Kamis, Oktober 27, 2011

Blogging itu "sesuatu"



He?? Ini HARI BLOGGER?!?! Yach, begitulah saya, blogger kuper sepanjang jaman. Hari ini setauku hari listrik nasional, aka hari ultahnya perusahaan listrik Negara ke 66. Eh ternyata, hari ini juga hari blogger. Kebangeten memang, aku baru tau setelah gembar gembor di twiterland mulai rame ngomongin blogger.
Sebagai blogger juga, (ehem, #benerinkacamata) rasanya ga ‘afdhol’ dan pelit kalo hari ini ga nulis apa2 di blog. Setelah tadi sempat keluar mencari inspirasi, akhirnya nihil, masih bingung mo nulis apa hari ini. Secara tadi cuma ke toko kain dan mempir rumah temen aja..hehe, bahkan kain yang dicari juga belom nemu, alhasil yang didapet segelas es syrup dan obrolan, ^^ love it!

Mungkin ngomongin pengalaman ngeblog aja kali ya. Ini bukan contoh yang baik untuk ditiru, karna yach seperti yang kalian lihat, ini bukan blog professional dengan update’an post yang rutin. Fokus tulisannya pun bias, sama lah kaya penulisnya. (ngaku kok, ga usah disuruh)

Sedikit flashback yach, aku punya kebiasaan nulis sejak kelas 4SD. Yep, nulis diary. Jaman itu, buku diary biasa digunakan untuk menulis biodata temen2, ya aku juga punya, tapi aku punya satu buku lagi di rumah, khusus untukku dan Cuma boleh dibaca olehku. Apapun yang terjadi di sekolah atau dimanapun pasti kutulis. Sampe sekarang masih ada lho…hehehe, lucu kalo dibaca lagi. Malu2in tepatnya.

Kebiasaan itu berlanjut sampai lulus di sekolah dasar. Memasuki dunia sekolah menengah pertama, aku makin sering menulis. Jarang ada absen hari di diaryku. Bahkan, karna kehabisan buku, sebagian aku tulis di kertas sisa buku lamaku kemudian kujilid sendiri (ini baru kasian namanya). Saking banyaknya, aq membuat no pada masing2 diaryku agar kelak saat aku ingin membacanya, aku tau urutannya, pikirku dulu. Memasuki SMA, nah di masa2 paling indah (kata orang) ini, aq masih sering curhat di diary. Sampai kelas 3, karena persiapan ujian, aku mulai jarang menulis. Hampir tidak pernah. Waktu itu, friendster lagi jaya2nya, pernah beberapa kali ngeblog di friendster tapi ga berhasil. Aku merasa tulisanku basa-basi dan kaku tanpa bisa blak-blakan seperti di diary.

Aku mulai mengenal blog lagi setelah kuliah, tahun 2005 tepatnya. Sempet juga bikin di blogspot, tapi karna ga rutin ngeblog dan harus ke warnet, aku lupa passwordnya, dan hilang…ya sudah. Sempet mencoba bikin voice diary. Semacam kita merekam suara kita dan ngomong apa yang pengen diomongin. Berhasil dengan 3 kaset diary dengan logat medok-ku..(ok, tengkyu itu saja).

Sibuk dengan aktifitas kuliah, semester pendek, kejar target lulus cepet, skripsi, dan ujian pendadaran, blog mulai kutinggalkan sedikit demi sedikit,dan hilang. Aku mulai menyadarinya tahun 2010, ketika kegalauan super melandaku. Hihihi, kebiasaan kalo galau curhat pake nulis kalo ga nulis kaya ada yang kurang. Yach, akhirnya munculah WIFESHOPES ini. Wife’s hopes, harapan seorang istri yang ingin pulang ke suami dan keluarganya. Sangat galau dan klasik aku memulai blog ini. Awalnya aku belum cukup punya nyali untuk nulis lagi. Berantakan dan membingungkan, itu kesan pertamaku saat menulis post pertama di blog ini sebelum di publish. Setelah ngendap di draft beberapa minggu lebih beberapa hari plus banyak perbaikan, akhirnya aku beranikan untuk mempublish. Nah setelah itu, aku mulai menulis kembali. Alhamdulillah, tanggapannya cukup positif walo kadang Cuma ngasih opini pada artikel copas, hihihi…

Yach, setelah itu aku sadar bahwa menulis itu adalah bagian dari hidupku sejak lama. Aku bukan penulis, bahkan jauh dari itu. Tapi dengan menulis dan dibaca, ada rasa tersendiri. Bahkan jika itu hanya satu dari sekian ribu orang yang membaca. Menulis mengajarkanku jujur pada apa yang kulihat, kudengar dan kurasa. Menulis itu proses belajar, seperti saat guru meyuruh kita merangkum suatu ceramah atau penjelasan di depan kelas. Menulis adalah merangkum fenomena kehidupan yang kita alami, atau yang dialami oleh orang lain, atau merangkum apapun yang diterima indra kita kemudian menuangkannya lewat tulisan dengan bahasa kita sendiri.

