Kamis, Mei 30, 2013

Sunnah Nabi dan Kebiasaan Sahabat Menyambut Kelahiran Anak (Revisi dan Opini)

Berhubung post tentang Sunnah Nabi dan Kebiasaan Sahabat Menyambut Kelahiran Anak jadi artikel yang hampir setiap hari dibuka oleh pengunjung blog, rasanya ada yang perlu saya tambahkan untuk post yang takutnya nanti malah jadi dosa kalo apa yang saya tulis ga bener.

Jadi begini, post itu berangkat dari kultwit following saya di twitter. Karna hal tersebut termasuk baru bagi saya, saya mencoba mensharenya. Sebenernya sich biar jadi pengingat saya kalo punya anak nantinya, gitu pikir saya.

Nah, syukur alhamdulillah, saya benar2 akan segera melahirkan insyaAllah 1,5bulan lagi. Saya jadi inget dengan posting saya tersebut dan membacanya kembali. Nah, setelah krocek sana sini ternyata ada beberapa pro dan kontra terhadap sunnah ini. Adapula penjelasan yang agak berbeda dari takaran penimbangannya. Ini dia revisi2 yang saya dapatkan:

1. DIUKUR BERDASAR PERAK
    Pada posting saya, ukuran penimbangan rambut bayi berdasar ukuran emas pada saat itu. Tapi di beberapa artikel, dan saya pernah melihat tayangan di mozaik islam transtv, menyatakan kalo timbangannya berdasarkan perak.

2. RIWAYAT YANG TIDAK SHAHIH
    Ada artikel yang menjelaskan bahwa riwayat sunah ini tidak shahih. Monggo dipelajari :
Mencukur Rambut Bayi Dan Menyedekahkannya Dengan Perak


Nah, berhubung ilmu yang saya miliki cetek banget, saya sendiri ga tahu seberapa shahihnya hadist ini. Karna ya, sebelumnya toh dikeluarga saya ga melakukan sunah ini. Jadi saya dan suami memutuskan begini: Toh ini sunah, kalo dilakukan ada pahala, klo enggapun gapapa. Dan kalopun ga shahih, niatkan sedekah pun ga ada ruginya malah berpahala.
Terimakasih. Semoga bermanfaat ^^

 

Senin, Mei 20, 2013

Let's make some Creativities, son..

Iseng2 buka kembali web handmade kesayangan dan menelusuri kategori babies. Ga tau kenapa web satu ini selalu bikin saya takjub dengan kreasi2 mereka di luar sana yang lucu2, dan jadi mahal tentunya.

CLING!!

TIba2 saya punya keinginan untuk membuat beberapa barang sederhana dengan meniru beberapa sample babies mobile di web tersebut. And here we go, ini dia hasil dari keisengan kami (saya dan calon buah hati yang ikut nendang2 uminya lg ngerjain stuff ini) ^^

Referensi : Poto oke, pencahayaan oke, warna bahan lengkap
Hasil buatan sendiri : Potonya jelek banget cry cute cat




Referensi
Hasil buatan sendiri..(teteup, males ngambil kamera)




Referensi
Belon jadi. Kehabisan warna putih, krem pun jadi.. smile pink cat

Jumat, Mei 17, 2013

Gentle Birth Plan : "Ijinkan kami..."

Emosi seorang ibu hamil seperti ini emang ga stabil. Tapi se engga stabilnya emosi yang saya rasakan selama hamil, mungkin sore ini yang sangat berasa. Kasian suami kalo pulang kerja langsung dicurhati sambil mewek, saya pun langsung membuka blog setelah sebelumnya sempet mewek2 waktu sholat asar.

Belum ada sejam lalu ketika kakak saya, yang paling deket ke rumah, bareng dengan pulangnya ibu sedari kerja di toko seharian. Dia ini kakak kesayangan saya, kecuali kalo kami sudah berdebat tentang kehamilan dan kelahiran. PIkiran jadulnya susah banget di rubah. Sampai akhirnya tadi saya keceplosan bakal melahirkan 'di air'. Well, kalo saya bilang gentlebirth, mereka juga ga bakal ngerti apaan. Apalagi kalo saya bilang melahirkan tanpa rasa sakit dengan metode hypnobirthing....duh, pasti makin ga ngerti. Makanya saya bilang di air. Ibu saya langsung berkomentar:
"Lah nanti malah kluar darahnya, hii..." komennya sambil bergidik
Saya: "Lah, memang ada yang melahirkan tanpa keluar darah, buk?"
Ibu: " Nanti darahnya malah kecampur air, kemana2"
Ehhm, saya mo ngejelasin juga percuma...ya sudah, besok saya tunjukkan 'film'nya, kata saya.

