Setelah malam ini kita mempelajari tentang “Learning How to Learn” maka kali ini kita akan praktek membuat *Design Pembelajaran* ala kita.
Kami tidak akan memandu banyak, mulailah mempraktekkan "learning how to learn" dalam membuat NHW #5.
Munculkan rasa ingin tahu bunda semua tentang apa itu design pembelajaran.
Bukan hasil sempurna yg kami harapkan, melainkan "proses" anda dalam mengerjakan NHW #5 ini yg perlu anda share kan ke teman-teman yg lain.
Selamat Berpikir, dan selamat menemukan hal baru dari proses belajar anda di NHW #5 ini.
Salam Ibu Profesional,
/Tim Matrikulasi IIP/
------------------------------------------
Saya termasuk yg telat mengumpulkan nhw#5 ini. Duh malu deh rasanya. Ngakunya pengen belajar parenting lebih dan lebih, eh nyatanya belum mampu maksimal. Baiklah, di sela2 hari keluarga di kantor suami #dohcurcolbanget
Bicara soal desain pembelajaran, di kepala saya yang terbayang langsung adalah cara yang paling menyenangkan untuk belajar.
Baik itu dari segi komunikasi, teknologi maupun praktiknya.
Dan benar saja, yang saya temukan dari hasil baca2 (Googling), ini yang muncul paling awal:
Desain pembelajaran adalah praktik penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik.
Sama seperti saat masih di bangku sekolah, desain pembelajaran tiap sekolah pasti berbeda, bahkan tiap gurunya.
Pun dalam persoalan pembelajaran bagi anak2, tentu orang tua sebagai pendidik utama harus memetakan kondisi dan potensi anak dalam belajar.
Dalam hal ini saya lebih setuju dengan definisi yang lain:
A Learning Design describes the educational process, not just courseware but the whole teaching/learning experience.
Bukan hanya sampai pada alat namun alat namun juga pengalaman dalam belajar, kalo menurut saya sih bahasa kerennya semacam pengamatan dari keseharian.
Dengan dipandu dengan alat (buku, elektronik) dengan tepat, pengalaman praktis dalam berbagai bidang ilmu, dapat membantu pengajar dalam menentukan potensi dan passion murid, di sini adalah anak.
Setelah menemukan potensi dan passion, pengajar tentu dapat mengerucutkan desain pembelajaran sesuai passion dan potensi.
Jadi kesimpulannya, desain belajar yang baik membutuhkan alat bantu, komunikasi dan talent maping yang baik pula.