Kalau sekarang banyak orang yang bisa berpenghasilan lewat menulis blog, yach tentu aku juga mau, suatu hari, insya Allah, tapi setidaknya sekarang ini aku sedang belajar terus memperbaiki tulisanku, mengasahnya, membuatnya jadi manfaat dan semoga kelak menjadi bernilai.
Selamat menulis teman-temin… Kalaupun tidak di blog, di kertas juga bisa, atau di software writing  di computer kamu juga ok. Menulis membuatku bahagia dan (semoga) bermanfaat, semoga kamu juga. Selamat Hari Blogger, readers.. ^^

Rabu, Oktober 19, 2011

Selamat milad, suamiku.. ^_^


Kubuka kembali postingan tahun lalu, tepat ditanggal yang sama tahun lalu. Yang kutulis dengan perasaan bersalah dan sedih…
Yach, setaun lalu, tidak seperti hari ini, ketika dia kembali bertemu dengan tanggal kelahirannya. Beberapa hari sebelumnya, aku sibuk menghitung hari dan menerka kemungkinan apakah ijin pulang dan bertemu dengannya bisa kudapatkan. Saat itu hari selasa, dan kemungkinan yang kuhitung mendapati angka 0%, mustahil! Setahun sebelumnya, atau dua tahun dari sekarang, di saat yang sama, aku belum diperkenankan untuk bertemu dengannya. Dan bayangkan betapa merasa bersalahnya aku ketika kemudian saat itu aku yang telah berjanji mendampinginya justru berada jauh darinya. Sepanjang hari tahun lalu aku diliputi ‘kegalauan’ dan rasa bersalah meski dia sedikitpun tidak mempermasalahkan hal itu. Bisa saja aku mengirimkan hadiah mahal lewat paket, tapi jika aku melakukannya, kebodohanku bisa dikuadaratkan seketika!! Ini bukan tentang hadiah, bukan tentang kado atau apapun yang selama ini menyimbolkan hari kelahiran. Bagiku, ini lebih pada kebersamaan, kebersyukuran dan intropeksi yang dapat dilakukan bersama.

Tapi tidak lagi di tahun ini! Cukup moment tahun pertama kami yang hilang. Kini aku sudah kembali padanya. Meski mungkin tidak lagi membelikan kado mahal dengan kualitas impor, tapi lebih dari itu. Kami mampu bangun bersama saat azan shubuh berkumandang, kami meikamati sarapan buatanku bersama, bahkan hari ini aku mengantarnya bekerja. Dan malam nanti, kami menyiapkan syukuran kecil untuk keluarga dan bapak2 yang biasa tadarus di rumah. Bukan sesuatu yang besar apalagi mewah. Bukan, tapi ini jadi momen pertama kami kembali, meski di tahun kedua. Biar saja momen pertama di tahun pertama kami hilang, setidaknya kami mampu belajar. Dan cukup, kami mulai membangun kembali penyangga rumah kami di tahun kedua ini.

SELAMAT MILAD, suamiku tersayang… Semoga usia yang tersisa menjadi barokah dan manfaat dunia dan akherat. Semoga kesabaran dan keshalehan yang selama ini membimbingku yang masih kurang ini tak berkurang sedikitpun dan senantiasa bertambah. Dan, semoga kasih sayang diantara kita, keluarga kita, hingga anak cucu kita senantiasa terjaga hingga pertemuan di jannah-Nya. Amien.

Kamis, Oktober 13, 2011

Syukurku masih Tipis. . .


Hari ini mencoba lebih mengenal Motty si burung pemberi motivasi di twitterland. Seperti biasa, begitu ke profil, langsung ngetok pintu di webnya motivatweet.wordpress.com. Begitu masuk, di jendela sebelah kiri langsung ketemu sama videonya Nick Vujicic. Saking kupernya, yach baru kali ini tau tentang motivator kelas dunia ini.. (kupernya nggak ketulungan dech).
Speechless liat tayangannya. "No arm, no leg, no worried". Mendadak ngerasa kecil banget syukurnya. Kekurangannya adalah kunci olah tubuh manusia, tangan dan kaki. Tapi, bukan hanya kuat, dia juga menularkan semangatnya pada orang lain. "Never think u're nothing, never think u're not worth to be something". JLEB..!! Entah apakah karena kekurangannya yang sangat jelas terlihat atau memang 'power bersykurnya' yang hebat yang kemudian sempat membuatku menangis.

Seperti ada tepukan dipundakku kemudian mengingatkanku "Hei, cobaanmu itu belum seberapa, tapi bersyukurmu masih setitik!". Sebuah gambaran nilai kehidupan yang dapat kita ambil ilmunya, untuk mengoreksi diri kita sendiri.
Beberapa kali mungkin kita mengalami kegagalan atau permasalahan. Tapi benar, lagi-lagi aku mulai tersadar ketika membaca artikel dan twit tentang kegagalan yang pernah dialami oleh tokoh2 yang kini telah menuai sukses mereka. Dan dibanding dengan kegagalan yang pernah mereka alami, ternyata kegagalan kita hanya seperkecil kegagalan mereka dulu.

Seperti mengingatkan diri sendiri, terkadang kita merasa telah kalah dan rasanya ingin menyerah. Dan ketika menyadari ada sisi kehidupan yang jauh lebih berat di luar sana, harusnya kita juga sadar bahwa kita masih lemah. Kalo menjadi Nick, belum tentu kita mampu sekuat dia, iya kan? So, saatnya kita berbenah, memompa tenaga untuk kembali berusaha dan bersyukur tentu saja. Hidup ini indah, kita pasti bisa jadi sesuatu yang bermakna, bermanfaat untuk sesama (bukan sesuatunya syahrini). Semoga Allah melapangkan kita untuk senantiasa mengambil hikmah dari setiap perjalanan hidup ini ya... Yang ga kenal Allah aja bisa bersyukur sehebat itu, harusnya kita lebih bisa 'melek' hikmah dibalik setiap kegagalan, samapai akhirnya kegagalan kita habis dan kita hanya tinggal menuai kesuksesan.

--semoga bermanfaat-- :D