Kakak saya tiba2 nyeletuk : "Halah, rasakno sesuk, naaaa..."
At that time, saya cuma cengar cengir dan biasa saja. Setelah kakak saya pamitan, entah kenapa seketika emosi saya berubah total. Kalimat celetukan kakak saya tadi seperti sebuah akumulasi dari celetukan serupa yang pernah datang darinya atau orang lain yang kemudian menjadi kalimat yang berulang kali menggema di pikiran saya. Saya seperti terpojokan dan sakit hati. Labay banget ini....maklum, hormon..

Yach, ternyata merencanakan kehamilan secara gentle ini bukan menguras energi dan emosi untuk meyakinkan diri, namun justru orang2 terdekat saya. Tadinya, saya dan suami berniat bakal berdua saja dan menjaga rencana persalinan nanti. Tapi, ibarat sebuah pernikahan, rasanya saya harus meminta restu kepada orang2 tua di sekitar kami. Bagaimanapun, keberhasilan dari segala rencana kami adalah atas ijin Allah, dan doa orang2 disekitar kami, terutama orang tua akan sangat mendukung keberhasilan tsb.

Kali ini mungkin saya mewek, ini yang harus saya perbaiki. Mental blocking ini harus lebih saya tebalkan. Pengetahuan tentang gentlebirth meskipun akan setengah2 mereka terima, harus saya salurkan. Semampu saya, sebisa saya. Ini memang kehamilan saya, persalinan saya dan kelahiran anak saya, sudah seharusnyalah memang saya memiliki hak menentukan yang terbaik bagi buah hati saya. Tapi, bagaimanapun juga, kelak iapun akan menjadi bagian tak terpisahkan dari kluarga ini, maka selayaknyalah ia mendapat doa dan dukungan dari semua anggotanya, bahkan ketika ia masih di dalam rahim sekalipun. 
Seperti kata seorang teman yang lagi hamil juga,"Terkadang mereka lupa, din, kalo kita sudah menaiki level baru menjadi orang tua. Selayaknyalah kita tau apa yang terbaik bagi anak2 kita". Well, kalo mereka lupa, mungkin perlu diingatkan. Bukan diam2, itu keputusan saya saat ini.
Gentlebirth adalah jalan terbaik yang saya dan suami pilih untuk buah hati kami, sekalipun menuju kesana ternyata bukan sekedar teknik kelahiran tapi mencakup berbagai aspek yang harus 'diluruskan', kami harus siap. Sekeras perjuangan kami memohon momongan, calon momongan kami ini akan kami jaga dan rawat sebaik-baiknya. 

Ijinkan kami....
memberi yang terbaik bagi buah hati kami...
membentuk generasi penerus yang lebih baik, insyaAllah...
memberi kedamaian kepada buah hati kami, sejak ia dilahirkan...
Ijinkan kami menjalani proses 'penyambutan' buah hati kami dengan normal, alami, lancar, dan tanpa intervensi medik yang tidak diperlukan melalui gentlebirth...



Rabu, Mei 15, 2013

Trisemester 3 : Sharing (lagi)

Jam setengah delapan pagi, bekas hujan subuh masih segar dan saya masih duduk di atas birthingball dengan kaki ngangkang sambil agak goyang2 ^^. Sambil mendengarkan alunan musik klasik for baby dan menunggu si akung uti slesein dhuha untuk sarapan bersama. Laper uda keganjel dengan roti panggang pagi2 sekali tadi nemenin suami sarapan. Aahhh...pagi yang damai, rasanya jadi pengen ngentri di blog.. #lho.. hihihi

Di trisem akhir ini kayanya saya bakal sering ngentri post deh. Selain mengeluarkan unek2 yang selalu 'nggrunjel' pengen dikeluarin, sebagai motivasi juga bahwa pada akhirnya ini yang akan jadi salah satu dokumentasi kehamilan dan kelahiran gentlebirth kami nantinya...aamiin..

