akan bergantian memeluk, bahkan beberapa sampai menyusul di ruang jenazah untuk mengantar Mashka dan menguatkanku seperti saat aku pertama kali di sana. 

Pembicaraan kematian bukan hal yang baru. Kami tau, kami harus berdamai dengan cobaan ini. Oksigen, ventilator, selang irigasi, selang residu, bukan lagi jadi pembicaraan yang asing, apalagi infus. Terimakasih Allah, pernah mempertemukanku dengan mereka. Dari merekalah aku belajar untuk tetap tegar. Allah melatihku, sebelum aku harus berpisah dengan jagoanku. Dia Yang Maha Mengetahui pasti telah memperhitungkan segalanya. SEMUANYA, tanpa cela. Mungkin jika aku tidak diperkenalkan dengan ibu2 ini, aku tak kuat menjalani ini semua. Betapa Dia telah mengatur semuanya begitu detil.

Kemarin (dengan mengerahkan segala kekuatan hati), aku dan suami pergi ke RS dimana Mashka dirawat. Niat awalnya jenguk salah seorang guruku yang dirawat karena stroke. Namun setelahnya, kita memutuskan untuk bersilaturahim kepada orang-tua2 temen Mashka. Begitu sampai di lantai yang dituju, terlihatlah tikar2 karet/ plastik sudah digelar. Ya, sudah bada magrib, emperan ruang tunggu sudah disulap jadi tempat tidur para orang tua yang menunggui buah hati mereka. Tidak seramai saat aku masih di sana. Dalam hati aku bersyukur, semoga yang tidak lagi aku temui adalah mereka yang sudah bisa kembali ke rumah dengan sukacita.

Ada mbak Yulie, kenalan pertamaku di sana. Kami bersahabat layaknya anak kami yang memiliki nasib serupa. Hanya saja Mashka bertahan selama satu minggu, dan Gendhuk (panggilan utk anak mba Yulie) terus berjuang selama hampir dua bulan. Ibu yang luar biasa sabar ini menceritakan perkembangan anaknya. Masuk ke ruang isolasi karena adanya kuman baru, saturasi udara yang naik turun sampai biru, dan tentang dokter yang ketus dan tidak peduli. Dan apakah sahabatku ini menceritakannya dengan menangis? TIDAK! Bahkan dia tersenyum, juga suaminya. Meski aku dan suami tau betul, sisa kepanikan dan kelelahan tergambar jelas di wajah mereka.

Ingatanku tiba2 menangkap Mashka ketika biru. Sambil berusaha tetap tenang berusaha memancing refleknya. Ya, menahan kepanikan ketika anak kita mungkin telah ditunggu sang Izroil, itulah tugas kami. Dan hal itu juga yang mbak Yulie dan ibu lain lakukan demi terus kuat berada di samping buah hati tercintanya.

Cerita lainnya mengalir. Beberapa kasus prematur sudah pulang. Beberapa yang sudah menjalani operasi juga sudah pulang, walaupun ada operasi lanjutan ketika sang bayi sudah memiliki berat cukup. Beberapa ada yang menyusul Mashka. Ada yang sudah pulang, namun ketika kontrol harus masuk lagi karena kondisi yang masih butuh perawatan. Bahkan ada yang pulang paksa. Prosedur ini digunakan untuk keluarga yang sudah 'menolak' tindakan medis lanjutan dan membawa pasien pulang. Tak henti2nya saya menyebut Allah dalam hati.

"Jangan nangis, din. Kamu di sini untuk menguatkan, bukan menangis dan kembali meratap", tak henti2nya ucapan itu terlontar dalam hati.

Pelukan dan genggaman erat sambil diam2 berdoa saya berikan  pada mba Yulie dan mba reni yang kebetulan cuma mereka yang sempat saya temui. Yang lain, mungkin masih menunggu di dalam. Sepenuh hati saya berdoa semoga Allah berikan yang terbaik bagi sang buah hati dan orang tua mereka yang begitu sabar.

Allah menguji kita sesuai pada kadarnya. Dan ketika ujian itu mampu dilalui, itu berarti kita telah melompati satu tangga menuju tingkatan atasanya. La Tahzan...karena Allah bersama saya dan siapapun anda yang sedang menghadapi ujianNya. Dia hanya sedang mengungkapkan betapa cinta dan perhatianNya begitu besar pada kita. Maha Mengetahui Allah yang mengetahui kekuatan kita untuk menghadapi ujianNya. La Tahzan...

Dan Allah Maha Menepati Janji, maka ketika saya kembali merindukan Mashka, inilah yang saya ucapkan, doa yang sama ketika Ummu Salamah kehilangan Abu Salamah di medan jihad dan Allah mengganti Rasulullah menjadi suaminya.

“Inna lillahi wa inna ilaihi rooji’un. Allahumma’jurnii fii mushibatii wa akhlif lii khoiron minhaa [Segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali pada-Nya. Ya Allah, berilah ganjaran terhadap musibah yang menimpaku dan berilah ganti dengan yang lebih baik]”,



Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan? Semoga saya, dan anda bisa mengambil hikmah dari apa yang menimpa orang2 di sekitar kita.