Nesting Instinct
Begitu banyak istilah dalam kehamilan, dan ini salah satunya. Nesting instinct atau naluri bersarang biasanya dialamai ibu hamil ketika usia kandungannya memasuki trisemester ketiga. Naluri bersarang ini diwujudkan dengan getolnya sang ibu bersih2 rumah, merapikan tata letak, atau bahkan membuat suasana baru di rumah untuk menyambut kehadiran sang buah hatinya sebentar lagi. Well, ga cuma manusia, insting ini juga dialami oleh hewan. Burung kenari peliharaan akung yang bertelor sengaja akung beri serat2 kayu di kandangnya. Dari serat2 itulah dia membuat sarang di keranjang pojok yang memang telah disiapkan akung. Satu per satu, hari demi hari, sarang itu jadi sebuah sarang yang terlihat empuk dan hangat, bukan sekedar keranjang. Dan begitu telur2 kenari menetas, anak2 kenari pun ga kedinginan. ^^ Oh so cwiiit.... 
So, mungkin ini juga yang sedang saya alami. Beberapa hari ini keinginan untuk  bersih2 rumah dan menata ulang perabotan rumah begitu menggebu-gebu. Ahaaai, dan ini sangat tidak biasa...hehehe. Berhubung masih ngikut ortu, naluri ini memang ga bisa sepenuhnya terpenuhi, selain calon kamar kami bertiga, ruangan lain hanya sebatas saya bersihkan. Nah, untuk calon kamar kami (karna mo pindah kamar dari yang sekarang ditempati), saya mulai rempong. Walopun dipan belum kelar digarap oleh tukang kayu langganan keluarga kami, saya mulai rempong mikirin asesorisnya. Mulai dari mempersiapkan wallsticker lucu2 sampai menggambarkan detail kasarnya via corel. Saya juga memberi limit pada diri sendiri untuk kelar menata segalanya pertengahan juni nanti. Yach, setidaknya kepengennya nanti 2 minggu sebelum hpl uda tinggal konsen saja ke relaksasi dan penenangan diri demi meyambut buah hati dengan proses gentle.


Behavior while Pregnant

Seminggu lalu ktika ada ta'ziah tetangga, saya duduk diantara ibu2 muda dan tentunya dengan pengalaman melahirkan yang kemudian dibeberkan kepada saya. Termasuk di situ kakak ipar. Mulai dari ketidakpengetahuan mereka pada saat akan melahirkan anak pertama sehingga ketika akan berangkat ke rumah sakit dia terus2an saja  memegang area bawahnya seolah takut anaknya mbrojol di tengah jalan.Kantong kresek kali mbrojol, mbaaak ^^
Atau pengalaman kaka ipar saya yang merasa kepengen buang air kecil terus2an kemudian merasakan nyeri dan sudah bukaan 7 ketika sampai di klinik. Dan juga pengalaman makanan yang mereka konsumsi yang kemudian berimbas pada selera makan anak2nya ketika mereka beranjak besar. Tapi bukan itu yang menjadi perhatian saya, karna sudah mental blocking dulu, cerita2 yang mengandung mitos cenderung mampu saya filter untuk masuk ke otak. Saya justru tertarik ketika pembicaraan mengarah pada pola prilaku anak yang mereka hubungkan dengan pola prilaku mereka saat hamil.
Tetangga saya yang memiliki 2 putra mengaku kedua putranya memiliki tingkahlaku yang berbeda. Anak pertamanya cenderung santai dan lambat. Anak keduanya justru sebaliknya, aktif dan energik. Hal tersebut diakuinya krn dianya juga demikian ketika hamil. Kakak ipar saya juga mengakui hal yang sama. Anak pertamanya paling males kalo disuruh beberes rumah, bahkan sekedar diminta ibunya membantu mengangkat jemuran kering....yeeay, i know it well. Tapi dalam persoalan sekolah, dia memang akan mengerahkan segala effortnya. Tak jarang keponakan saya itu jatuh sakit ketika akan menghadapi ujian krn saking tegangnya. Kakak saya menuturkan bahwa ianya dulu saat hamil juga demikian. Sangat malas mengerjakan kerjaan rumah tangga.
Well, terlepas benar atau tidaknya hal2 yang diungkapkan oleh ibu2 senior itu, saya merasa ada benarnya juga. Terlepas hal tersebut sugesti atau bukan, bagi saya, kehamilan bukan saja sekedar suatu proses hidup wanita sewajarnya, tapi lebih dari itu, kehamilan merupakan proses pembelajaran menaiki level baru dalam kehidupan yaitu to be parent.

Sebelum hamil, beberapa kali saya mengungkapkan pada suami dan teman-teman (saat sesi curhat) saya bahwa meskipun keinginan hamil itu begitu besar, terbersit rasa takut yang sama pada ketidakpercayaan diri apakah saya mampu menjadi ibu yang baik. Saya sangat ingat betul. Saat itu suami selalu menenangkan bahwa hal itu akan berproses dan naluriah. 

Dan benar saja, ketika mulai memasuki masa kehamilan, pelahan mental kita sebagai calon ibupun mulai dilatih. Maha Besar Allah yang telah memberikan waktu 9bulan 10 hari kepada calon ibu untuk belajar siap menjadi ibu sepenuhnya. Dimulai dari tanggungjawab. Makan dan minum mungkin menjadi satu hal yang sepele ketika wanita tidak sedang hamil. Tapi coba tengok, wanita akan cenderung memperhitungkan pola makannya demi buah hati yang sedang berkembang di rahimnya. Yang pada awalnya sangat menjauhi sayur, bisa saja setiap hari mengkonsumsi sayur. Rasa tanggungjawab atas perkembangan sang buah hati dalam rahim pelahan tumbuh. 

Beberapa mitos juga mengungkapkan untuk jangan membenci sesuatu/ seseorang atau menyiksa hewan, nanti anaknya kenapa2. Bagi saya, itu juga sebagian dari pembelajaran tanggungjawab prilaku. Karena ketika hamil, pembelajaran untuk menjadi orang tua sesungguhnya itu tidak terputus dan melingkupi berbagai aspek. Membiasakan diri menjadi pribadi yang lebih baik yang kelak bisa menjadi contoh bagi anak2nya. Karena bagaimanapun, tidak akan berhasil strategi mengasuh seperti apapun ketika sang orang tua tidak memberi contoh. Dan tidak akan berhasil sang orang tua memberi contoh yang baik jika ianya juga tidak membiasakan diri pada hal baik tersebut.

Saya, tentu masih sangat harus belajar. Saya selalu diingatkan suami pada visi keluarga kami, yaitu meraih jannahNya, maka sebisa mungkin saya dan suami berusaha untuk menomorsatukan pembentukan generasi sholeh sholehah. Dengan kunci itu, insya Allah prilaku baik bagi urusan dunia pun akan mengikuti. Karna sesungguhnya akar dari segala prilaku itu sendiri adalah iman. Begitu katanya. Baiklah.
Maka saya mulai belajar, mencari tau kenapa anak tetangga saya selalu cenderung tenang dan anteng ketika diajak jamaah ke langgar oleh akungnya. Yach, saya ingat banget, dulu ibunya yang juga teman sejak kecil sangat rajin berjamaah, sekalipun sedang sakit. Saya mulai belajar, kenapa anak tetangga saya mudah sekali belajar Qur'an, saya tau karna pernah mengajarnya. Dibanding teman-temannya yang masih iqro', anak yang lahir tanpa ayah ini cenderung lebih cerdas. Ibunya sekalipun pernah 'melakukan kekhilafan', sepertinya terus memperbaiki diri. Mulai dari rajin jamaah sampai mengaji walaupun masih terbata. Subhanallah, sebetulnya Allahlah yang paling tau seberapa besar niatnya.
Begitu juga pada perilaku2 sebaliknya. Dan ya, saya merasa harus terus memperbaiki diri. Dan ternyata suami saya benar. Ini semua berjalan dengan  naluri sebagai calon ibu yang sangat mendambakan setiap kebaikan dirinya akan menjadi contoh bagi buah hatinya kelak.

Baiklah. Cukup sekian sharing2nya hari ini. Ini hanya sekedar uneg2 yang uda meletup-letup saja pgn dikeluarin pagi ini. Hehehe... Kalo ada salahnya mohon dikoreksi. Semoga manfaat ^^






Jumat, Mei 10, 2013

Trisemester 3 : Perkenalanku dengan Hipnobirthing

Sekali lagi, ini cuma wadah saya untuk sharing dan curcol pada intinya, jadi tulisan yang ada di sini kemungkinan mengandung 90% nilai subjektifitas yang tinggi.

Sempat berputus asa karna proses usaha yang kian hari tak membuahkan hasil, kehamilan adalah kado terindah bagi saya, suami dan keluarga besar kami. Cerita lengkapnya bisa baca To be Mom story dan To be Mom story 2. Hal itulah yang kemudian membuat saya sangat intens membaca seluk beluk kehamilan, karna lagi usaha, hingga melahirkan.

Memasuki masa kehamilan, saya cenderung lebih aktif lagi mencari info tentang apapun yang berhubungan dengan kehamilan hingga parenting. Terlalu lebay ya....tapi bagi saya, kehamilan adalah anugrah terbaik yang pernaah saya dapatkan, jadi saya sendiri berjanji pada diri saya akan melakukan dan memberi yang terbaik pada apapun yang saya alami pada masa ini. Kehamilan artinya Allah sedang mempercayai saya untuk menjadi seorang ibu.
Buku yang dibeli saat tau hamil
Sejak awal memasuki promil (program kehamilan), saya sudah mulai penasaran dengan gentlebirth. Rasa penasaran saya makin tak terbendung sejak testpack menunjukkan dua strips. Menyadari bahwa saya adalah pribadi yang panikan dan 'kemrungsung', metode rileksasi selama kehamilan jadi incaran pertama. "Pokoknya saya ga boleh panik dan grusah-grusuh, saya harus terus bisa positif thingking", itu tekad saya sejak awal.

Begitu tau hamil, hal pertama yang saya cari adalah buku plus CD relaksasi. Sadar bahwa melahirkan adalah proses seorang wanita yang merasakan sakit luar biasa, saya mencoba terus memutar hati dan pikiran diri untuk tidak menanamkan  sugesti tersebut di benak saya. Maka, sejak awal saya sudah melakukan teknik rileksasi hipnobirthing dan membaca tentang gentle birth yaitu persalinan tanpa rasa sakit.
Buku yang dibeli saat trisem ke2

Hasilnya cukup signifikan...saya mulai mampu mengendalikan kepanikan yang terjadi setiap saat. Keluhan masa hamil pun bisa dibilang cenderung dapat dihadapi. Menghadapi masa mual muntah dan segalanya dengan terus mencoba senyaman mungkin dengan tubuh.

Memasuki trisemester ketiga, saya mulai mengikuti prenatal yoga yang diajarkan langsung oleh Bidan Yesie dari Bidankita, praktisi gentlebirth. Menyenangkan karna di sana saya juga bisa bertemu dengan bumil2 yang juga mengharapkan kelahiran normal alami (gentle birth). Rasa-rasanya aura positif selalu terpancar kalo lagi kumpul dan melakukan yoga bareng. ^^

Pada esensinya, gentle birth dengan hipnobirthing itu sendiri bukan melahirkan tanpa rasa sakit, saya sadar itu. Melahirkan itu pasti sakit, itu sebabnya berabad-abad lamanya, melahirkan sering diidentikan dengan perjuangan antara hidup dan mati. Kalo ga sakit, maka seorang ibu yang gugur dalam perjuangan melahirkan tidak akan dimasukkan dalam golongan syahid.
Buku yg dibeli pas trisem 3 (telat yaaaa...)
Gentle birth pada hakikatnya adalah pemberdayaan seorang wanita, calon ibu dalam perjalanannya menghadapi proses kehamilan, melahirkan, bahkan saat menyusui sehingga anaknya dapat tumbuh menjadi pribadi yang cerdas, sehat, bukan hanya secara fisik namun juga spiritualnya.

Para praktisi gentlebirth meyakini bahwa kehamilan dan kelahiran bukan sekedar proses fisik seorang wanita mengeluarkan seorang anak dari tubuhnya, namun lebih dari itu, hal tesebut sebuah perjalanan spiritual yang memiliki nilai agung.
Tentu, di masyarakat kita hal tersebut masih sangat asing. Bukan hal yang mudah jika kemudian kita kemudian mencoba metode ini. Saya sendiri masih menutupi rencana kelahiran ini dari orang tua dan pihak2 yang berpotensi masih memegang konsep medik. Bukannya menolak tindakan medik, dalam gentle birth, tindakan medik tetap diperlukan sesuai dengan kebutuhan dan keperluannya. Dengan kata lain, klo memang benar2 terpaksa diambil tindakan medik, yach memang gapapa. Tapi pada praktiknya, tindakan medik sekarang ini cenderung jadi hal yang biasa dan enteng dilakukan bahkan kepada mereka dengan risiko melahirkan kecil.

Saya juga ga mau ngotot2an soal ini, yang jelas, perencanaan kelahiran dengan gentlebirth ini saya dan suami niatkan untuk memberi yang terbaik bagi buah hati kami. Saya sadar betul potensi stres pada diri saya cenderung besar. Hal tersebut tercermin pada perilaku saya sebelum mempelajari hipnobirthing. Grusah grusuh, panik, negatif thingking, traumatis, dan lainya. Setelah saya telusuri, ternyata saya memiliki sejarah kelahiran yang menyakitkan ibu saya. Beliau yang baru 17bulan melahirkan kakak saya harus berjuang kembali melahirkan saya. Tentu bukan hal yg mudah, terlebih jauh dari saudara. Setelah persalinan, beliau mungkin mengalami sedikit trauma dan babyblues dengan kehadiran saya, dimana kakak saya juga masih sangat membutuhkan banyak perhatian beliau. And soon, saya kemudian dibesarkan oleh kakaknya. Hal tersebut tentu berpengaruh pada saya, dimana saya kecil cenderung rewel, begitu kata ibu yang membesarkan saya. Dan saya masih mengingatnya. Im not a nice person anyway, jadi saya sadari betul bahwa saya harus melahirkan buah hati saya dengan penuh cinta. Untunglah, kini, semakin mendekati masa kelahiran saya tidak pernah merasa panik tentang rasa sakit yang akan saya hadapi. Bisa dibilang bahkan saya menantikannya. Setidaknya itu hasil yang saya pelajari selama ini. Percaya pada tubuh dan bayi dalam kandungan kita menjadi kunci kesuksesan hipnobirthing.

Minggu 31
Next post mungkin masih cerita seputar hipnobirthing , gentle birth hingga persalinan. Doakan semua lancar ya.... see ya :)







Kamis, Mei 09, 2013

Indahnya Trisemester Kedua

Nak, ini cerita umi saat kamu berusia 12 hingga 20minggu dalam kandungan umi.

Pada pemeriksaan pertama di usiamu yang memasuki trisemester kedua ini, bu dokter uda nanyain ke umi apa umi sudah bisa merasakan tendanganmu. Saat itu umi bingung, karna belum bisa dan biasa membedakan tendangan mungilmu dan gerakan usus di perut umi. Maaf ya, sayang... kan kamu masih kecil, jadi umi takut kege-er an, jangan2 kamu lagi diem tapi umi ngerasa ditendang, padahal laper... hehehe...

Setelah pemeriksaan itu, umi makin penasaran pengen ngerasain saat kamu bergerak di dalam perut umi. Kadang, kalo pas relaksasi, umi ketuk2 perut dan memintamu menendang. Tapi ga kerasa juga, mungkin karna perut umi yang lemaknya tebel kali ya, soalnya nafsu makan umi kan uda mulai kembali saat itu.

Namun, lama kelamaan, perkembanganmu juga cukup pesat, sayang... Mungkin kamu makin gede, dan umi mulai bisa merasakan tendangan2 kecilmu di perut umi... Hwaaaa....rasanya excited banget. Nah, makin sering deh umi ngajak kamu ngobrol tentang apapun yang terjadi setiap saat. Gapapa ya, sayang, resiko punya umi cerewet... hihihi...

Momen trisemester ini kata orang adalah momen kehamilan yang paling indah. Kalo di trisemester pertama, ibu hamil kerap di hadapkan pada penyesuaian tubuh terhadap calon buah hati, pada momen ini, tubuh sudah memasuki masa 'selesai beradaptasi' pada perubahannya.Yup, itu juga yang umi rasakan. Menyenangkan karna pada akhirnya umi tidak merasa bersalah saat setelah makan harus memuntahkannya kembali, atau susahnya tidur di malam hari karna masih belum terbiasa. Kali ini, umi makin nyaman beraktivitas, bahkan sudah kembali bekerja walaupun cuma sebentar2.

Nah, tapi saking enaknya ini, kadang umi jadi lupa terlalu terlena sama kerjaan, trus kcapean. Maaf ya, sayang.... kalo uda kaya gitu, kamu mulai protes dan perut umi terasa agak kenceng. Jadilah umi ngerasa bersalah. Sampe abi ikut2an capek demi bantuin kerjaan umi yang sampe sore belum kelar. Padahal abi juga baru pulang kerja.


Kamu tau sayang, kamu punya abi yang super duper deh pokoknya.... ^^. Apalagi setelah umi cerita kamu mulai bisa memberi respon, bukan cuma umi yang kegirangan, abi yang sejak awal sering ngajak kamu ngobrol, mulai makin intens memancing responmu. Sekalipun kadang kamu cuekin, abi tetep kekeuh lho ngajak kamu bercandaan.

Terimakasih terus makin sehat di dalam perut umi, sayang...

Jumat, Mei 03, 2013

GEJOLAK TRISEMESTER PERTAMA

Judulnya uda drama banget ya ? Hehe, habis judul ini uda kepikiran lama siy ya..jadi mo ganti judul lagi males mikir  XD

Kali ini saya hanya ingin berbagi cerita tentang pengalaman saya menjalani trisemester pertama. Penting siy engga, tapi semoga bisa diambil makna dan hikmahnya.

REJEKIMU, NAK...

Kalo uda baca postingan sebelumnya pasti ngerti banget kalo awal kehamilan saya ini diliputi dengan suka cita membahana tiada tara. Begitu ketauan via testpack tapi masih diragukan sm dokter pertama *sigh*, saya mendapatkan resep penguat kandungan (duphasthon) dan folavit. Dengan riwayat kehamilan yang cukup lama, dokter memang sering mengambil langkah ini sekalipun belum pernah mengetahui (atau lupa) pada kondisi rahim pasien. Istilahnya untuk 'ngawekani' aka menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Nah, masalahnya pas waktu itu ga tau kalo tuh obat harganya mahal, ibuk2. Krn rumah sakit deket, jadilah cuma bawa duit 200an ribu. Itu aja rencana buat jajan setelahnya. Krn berdasar pengalaman temen yang juga periksa ri klinik dan dokter yang sama, totalnya 100an aja. Baiklah, setelah mendapat pernyataan dokter pertama yang ga mengenakan (read: posting To be Mom story 1), melajulah kami ke kasir pembayaran. Dan totalnya 685rb..

DANG!!

He??? Saya diem, suami juga...Mahal kakaaaaakkkkk... *gigit meja kassa* engga juga ^^
Untunglah, kami terselamatkan dengan atm yang deket. Dan yang untungnya bawa atm juga...
Maka, mulailah saya berfikir menambahkan 1 post pengeluaran dalam rumah tangga kami, dan terpaksa mengrangi post2 yang dirasa ga penting *jiwa akunting*. Karna well, bulan selanjutnya pasti akan lebih, karna obatnya juga lbh banyak.
Pulang dr klinik kita berdua ketawa ketiwi sendiri...antara gondok dan ga nyangka. But, blessed for my hubby yang kemudian nyeletuk "Baru 6 minggu, subhanallah rejekimu, nak...Makasih ya, sayang." *sambil ngelus perut saya yang belum kliatan hamil sama sekali.

*krik*

Wakkkk...terimakasih Allah sdh menghadirkan 2 malaikat buat buat saya.. *diem-diem haru*


WELCOME TO THE 'SELO'WORLD

Selo berarti sepi, luang, ga ada kerjaan, dll. Maka dimulailah episode saya menjalani dunia yang 'selo' ini.
Sebelumnya, saya juga ga begitu banyak kegiatan, paling kalo pagi kerjaannya nganter suami dan wisata sarapan bareng, biasanya kalo pas jam 9an ada janji. Nunggu jam 9an, cari masjid terdekat dg tempat janjian dg patner, customer, atau mentor kerjaan. Dhuha dlu sambil baca2, klo uda ntar ketemuan dg yang bersangkutan. Biasanya bahas kerjaan, atau sekedar silaturahim dan belajar bisnis. Siangan biasanya lanjut cari bahan baku, ke toko2 kain, trus ke tempat si tacik langganan saya cari perlengkapan jahit menjahit, ke tukang jahit, and soon...sampe rumah kerjain kerjaan rumah. DONE.
Tapi sejak dinyatakan positif oleh suami, saya sama sekali ga boleh kluar rumah. Padahal waktu itu juga saya belum ngerasa morning sickness, cuma rada pegal aja di punggung bawah.
Alhasil, selama 2 minggu hidup 'selo' banget.
Tapi, terus terang saya menikmati... Walopun kemudian saya harus menolak beberapa order, saya pikir, gapapalah, apapun demi si buah hati, toh 2 minggu lagi ke dokter berbeda, pasti uda dibolehin kerja, pikir saya.

2 minggu berlalu, dan kami mendatangi dokter yang berbeda, di rumah sakit yang beda juga, jauh tapi kata sodara dokter ini recomended bgt, pro normal, pro IMD, pro asi, sabar, cewek lagi. Yach, dari pada harus loncat2 dokter demi menemukan kecocokan, saya langsung coba dokter ini. Dari pertemuan pertama itulah saya sudah mulai cocok dengannya. Benar saja, beliau cukup sabar dan ngerti. USG pertama hanya terlihat kantung bebi aja, tapi kata beliau ga usah khawatir, toh sebulan lagi sudah kliatan ko. Melalui rekap medis, beliau tau bahwa kami pernah menjalani usg transV di rumahsakit tsb dg dokter berbeda. Beliau langsung menanyakan sdh brp lama menanti buah hati (bukan usia pernikahan, krn itu tidak menjamin pasutri menanti buah hati meski telah lama menikah). Beliau sempat menanyakan juga apa saya pekerja dll. Begitu saya jawab sy ibu rumah tangga yang 'nyambi' wiraswasta, beliau langsung menyarankan untuk tidak dulu bepergian kecuali terpaksa, misalnya checkup.

NAH!!

*suami nyengir* (kayanya merasa dapet dukungan total tak terbantahkan)

Selain itu, beliau jg menyarankan untuk tidak melakukan hubungan suami istri selama JANGKA WAKTU YG BELUM DITENTUKAN. "Berhubung ini adalah hasil penantian yang cukup lama, kita antisipasi saja ya, bu...Mengurangi resiko2 yang tidak dikehendaki...'Puasa' dulu ya,pak?"kata bu dokter ramah.

*kali ini saya yang nyengir ke suami saya*

Awal mula berada di dunia yang 'selo' ini sungguh membosankan, sangat malah. Tapi berhubung saya mulai menyadari bahwa sekarang ini sudah ada yang bersemayam di rahim, mengeluhpun ditahan habis2an.Kadang kalo ga tahan, nyeplos juga sama suami... Suami akhirnya kasian juga dan sesekali ngajak kluar, sekedar nonton sesekali.

Tapi, saya menyadari bahwa menjalani waktu yang ga produktif sama sekali. Ditambah hormon mulai melonjak-lonjak dan gejala2 awal kehamilan mulai terasa, kondisi mood jadi sering drop. Maka mulailah saya mengisi kekosongan dengan 'belajar', selain mengerjakan pkerjaan rumah lebih sering tentunya.
Dari prosses belajar dengan buku dan internet itulah, hati saya tertancap pada satu tema: Hypnobirthing, yang kemudian membuat saya lebih tenang menghadapi masa ini.

DARI MORNING SICKNESS SAMPAI PISAH RANJANG

Tidak seperti kebanyakan wanita hamil, awalnya saya pikir saya tidak akan mengalami mual dan muntah seperti kebanyakan. Karna pada kenyataannya, pada minggu ke8, saya masih merasa normal2 saja. Makan apa saja masih ok, hanya lebih menyukai daging ayam dibanding sebelumnya. Tapi, setelah memasuki minggu ke9, smuanya berubah. Diawali dengan penciuman saya yang mendadak bak anjing pelacak. Sungguh. Saya mencium aroma air sirih yang dibuat bapak di dapur padahal saya belum masuk dapur sama sekali. Dan inilah awal pertama 'kitchenfreak' saya. Hhehe, ini istilah untuk ketakutan memasuki dapur. Bau bumbu2 yang menyengat bisa langsung membuat lambung saya bereaksi. Padahal dlu, sekalipun masuk angin, saya ga pernah muntah. Terakhir kali muntah saat SMP, pulang dari studitour di bali, setidaknya itu yang saya ingat.
Tapi kali ini berbeda, saya jadi benar2 merasa berada dalam berbagai teori kehamilan yang selama ini saya baca. Mual, muntah, pusing, cepat lelah, susah tidur, susah BAB dan sebagainya.

Saya kembali mengingat kata salah seorang temen saya saat saya belum hamil dan dia sudah: " Mungkin kamu memang diberi kalo sudah benar2 siap nantinya". Saat itu kalimat itu enteng aja terdengar di telinganya saya. Bahkan saya sempat membatin bahwa saya pasti kuat. Well, kenyataanya memang bukan hal yang mudah untuk dihadapi.
Usaha saya paling mentok adalah sugesti diri. Syukurlah, dalam kurun waktu 4 mingguan, gejala ini mulai membaik, dan membaik. Dukungan dari suami, ortu sampe mertua yang tiap kali telpon sangat mendukung. Dan saya merasa lebih beruntung dibanding beberapa teman seperjuangan yang 3 bulan pertamanya ga bisa makan nasi dan hanya makan pisang. Bahkan salah 2 customer saya yang sedang hamil sampai harus dirawat di rumah sakit karna dehidrasi dan kurang asupan gizi.

Cerita seru lain adalah pisah ranjang antara saya dan suami. Eiiits, jangan salah, ini bukan karna kami sedang bertengkar..tapi karna ketidaktahanan saya pada bau badan suami. Hahaha, sabarnyasuamikuuuuwh....Usut punya usut, tyt kasus spt ini tak jarang terjadi. Beberapa temen pernah bersaksi hal serupa. Jadi, ini ga salah dong ya... #ngeles.


KENAPA BURU-BURU HYPNOBIRTHING ???

Awalnya saya juga sempat berpikir untuk nanti2 saja mempelajari tentang apa yang disebut hypnobirthing. Tapi seketika saya juga menyadari diri bahwa saya adalah tipikal orang yang panikan, 'kemrungsung' dan kadang tidak terkontrol. Teknik2 hipnosis mungkin harus lebih lama saya pelajari ketimbang orang lain dengan karakter tenang dan legowo.. #ngaku.
Maka, sejak saya awal pertama kehamilan, saya langsung minta copy cd relaksasi kehamilan nyaman pada teman saya, saya juga langsung nitip buku hypnobirthing pada kakak ipar saya yang sering ke gramed. Maka dari situlah saya mulai mencoba melakukan latihan relaksasi, yang saya rasa lumayan berhasil menakhlukan keluhan morning sickness dan gejala lain.

Terus terang saja, sampai sekarang saya masih terus berusaha belajar untuk memasuki alam bawah sadar lewat relaksasi tersebut...bukan hal yang mudah dan remeh ternyata. Namun, dengan belajar, setidaknya kita bisa lebih paham dan tenang, itu kesaksian saya. Membiasakan diri berpikir positif juga merupakan rangkaian dari relaksasi tersebut. And its work for me. Setidaknya, saya lebih mudah legowo di kala pada situsi yang sama di saat sebelumnya saya panik tidak terkontrol.

Jadi, saya pikir, ini keputusan yang benar untuk mempelajarinya sejak awal. Bahkan kalo tau gini, dlu sbelum hamil skalian. Tidak ada ruginya belajar sesuatu yang benar ko, pada akhirnya akan bermanfaat langsung maupun tidak langsung. #mendadakserius


Ini pengalaman trisemester pertama saya. Kamu boleh sharing juga :) terimakasih

semoga manfaat ^^